Oleh: Riza Mulyani
Cinta, merupakan fitrah dalam setiap diri manusia yang Allah ﷻ berikan untuk membersamai-Nya mengarungi dinamika kehidupan. Seseorang ketika mencintai sesuatu, hatinya senantiasa rindu akan yang dicintainya, hatinya telah diikat kuat oleh apa yang dicintainya.
Pun seseorang akan merasa tidak tentram, jiwanya resah gelisah, kalau jauh atau menjauh dari apa yang dicintai dan mengasihinya, seperti bayi akan menangis kalau sang ibu yang mencintai dan melindunginya tidak ada disampingnya.
Sungguh, cinta telah membelenggu hati seseorang kepada yang dicintainya. Hatinya akan berdesir/bergetar manakala mendengar sesuatu yang dekat, atau ada hubungan dengan yang dicintainya. Terlebih ketika menyebut langsung nama yang dicintainya akan semakin kencang desiran/getaran hatinya. Seperti bergetarnya hati orang-orang yang beriman ketika mendengar nama Allah ﷻ dan apabila dibacakan ayat-ayat cinta-Nya akan bertambah keimanan mereka seperti yang diisyaratkan dalam firman Allah ﷻ:
الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَالصَّابِرِينَ عَلَىٰ مَا أَصَابَهُمْ وَالْمُقِيمِي الصَّلَاةِ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
"(yaitu) orang-orang yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, orang-orang yang sabar terhadap apa yang menimpa mereka, orang-orang yang mendirikan salat dan orang-orang yang menafkahkan sebagian dari apa yang telah Kami rezekikan kepada mereka". (Al-Hajj Ayat 35)
MasyaAllah... Dahsyatnya cinta yang menjadi kekuatan orang mukmin, hanya kepada Allah saja dia menghamba, perintah dan laranganNya saja yang dia patuhi semata-mata untuk yang dicintainya yaitu Allah ﷻ.
Mereka bersabar terhadap apa yang menimpa mereka, karna dia yakin Allah ﷻ akan menaikkan derajat mereka ke level yang lebih tinggi dan mulia.
Namun, sayangnya gambaran karakter keimanan yang demikian begitu langka kita jumpai pada abad ini. Tersebab saat ini ada sebuah kekuatan global, yang mendesain kaum muslim agar menjauh dari cinta hakiki yaitu cinta kepada Sang Ilahi.
Masuknya produk-produk yang merusak anak-anak muslim melalui mainan, tayangan TV, media, gadget dan lain-lain. Begitu juga serbuan kepada remaja yang begitu massif, mulai dari makanan, gaya hidup, pakaian, idola, musik, pergaulan. Semua itu mengalihkan mereka bahkan mencabut rasa cinta, rasa takut kepada Sang Pencipta. Yang terwujud di benak mereka rasa cinta dunia, materi yang banyak dan barang branded.
Akhirnya rasa takutpun bukan lagi kepada Allah ﷻ, tetapi sudah jauh bergeser menjadi takut apabila harta kekayaannya hilang. Takut jika tidak diterima sekolah favorit , takut kepada atasan dan seterusnya.
Begitupun idola, mereka bukannya mengidolakan sahabat, ulama, atau Rasulullah ﷺ sendiri. Bahkan bisa jadi mereka tidak tau seperti apa sosok dan kehidupan para sahabat, tabiin, tabi'ut tabi'in. Menurut mereka itu bukan sesuatu yang mengasikkan, karena mereka lebih mengidolakan para artis Korea yang lagi marak saat ini. Mereka rela mengorbankan apa saja demi bisa mempunyai barang sang idola... Na'udzubillah...
Gambaran buram ini tidak boleh dibiarkan terus menerus terjadi. Harus ada upaya untuk mengembalikan kaum muslim kepada habitatnya, yaitu dengan jalan dakwah. Dakwah kepada Islam kaffah, yang dengannya kaum muslim akan hidup sesuai fitrah. Ya sesuai fitrah dalam sebuah institusi yang mampu mewujudkan rahmatan lil 'alamin, sebagai manifestasi diutusnya Rasulullah ﷺ di muka bumi ini. Dan hal itu sudah dicontohkan Rasulullah beserta para sahabat yang terbukti mampu bertahan 1400 tahun lamanya.
Apakah kaum muslim tidak rindu kembali kepada habitatnya yang kondusif? yaitu hidup sejahtera dibawah naungan Khilafah?
Wahai Allah ﷻ~
Engkaulah yang kami cintai. Engkau harapan kami, kebahagiaan, dan kesenangan kami. Hati kami telah enggan mencintai selain diri-Mu. Tolonglah mampukan kami Istikomah dalam perjuangan ini. Aamiin~
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”