Oleh: Mutiara Aini
Boros adalah perbuatan yang dilarang Allah ﷻ dan dapat membawa manusia kejalan yang menyesatkan. Boros juga merupakan salah satu perbuatan tercela yang dapat menghalangi manusia kepada kebaikan karena mereka (para pemboros) menganggap apa yang mereka miliki adalah hak mereka seutuhnya dan dapat digunakan semuanya saja.
Allah ﷻ mencela perbuatan membelanjakan harta secara boros, dengan menyatakan bahwa sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan, mereka berbuat boros dalam membelanjakan harta karena dorongan setan. Oleh karena itu, perilaku boros termasuk sifat setan, dan setan itu adalah sangat ingkar kepada nikmat dan anugerah Tuhannya.
Seperti yang terdapat dalam surah Al Isra:
وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيْرًا
اِنَّ الْمُبَذِّرِيْنَ كَا نُوْۤا اِخْوَا نَ الشَّيٰطِيْنِ ۗ وَكَا نَ الشَّيْطٰنُ لِرَبِّهٖ كَفُوْرًا
wa laa tubazzir tabziiroo. Innal-mubazziriina kaanuuu ikhwaanasy-syayaathiin, wa kaanasy-syaithoonu lirobbihii kafuuroo
"Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya." (QS. Al-Isra' 17: Ayat 27)
Dalam kitab Shahih Bukhari dijabarkan mengenai siapa itu orang yang boros. Dalam sebuah hadis shahih yang diriwayatkan Abu al-Ubaidain, Rasulullah ﷺ bersabda: “An Abu al-Ubaidain qala: sa-altu Abdullah anil-mubadzirin qala aladzina yunfiquna fi ghairi haqqin,”.
Artinya: “Dari Abu al-Ubaidain ia berkata: ‘Aku pernah bertanya kepada Abdullah mengenai orang-orang yang berlaku boros (mubadzirin), ia pun menjawab (yang bersumber dari Rasulullah), (yaitu) orang-orang yang membelanjakan hartanya bukan pada kebenaran,”.
Tidak sedikit orang di sekitar kita yang masih hidup serba kekurangan, namun orang yang jahil (bodoh) orang yang tidak memikirkan hal tersebut. Ia malah lebih senang menghambur-hamburkan nikmat yang didapat dari Allah ﷻ tanpa memahami hakikat dari nikmat rezeki tersebut. Bahwa ada hak orang lain dalam rezeki yang kita punya. Lantas bukankah hal itu merupakan suatu tindakan bodoh jika kita hidup berlebih-lebihan?
Allah ﷻ telah banyak memberi solusi bagi umatnya untuk memanfaatkan nikmat rezeki yang miliki. Dan tentunya solusi yang Allah ﷻ berikan seperti beramal dan bersedekah akan bermanfaat bagi kita di kehidupan dunia maupun di akhirat.
Adapun dampak negatif dari sikap boros:
Pertama, tidak memiliki tabungan dimasa depan; karena orang yang boros suka membelanjakan barang-barang yang dianggap kurang dibutuhkan.
Kedua, tidak peduli dengan kehidupan sosial; orang yang suka melebih-lebihkan hartanya terhadap apa yang membuatnya kurang bermanfaat. Hal ini akan menjauhkan dari kehidupan sosial yang seharusnya dijalin satu sama lain.
Ketiga, menyuburkan diri dari sikap kurang bersyukur; orang yang memiliki sifat boros, selalu merasa tidak cukup dengan apa yang telah dimilikinya dan ingin memenuhi setiap apa yang selalu diinginkannya. Sehingga menjadi jauh dari rasa syukur.
Ibnu Mas’ud dan Ibnu ‘Abbas juga pernah mengatakan “Tabdzir (pemborosan) adalah menginfakkan sesuatu bukan pada jalan yang benar”.
Sifat tabzir(boros) dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Boros dalam harta
Dalam surat Al Isra ayat 26, Allah ﷻ berfirman,وَاٰتِ ذَا الْقُرْبٰى حَقَّهٗ وَالْمِسْكِيْنَ وَابْنَ السَّبِيْلِ وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيْرًاwa āti żal-qurbā ḥaqqahụ wal-miskīna wabnas-sabīli wa lā tubażżir tabżīrāArtinya: Dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat, juga kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.
2. Mubazir dalam Kesehatan
Berdasarkan hadits riwayat Imam Al Bukhari, Nabi Muhammad ﷺ bersabda, "Ada dua nikmat yang kebanyakan orang tertipu olehnya, yaitu nikmat sehat dan waktu luang."
3. Mubazir dalam Waktu
Sesuai dengan hadits riwayat Bukhari, waktu luang juga menjadi hal yang sering disia-siakan oleh banyak orang. Imam Ibnul-Jauzi mengatakan, "Bisa saja seseorang berbadan sehat tapi dia tidak mempunyai kesempatan untuk beramal. Bisa saja dia cukup kaya tapi fisiknya tidak sehat. Jika kedua hal ini bertemu, lalu ia dikalahkan oleh kemalasan dan meninggalkan ketaatan, maka berarti dia telah tertipu atau berbuat aniaya terhadap dirinya sendiri."
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus