Oleh: Muslihah Saiful
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
اعوذ بالله من الشيطان الرجيم
قَا لُوْا لَا ضَيْرَ ۖ اِنَّاۤ اِلٰى رَبِّنَا مُنْقَلِبُوْنَ
اِنَّا نَطْمَعُ اَنْ يَّغْفِرَ لَـنَا رَبُّنَا خَطٰيٰـنَاۤ اَنْ كُنَّاۤ اَوَّلَ الْمُؤْمِنِيْنَ
Mereka berkata, "Tidak ada yang kami takutkan, karena kami akan kembali kepada Tuhan kami." "Sesungguhnya kami sangat menginginkan sekiranya Tuhan kami akan mengampuni kesalahan kami, karena kami menjadi orang yang pertama-tama beriman." (QS. Asy-Syu'ara' 26: Ayat 50-51)
Kedua ayat itu adalah jawaban dari tukang sihir Firaun yang beriman usai dikalahkan oleh mukjizat Nabi Musa. Saat itu Firaun murka saat menyadari ahli sihirnya beriman kepada Allah dan Nabi Musa as. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
قَا لَ اٰمَنْتُمْ لَهٗ قَبْلَ اَنْ اٰذَنَ لَـكُمْ ۚ اِنَّهٗ لَـكَبِيْرُكُمُ الَّذِيْ عَلَّمَكُمُ السِّحْرَ ۚ فَلَسَوْفَ تَعْلَمُوْنَ ۙ لَاُ قَطِّعَنَّ اَيْدِيَكُمْ وَاَ رْجُلَـكُمْ مِّنْ خِلَا فٍ وَّلَاُ صَلِّبَنَّكُمْ اَجْمَعِيْنَ
Dia (Fir'aun) berkata, "Mengapa kamu beriman kepada Musa sebelum aku memberi izin kepadamu? Sesungguhnya dia pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu. Nanti kamu pasti akan tahu (akibat perbuatanmu). Pasti akan kupotong tangan dan kakimu bersilang dan sungguh, akan kusalib kamu semuanya." (QS. Asy-Syu'ara' 26: Ayat 49)
Demikianlah kemurkaan Firaun kepada orang-orang beriman, sampai-sampai ia hendak menyalib mereka semua. Tapi itu tidak menjadikan mereka patuh kemudian meninggalkan iman yang telah menancap dalam dada mereka. Para ahli sihir itu tahu benar tentang ilmu sihir.
Mereka tahu bahwa ular yang sebenarnya adalah tali-temali dan tongkat itu sesungguhnya benda mati, yang tidak mungkin bisa menelan lawannya. Akan tetapi ular yang terjelma dari tongkat Nabi Musa as mampu menelan ular hasil sihir mereka. Oleh sebab itu mereka yakin bahwa ular dari tongkat Nabi. Musa itu bukanlah sihir, namun ia adalah mukjizat yang berasal dari Tuhan seluruh alam.
Iman yang berasal dari pengetahuan semacam ini membekas sangat dalam dalam benak mereka. Keyakinan mereka sangat kuat menancap hingga mereka tidak takut dihadapkan kepada hukuman manusia bahkan meskipun kematian ada di depan mata.
Lihatlah bagaimana Bilal bin Rabah, meski dia seorang budak yang harus patuh pada tuannya, ia berani menentang saat diperintah menyembah berhala Latta dan Uzza. Meski harga yang ia pertaruhkan adalah keselamatannya. Ia rela disiksa asal iman tetap di dada. Biarlah mati asal masuk surga. Keren bukan? Lalu apa yang lebih keren dari bisa masuk surga tanpa hisab? Itulah yang dipilih oleh mereka yang beriman.
Orang-orang beriman justru takut meninggalkan perintah Allah ﷻ meski hanya sesaat. Mereka khawatir jika justru pada saat meninggalkan ketaatan itu Allah ﷻ memanggilnya. Bukankah ada riwayat yang menyebutkan bahwa seseorang tidak akan melakukan kemaksiatan kecuali saat itu iman tercerabut dari benaknya?
Tapi kalau dipikirkan emang benar, seorang yang beriman tidak akan melakukan maksiat. Sebab saat akan melaksanakan maksiat takut dosa, takut mati dalam keadaan melakukan dosa, takut murka Allah, takut masuk neraka. Walhasil ia akan mengurungkan maksiatnya.
Mengapa banyak orang takut mati? Sebab mereka banyak dosa. Apalagi jika dalam hatinya ada kecintaan terhadap duniawi, maka ia takut terpisah dengan dunianya, hartanya. Ia juga takut mati, sebab tahu bahwa ia banyak dosa, hingga tidak yakin jika mati akan berbahagia di alam keabadian. Sangat bertentangan dengan sifat orang beriman bukan?
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”