Oleh: Rita Mutiara
Bagi muslim tentu meyakini Allah menjamin rezeki setiap hambaNya, sebagaimana firman Allah dalam Quran surat Hud ayat 6:
۞ وَمَا مِن دَآبَّةٍ فِى ٱلْأَرْضِ إِلَّا عَلَى ٱللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۚ كُلٌّ فِى كِتَٰبٍ مُّبِينٍ
Artinya: "Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh)."
Dengan ada jaminan ini bukan berarti orang berdiam hanya menunggu rezeki. Makhluk hidup dengan kemampuan yang dimilikinya akan bertahan hidup dengan berusaha, baik itu hewan maupun tumbuhan.
Manusia dengan segala kreativitas harus berusaha mendapatkan karunia Allah ﷻ surat Al Jumuah ayat 10:
فَاِذَا قُضِيَتِ الصَّلٰوةُ فَانْتَشِرُوْا فِى الْاَرْضِ وَابْتَغُوْا مِنْ فَضْلِ اللّٰهِ وَاذْكُرُوا اللّٰهَ كَثِيْرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
Artinya: "Apabila salat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung."
Umat memang dianjurkan untuk terus bergerak mengusahakan karunia Allah ﷻ untuk melangsungkan kehidupan. Meski untuk memperoleh rezeki dengan melakukan perjalanan jauh ke berbagai belahan bumi.
Namun manusia seringkali menjadi serakah, mengeksploitasi bumi secara berlebihan, hingga berdampak negatif pada keseimbangan alam. Keadaan diperparah dengan di berlakukan sistem kapitalis. Muncul kesenjangan sosial, yang kaya makin kaya yang miskin bertambah miskin.
Hal ini disebabkan secara individu orang menjadi serakah. Menimbun, menguasai seluruh hasil bumi, yang ditemuinya. Bukankah semut-semut tidak memaksakan diri untuk mengangkut seluruh sisa daging yang ditemuinya. Seharusnya manusia dapat menahan diri dan tidak mengabaikan kepentingan orang banyak.
Bukan Akal Semata
Rezeki yang diperoleh manusia bukan hanya hasil akal semata, namun Allah ﷻ Maha Pemberi Rezeki. Semua yang ada, peristiwa yang terjadi dan akan terjadi atas izinNya. Oleh sebab itu kadangkala kekuatan akal dan kerasnya suatu usaha, bisa gagal. Suatu ikhtiar manusia tidak selalu mendatangkan hasil. Hal ini karena sudah ketetapan Allah ﷻ menahan rezeki pada siapa saja yang dikehendakiNya.
Allah ﷻ berfirman:
اَمَّنْ هٰذَا الَّذِيْ يَرْزُقُكُمْ اِنْ اَمْسَكَ رِزْقَهٗ ۚ بَلْ لَّجُّوْا فِيْ عُتُوٍّ وَّنُفُوْرٍ
Atau siapakah yang dapat memberimu rezeki jika Dia menahan rezeki-Nya? Bahkan mereka terus-menerus dalam kesombongan dan menjauhkan diri (dari kebenaran). (QS Al-Mulk Ayat 21)
Tidak ada sikap yang paling terpuji selain bersyukur, karena sebagai muslim meyakini Allah adalah dzat, penyebab segala sumber nikmat rezeki untuk seluruh makhluk hidup di muka bumi
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُلُوْا مِنْ طَيِّبٰتِ مَا رَزَقْنٰكُمْ وَاشْكُرُوْا لِلّٰهِ اِنْ كُنْتُمْ اِيَّاهُ تَعْبُدُوْنَ .
Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah dari rezeki yang baik yang Kami berikan kepada kamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika kamu hanya menyembah kepada-Nya. (QS Al-Baqarah ayat 172)
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”