Oleh: Ummu Faris
إِنَّ الْإِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا (19) إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا (20) وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا (21) إِلَّا الْمُصَلِّينَ (22) الَّذِينَ هُمْ عَلَى صَلَاتِهِمْ دَائِمُونَ (23) وَالَّذِينَ فِي أَمْوَالِهِمْ حَقٌّ مَعْلُومٌ (24) لِلسَّائِلِ وَالْمَحْرُومِ (25) وَالَّذِينَ يُصَدِّقُونَ بِيَوْمِ الدِّينِ (26) وَالَّذِينَ هُمْ مِنْ عَذَابِ رَبِّهِمْ مُشْفِقُونَ (27)
"Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan, ia berkeluh kesah; dan apabila ia mendapat kebaikan, ia amat kikir, kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya, dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta), dan orang-orang yang memercayai hari pembalasan, dan orang-orang yang takut terhadap azab Tuhannya." (QS. Al-Ma'arij, 70:19-27)
Tiba kembali tilawah pada ayat-ayat ini, masyaAllah, banyak ibrah yang bisa kita ambil.
Dalam ayat-ayat tersebut Allah ﷻ menggambarkan bahwa sifat manusia ada yang suka mengeluh. Bila ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. Kaget, terkejut mengapa kesulitan itu menimpanya. Padahal yang namanya kehidupan, ada kemudahan kadang seseorang juga harus melewati kesulitan. Kadang Allah ﷻ uji seseorang dengan berbagai kesulitan. Ada yang diuji dengan kesulitan ekonomi, ada yang diuji kesulitan memiliki pekerjaan, ada yang diuji memiliki keturunan, ada yang diuji dengan tetangganya yang kurang baik perangainya dan lain sebagainya.
Selain itu, ada juga manusia di ciptakan ketika ia mendapat kebaikan, ia amat kikir. Kala ia mendapat kenikmatan berupa rezeki, ia lupa pada Sang Pemberi rezeki. Ia merasa rezeki yang didapatnya adalah hanya miliknya karena hasil jerih payahnya. Ia merasa rugi bila harus memberi kepada orang lain. Ia merasa mengapa harus berbagi, sementara ia mendapatkannya dengan penuh pengorbanan, bekerja keras dan lain sebagainya. Mengapa harus memberi orang lain yang tak mau berkorban? Ia merasa capek berkorban, yang lain enak-enaknya menerima. Ia lupa, padahal dalam harta yang ia miliki ada hak orang lain, baik berupa zakat ataupun sedekah sunah.
Inilah sebagian potret manusia. Terlebih di zaman serba kapitalis yang lebih mengedepankan sifat individualis. Masih banyak sebagian orang yang ditimpa musibah atau kesulitan, mereka berkeluh kesah saja. Merasa hanya mereka saja yang paling menderita. Padahal seharusnya sebagai seorang mukmin, hendaknya tatkala diuji dengan kesulitan ia bersabar. Sesulit apapun, hendaknya ikhlas dengan qada-Nya, dan ikhtiar semaksimal mungkin untuk mengatasi kesulitan tersebut. Juga janganlah lupa untuk senantiasa bertawakal kepada-Nya sembari senantiasa berdoa. Seorang mukmin hendaknya yakin bahwa bersama kesulitan itu ada kemudahan. Inilah janji Allah ﷻ:
فَإِنَّ مَعَ ٱلْعُسْرِ يُسْرًا
"Karena sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan." (QS. Al-Insyirah: 5)
Dalam sebuah hadis Nabi ﷺ pun bersabda:
“Sesungguhnya keberhasilan ada bersama kesabaran, kelapangan ada bersama kesusahan, dan sesungguhnya bersama kepayahan ada kesenangan.” (HR. At Tirmidzi)
Kemudian sebagian orang sangat individualis. Kikir, tidak mau berbagi. Kala diberi kelapangan rezeki ia lupa berbagi. Padahal, sebagai seorang mukmin, kita diwajibkan untuk bersyukur. Tanda kita bersyukur diantaranya yaitu menaati perintah-Nya. Dalam harta kita, ada hak orang lain baik berupa zakat atau sedekah. Bila memiliki harta yang sudah sesuai nisabnya maka wajib dikeluarkan zakatnya. Selain zakat, seorang muslim juga diharuskan memberi sedekah kepada yang membutuhkan. Semua harta adalah titipan dari-Nya. Tidak pantas kita memiliki sifat kikir. Harta yang dikeluarkan zakat dan sedekahnya pun tidak akan menjadi berkurang, yang ada hanyalah keberkahan untuk semua. Tanda berkah harta di antaranya bermanfaat baik untuk diri maupun untuk orang lain.
Itulah sifat mengeluh dan kikir. Ada pada sebagian manusia. Allah ﷻ gambarkan pula dalam kelanjutan ayatnya. Yaitu kecuali orang-orang yang mengerjakan shalat, yang mereka itu tetap mengerjakan shalatnya. Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu bagi orang lain baik bagi orang (miskin) yang meminta dan yang tidak mempunyai apa-apa (tidak mau meminta). Artinya ia mengeluarkan sebagian hartanya untuk zakat dan sedekah.
Pengecualian juga Allah ﷻ gambarkan bagi orang-orang yang memercayai hari pembalasan dan takut terhadap azab-Nya. Bagi sekelompok orang ini tidak ada sifat mengeluh dan kikir. Karena mereka yakin bahwa apa yang Allah ﷻ berikan untuknya adalah qada-Nya. Bila diuji ia harus bersabar dan bila diberi kenikmatan hendaklah ia bersyukur.
Ya Allah ﷻ, jadikan kami hamba-hamba-Mu yang senantiasa bersabar dan bersyukur. Aamiin.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”