Type Here to Get Search Results !

LARANGAN MENCAMPUADUKKAN KEBAIKAN DENGAN KEBATILAN


Oleh: Tini Ummu Faris

وَلَا تَلْبِسُوا الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُوا الْحَقَّ وَاَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ
"Dan janganlah kamu campuradukkan kebenaran dengan kebatilan dan (janganlah) kamu sembunyikan kebenaran, sedangkan kamu mengetahuinya." (QS. Al-Baqarah, 2: 42)

وَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَ وَارْكَعُوْا مَعَ الرَّاكِعِيْنَ
"Dan laksanakanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang yang rukuk." (QS. Al-Baqarah: 43)

MasyaAllah, tiba kembali tilawah di ayat-ayat tersebut. Dalam ayat 42 Allah ﷻ menjelaskan bahwa hendaknya tidak mencampuadukan kebenaran dengan kebatilan. Ibarat air tidak pernah bisa bercampur dengan minyak. Karena masing-masing adalah dua hal yang berbeda.

Setiap mukmin memiliki kewajiban-kewajiban untuk ditunaikan. Tidak ada pilihan kecuali menaatinya. Hanya kadang, manusia merasa berat sehingga lalai terhadap kewajiban tersebut.

Allah ﷻ tidak membebani seseorang di luar kemampuannya. Inilah yang harus diyakini. Tidak ada yang berat, jalani saja sesuai dengan rambu-rambu-Nya.

Shalat lima waktu, zakat, puasa juga kewajiban yang lain hendaknya ditunaikan tanpa tapi, tanpa dinanti-nanti. Sungguh, manusia hanya akan menerima catatan amal sesuai dengan apa yang sudah dilakukan di dunia. Manusia tidak akan pernah salah mendapatkan catatan karena catatan dibuat oleh asisiten Allah ﷻ yaitu para malaikat.

Tidak boleh mencampuradukkan kebaikan dengan kebatilan. Inilah yang seharusnya kita lakukan. Namun, yang namanya manusia memiliki sifat tidak pernah benar selamanya, justru kadang mereka lalai terhadap perintah Allah ﷻ atau malah sebaliknya. Kewajiban dijalankan namun diiringi dengan kemaksiatan. Tidak heran bila istilah STMJ masih ada di tengah masyarakat. Shalat terus maksiat jalan, saum terus maksiat jalan, sedekah terus maksiat jalan dan lain sebagainya. Bila demikian, sungguh disayangkan amal saleh diiringi amal salah.

Na'udzu billahi min dzalik.

Bukannya pahala berlimpah dan penuh berkah, malah sebaliknya bisa jadi pahala yang terkumpul habis terkikis karena maksiat yang ada pada diri. Astagfirullah.... Na'udzu billahi min dzalik.

Sayang bila amal shaleh diiringi amal salah. Capek berbuat tapi tidak berbuah pahala malah muncul tabungan siksaan.

Sejatinya manusia yang diberi kesempurnaan akal, dia bisa memilih mana yang baik dan buruk. Dia seharusnya menabung pahala untuk bekal perjalanan ke negeri yang abadi kelak. Tidak bisa mengelak dengan alasan tidak tahu hukumnya. Tidak bisa mengelak dengan alasan belum mampu menjalankan kewajiban. Karena sumber ilmu sudah banyak, kita tinggal bertanya saja terkait hukum apapun yang dibutuhkan dalam kehidupan. Tidak ada istilah belum mampu, karena semua kewajiban yang Allah ﷻ beri sudah sesuai dengan takaran-Nya. Sehingga sebenarnya kewajiban dari Allah ﷻ sudah pasti akan cocok untuk manusia.

Janganlah amal saleh diiringi dengan amal salah. Ini idealnya. Namun, pada zaman kapitalis sekuler ini ternyata masih banyak ditemui yang justru sebaliknya.

Menjaga diri, perluas pemahaman agama Islam adalah yang utama karena ilmu agama adalah pondasi setiap muslim untuk menerangi jalan kehidupan yang gelap gulita. Semoga kita semua selalu di bimbing dan dijaga oleh Allah ﷻ untuk konsisten dalam kebenaran, karena tanpa hidayah dari-Nya manusia adalah mahluk yang lemah dan mudah tersesat.

والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.