Oleh: Riza Mulyani
Islam adalah agama yang sempurna dan logis. Didalamnya terkandung akidah khas, yang idealnya menjadikan para penganutnya memiliki karakter dan pola pikir yang khas pula.
Khas di sini adalah, ketika dia berakidah Islam maka secara otomatis dia akan terikat dengan seluruh aturan yang terpancar dari aqidahnya (baik itu berupa perintah atau larangan).
Karena dia meyakini bahwa kehidupan di dunia ada hubungan dengan Sang Pencipta artinya dia adalah hamba yang diciptakan. Begitu juga dia meyakini bahwa setelah kehidupan dunia ada pertanggungjawaban kepada Sang Pencipta yaitu Allah ﷻ.
Akidah yang demikian hanya akan didapat oleh orang yang berpikir mustanir, mampu memunculkan keimanan yang produktif (iman yang muntijan). Iman muntijan akan tampak pada karakter yang khas, dia tidak akan melakukan segala sesuatu tanpa lilah dan tidak akan berfikir apakah itu ada kemaslahatan atau tidak.
Karena dia paham, standar baik-buruk, hasan-qobih itu harus dari Allah ﷻ, tidak tercampur sedikitpun kemaslahatan di sana.
Dengan standar di atas, yang hanya Allah ﷻ sebagai penentu, dia tidak akan terjerumus kepada faham-faham yang saat ini dimasifkan, yang selalu menjadikan kemaslahatan sebagai ukuran kebaikan, paham mencari jalan tengah, paham netral cari damai. Yang akhirnya mengatakan itu adalah bagian dari ajaran Islam dan diterima sebagai amal salih.
Padahal Allah ﷻ sudah mengingatkan dalam kalam-Nya surat At-Taubah ayat 19:
اَجَعَلْتُمْ سِقَايَةَ الْحَاۤجِّ وَعِمَارَةَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ كَمَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَجَاهَدَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ۗ لَا يَسْتَوٗنَ عِنْدَ اللّٰهِ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَۘ
"Apakah (orang-orang) yang memberi minuman kepada orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidilharam, kamu samakan dengan orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta berjihad di jalan Allah? Mereka tidak sama di sisi Allah. Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang zalim."
Ayat di atas sangatlah jelas, tidaklah sama orang yang mengerjakan kebaikan, membantu orang yang kesusahan, jika dia tidak beriman kepada Allah ﷻ dan pada Yaumil kiyamah, maka amalnya zong di sisi Allah ﷻ no value, no nilai.
Saatnya kaum muslim untuk memurnikan akidah agar tidak menjadi bulan-bulanan para musuh Islam, yang selalu memperalat kaum muslim itu sendiri. Dikarenakan akidah yang belum muntijan dan akhirnya terjerumus untuk tidak membela agama Allah, sebaliknya menjadi penolong musuh Allah, na'udu billahi...
Itulah yang terjadi saat ini, agama Islam sudah dimutilasi, hanya sebatas perkara ibadah mahdoh saja. Padahal dari akidahlah lahir aturan-aturan yang mengikat dirinya bertingkah laku.
Persaudaraan terpecah, tidak tau lagi mana musuh mana kawan, tidak mampu berpikir jernih apalagi dorongan ekonomi yang menghimpit. Inilah buah keberhasilan penerapan sistem yang diadopsi negeri tercinta yaitu Sekularisme Demokrasi yang melahirkan isme-isme sesat dan kufur.
Untuk mengangkat persoalan yang kompleks dan pelik seperti benang kusut itu, solusinya hanya dengan berjuang menerapkan Islam Kaffah, itulah solusi negeri ini dan juga solusi dunia.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”