Oleh: Muslihah
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
اعوذ بالله من الشيطان الرجيم
اللّٰهُ لَاۤ اِلٰهَ اِلَّا هُوَ الْحَـيُّ الْقَيُّوْمُ ۚ لَا تَأْخُذُهٗ سِنَةٌ وَّلَا نَوْمٌ ۗ لَهٗ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَ رْضِ ۗ مَنْ ذَا الَّذِيْ يَشْفَعُ عِنْدَهٗۤ اِلَّا بِاِ ذْنِهٖ ۗ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ ۚ وَلَا يُحِيْطُوْنَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهٖۤ اِلَّا بِمَا شَآءَ ۚ وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمٰوٰتِ وَا لْاَ رْضَ ۚ وَلَا يَــئُوْدُهٗ حِفْظُهُمَا ۚ وَ هُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيْمُ
allohu laaa ilaaha illaa huw, al-hayyul-qoyyuum, laa ta-khuzuhuu sinatuw wa laa na-uum, lahuu maa fis-samaawaati wa maa fil-ardh, mang zallazii yasyfa'u 'ingdahuuu illaa bi-iznih, ya'lamu maa baina aidiihim wa maa kholfahum, wa laa yuhiithuuna bisyai-im min 'ilmihiii illaa bimaa syaaa, wasi'a kursiyyuhus-samaawaati wal-ardh, wa laa ya-uuduhuu hifzhuhumaa, wa huwal-'aliyyul-'azhiim
"Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Maha Hidup, yang terus-menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur. Milik-Nya apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Tidak ada yang dapat memberi syafaat di sisi-Nya tanpa izin-Nya. Dia mengetahui apa yang di hadapan mereka dan apa yang di belakang mereka dan mereka tidak mengetahui sesuatu apa pun tentang ilmu-Nya melainkan apa yang Dia kehendaki. Kursi-Nya meliputi langit dan bumi. Dan Dia tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Dia Maha Tinggi, Maha Besar." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 255)
"Allah, tidak ada tuhan selain Dia. Yang Maha Hidup, yang terus-menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur." Subhanallah. Allah ﷻ tidak hanya menciptakan makhluk, tetapi Dia mengurusnya tanpa henti, terus menerus sepanjang waktu, tanpa mengantuk dan tanpa tidur, tanpa istirahat.
Demikian Allah ﷻ menyayangi makhluk-Nya. Lalu bagaimana timbal balik kita sebagai makhluk yang telah diurusi sepanjang waktu? Jika sesama manusia antar teman antar tetangga, mereka sering memberi sesuatu kepada kita, apakah kita hanya mengucapkan "terimakasih" saja? Tidak inginkah membalas pemberiannya? Lalu pemberian Allah ﷻ kepada kita tidak mampu kita hitung sampai kapan pun.
Allah ﷻ mengurus kita sampai hal sekecil apapun. Ingat usai operasi, dokter menyarankan agar berpuasa hingga bisa buang angin. Jika belum buang angin maka tidak boleh kemasukan apa pun. Lihatlah buang angin yang memalukan, yang biasanya disembunyikan, seringkali keberadaannya dianggap samgat mengganggu, apalagi jika sedang salat atau membaca Al-Qur'an. Usai operasi hal itu menjadi sesuatu yang sangat ditunggu, sangat berharga.
Bagaimana sebuah sistem pencernaan dalam tubuh dianggap siap saat angin memalukan itu bisa keluar dari tubuh. Jika itu bukan kuasa Allah ﷻ, siapa lagi? Jika Allah ﷻ mengurus kita siang dan malam, bahkan tanpa istirahat, pantaskah manusia meremehkan aturan-Nya? Meninggalkan perintah dan melanggar larangan dengan sengaja atau mengubah aturan yang telah ditetapkan-Nya?
Sebagai orang tua, pasti memiliki aturan yang harus dipatuhi oleh anak-anaknya. Sejak bayi diurus dengan penuh kasih sayang. Mengasihi meski malam telah larut, mengajaknya bercengkerama sepanjang ia telah terbangun tanpa lelah. Asal melihat senyumnya terbit dari bibir, terasa bahagia, hingga terus berusaha melihat senyuman bibirnya.
Saat mulai beranjak bisa makan, orang tua bersusah payah menyuapi. Eh, sang anak rewel tidak mau makan. Apa yang dilakukan orangtua saat seperti itu? Orang tua berupaya memberinya vitamin, memijatnya atau bahkan memberi jamu. Sebab apa? Orang tuah sayang anaknya. Terkadang sang ibu marah sebab si anak tidak mau tidur siang, apalagi bermain yang membahayakan. Ibu menjadi sangat kawatir saat anaknya bermain api di sampah yang sengaja dibakar. Lalu timbul aturan, "dilarang bermain api."
Mengapa ibu melarangnya? Apakah ibu tidak senang anaknya gembira dengan mainannya? Tentu bukan demikian maksudnya. Tetapi lebih karena didorong kasih sayang terhadap sang anak. Kawatir anaknya terluka tersengat api. Kawatir anaknya kesakitan jika api menjilat kulit tubuhnya. Ya, rasa kasih sayang tidak selalu harus menurutkan kemauan anak. Terkadang sebab sayang orang tua harus tegas menghadapi anak.
Demikian juga aturan Allah ﷻ. Sesungguhnya aturan itu adalah sebagian bentuk kasih sayang Allah ﷻ terhadap manusia. Sesungguhnya adanya perintah dan larangan adalah tersebab sayangnya Allah ﷻ terhadap manusia. Allah ﷻ mengajak kepada ampunan dan surga dengan seluruh aturan yang ada. Sesungguhnya semua itu adalah cara Allah mengurus makhluk-Nya. Akan tetapi setan mengajak ingkar kepada Allah ﷻ. Padahal itu jalan ke neraka.
Semoga kita diberi kekuatan dan kemampuan untuk selalu taat dan ikhlas menjalani ketaatan itu. Semoga Allah ﷻ memasukkan kita ke dalam golongan orang-orang yang bertakwa, yang kelak mendapat kasih-sayang Allah ﷻ di surga. Aamiin.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”