Oleh: Riza Mulyani
Seorang petualang ketika mempersiapkan perlengkapannya, tidak lupa ia akan membawa kompas. Kompas digunakan sebagai alat navigasi untuk menentukan arah medan magnet kutub utara dan selatan Bumi. Kompas merupakan petunjuk para petualang dalam mengarungi hutan rimba agar tidak tersesat. Meskipun mencintai dunia petualangan, hutan bukanlah tempat hidup yang kondusif bagi mereka. Banyak binatang buas yang setiap saat bisa memangsa mereka.
Sama halnya ketika kita membeli barang elektronik, peralatan rumah tangga, kendaraan atau lainnya, selalu akan disertakan "buku petunjuk penggunaan", yang berfungsi menghindari risiko kerusakan.
Apalagi ketika mengarungi medan kehidupan yang fana ini, yang begitu heterogen dan kompleks, pastinya kita tidak mau tersesat dan tidak mau terjadi kerusakan. Kerusakan terhadap personal manusia maupun terhadap lingkungan hidupnya. Nah berarti kita juga harus menggunakan "buku petunjuk" sebagai navigasi kita agar bisa selamat sampai tujuan.
Buku petunjuk kehidupan yang benar hanya ada di dalam Islam. Kenapa demikian? Karena Islam bukanlah agama yang hanya mengatur ibadah ritual saja. Tetapi Islam merupakan sistem yang komprehensif mengatur seluruh aspek kehidupan. Mulai urusan aqidah, ekonomi, pendidikan, pergaulan, kesehatan, budaya, politik hingga urusan pemerintahan, semuanya diatur dalam Islam.
Islam juga merupakan sistem universal artinya syariah Islam bisa diterapkan di setiap waktu dan tempat hingga akhir zaman. Semua sistem beserta aturannya itu termaktub dalam "Al-qur'anul karim" yang kita jadikan sebagai pedoman atau petunjuk. Al-qur'an menjadi petunjuk bagi manusia secara umum, petunjuk bagi orang yang beriman dan bertakwa khususnya.
Siapapun yang mampu mensinergikan akalnya dengan Al-qur'an, maka Allah ﷻ akan memberikan padanya "hidayah taufik" yaitu jalan kemudahan terbukanya hati untuk menerima Allah ﷻ dan lapangnya dada untuk meyakini kebenaran agama (Islam). Menjadikan Al-Qur'an sebagai panduan hidup dalam menjalani kehidupan. Hidayah taufiq ibarat benih yang Allah ﷻ semaikan di hati yang tidak hanya bersih dari segala penyakit, tetapi juga subur dengan tetesan iman.
Hidayah taufik tidak datang sendiri dan tidak pula dapat dibeli, tetapi ini adalah nikmat Allah yang hanya dianugerahkan kepada hamba-Nya yang dikehendaki-Nya. Seperti firman Allah ﷻ berikut ini:
وَلَوۡ شَآءَ ٱللَّهُ لَجَعَلَكُمۡ أُمَّةً وَٰحِدَةً وَلَٰكِن يُضِلُّ مَن يَشَآءُ وَيَهۡدِى مَن يَشَآءُ ۚ وَلَتُسۡـَٔلُنَّ عَمَّا كُنتُمۡ تَعۡمَلُونَ
"Seandainya Allah berkehendak, niscaya Dia menjadikanmu satu umat (saja). Akan tetapi, Dia menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki (berdasarkan kesiapannya untuk menerima petunjuk). Kamu pasti akan ditanya tentang apa yang kamu kerjakan". (QS. An-Nahl:93)
Ayat diatas juga, menjelaskan bahwa apa yang kita perbuat di dunia akan diminta pertanggungjawaban sekecil apapun itu. Jika dia melakukan amal salih dalam kehidupannya, dia akan di dudukkan di tempat mulia di sisi Allah. Sebaliknya apabila dia melakukan kerusakan dan berahlak buruk, maka predikat kemuliaannya sebagai manusia turun pada tingkat yang paling rendah bahkan lebih rendah dari hewan. Seperti Allah ﷻ kabarkan dalam surat Al-A'raf: 179:
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيْرًا مِّنَ الْجِنِّ وَالْاِنْسِۖ لَهُمْ قُلُوْبٌ لَّا يَفْقَهُوْنَ بِهَاۖ وَلَهُمْ اَعْيُنٌ لَّا يُبْصِرُوْنَ بِهَاۖ وَلَهُمْ اٰذَانٌ لَّا يَسْمَعُوْنَ بِهَاۗ اُولٰۤىِٕكَ كَالْاَنْعَامِ بَلْ هُمْ اَضَلُّ ۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْغٰفِلُوْنَ
"Dan sungguh, akan Kami isi neraka Jahanam banyak dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah".
Bagi seorang muslim kita harus cerdas dalam menjalankan kehidupan, yaitu menjadikan Al-Qur'an sebagai sebaik-baiknya pedoman dalam menjalani kehidupan, bukan yang lain. Lalu mempotensikan apa yang sudah Allah titipkan pada kita, demi tegaknya Islam, agar Allah masukkan ke dalam orang yang beruntung, seperti kabar surat Ali Imron ayat 104.
وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۚ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung".
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”