Oleh: Muslihah
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَاِ ذْ تَاَ ذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَاَ زِيْدَنَّـكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَا بِيْ لَشَدِيْدٌ
Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat."(QS. Ibrahim 14: Ayat 7)
Bersyukur merupakan bentuk terima kasih kepada Allah ﷻ. Mengingat bahwa Allah ﷻ telah memberi kehidupan dan nikmat yang tidak terhitung. Sejak sebelum lahir hingga berhembusnya nafas penghabisan terakhir.
Andai manusia mau menghitung dengan detil maka takkan selesai sampai kapan pun kita urai nikmat yang telah diberikan. Coba sedikit saja saya tuliskan di sini contoh kenikmatan itu. Setiap hari matahari terbit dari timur menyinari bumi dan terbenam di barat saat sore hari, ini juga salah satu nikmat Allah ﷻ untuk manusia. Dengan begitu ia bisa menghitung bilangan hari, minggu, bulan dan tahun.
Selain itu tubuh manusia butuh cahaya matahari langsung atau tidak langsung. Secara langsung manusia membutuhkan vitamin D yang didapat dari sinar matahari. Hal ini berbeda dengan vitamin D yang bisa didapat dari selainnya. Manusia pun butuh cahayanya. Asal ada celah masuknya sinar matahari, akan cukup untuk menerangi seluruh ruangan dalam rumah.
Begitu pula tumbuhan dan hewan, mereka sangat membutuhkan sinar matahari. Bagaimana dengan hewan nokturnal? Apakah mereka juga butuh sinar matahari? Jawabnya, ya. Semua makhluk hidup membutuhkan sinar matahari. Mungkin jika hewan nokturnal tidak membutuhkannnya secara langsung. Tetapi apa yang mereka makan membutuhkan sentuhan sinar matahari. Apakah berupa hewan apalagi tumbuhan. Demikian juga manusia, secara langsung atau tidak, ia butuh terhadap sinar matahari.
Bahkan dengan malam yang gelap pun manusia membutuhkannya. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَّجَعَلْنَا الَّيْلَ لِبَا سًا
"dan Kami menjadikan malam sebagai pakaian," (QS. An-Naba' 78: Ayat 10)
Sungguh semua yang diciptakan Allah ﷻ di bumi adalah merupakan kebutuhan manusia. Bahkan bintang gemintang pun bermanfaat bagi manusia di antaranya adalah sebagai petunjuk arah di malam hari.
Masih kurangkan pemberian Allah ﷻ untuk manusia? Dan masih kurangkah bukti bahwa manusia itu layak bersyukur kepada Allah ﷻ? Lalu bagaimana bentuk syukur yang sesungguhnya?
Bentuk syukur yang sesungguhnya adalah sesuai dengan tujuan penciptaan manusia. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَا لْاِ نْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku." (QS. Az-Zariyat 51: Ayat 56)
Apakah ibadah itu? Tentu saja ibadah yang dimaksud adalah mentaati semua perintah terutama kewajiban dan meninggalkan semua larangan, terutama yang haram. Karena sesungguhnya perintah ada kalanya wajib ada kalanya sunnah. Demikian juga larangan ada kalanya haram ada kalanya makruh.
Tujuan penciptaan manusia yang lain adalah sebagai khalifah di muka bumi (QS Al Baqarah 2: 30). Khalifah artinya sebagai pemimpin di muka bumi. Menurut tafsir Ibnu Katsir yang dimaksud kata khalifah dalam ayat ini adalah :
Yakni suatu kaum yang sebagiannya menggantikan sebagian yang lain silih berganti, abad demi abad, dan generasi demi generasi, sebagaimana pengertian yang terkandung di dalam firman-Nya:
وَهُوَ الَّذِي جَعَلَكُمْ خَلائِفَ الأرْضِ
Dan Dialah yang menjadikan kalian penguasa-penguasa di bumi. (Al-An'am: 165)"
Maka demikianlah tujuan Allah ﷻ menciptakan manusia. Oleh sebab itu, bentuk syukur yang diinginkan Allah adalah dengan menjadi khalifah di muka bumi dengan menegakkan semua aturan Allah, mentaati semua perintah dan meninggalkan semua larangan-Nya.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”