Oleh: Lilik Yani
Assalamu'alaikum Ibuku sayang, bagaimana kabarnya hari ini? Semoga sehat dalam lindungan Allah ﷻ dimana pun berada.
Ibu, masih mengaji? Meski hanya sepekan sekali, Alhamdulillah ada tambahan pengetahuan ya, Bu. Semoga makin lama makin paham dan bisa diterapkan.
Untung ada Ustazah Aini yang mau berbagi. Beliau baru lulus kuliah sambil mencari pekerjaan, beliau menggunakan waktunya untuk menyampaikan kebaikan. Beliau ingin mencerdaskan umat agar bangkit melakukan ketaatan kepada Allah ﷻ.
Selain itu Ibu masih rajin mengaji sendiri ya? Sambil membaca terjemah dan juga suka membaca buku kisah Nabi-Nabi. Wah, Ibuku hebat. Ibu terus belajar agar tidak mudah pikun.
Oya, aku ingat kisah ibu yang bertanya tentang paman Nabi yang namanya Abu Thalib. Mengapa beliau yang berjuang dengan Nabi, mendukung dakwah Nabi tapi tidak masuk Islam? Begitu ya, Bu. Hal yang membuat hati ibu gelisah dan penasaran.
Alhamdulillah, sekarang aku sudah tahu jawabnya. Kemarin Ahad ada kajian di kampus membahas hal itu. Jadilah aku memperhatikan serius dan mencatat penjelasannya. Ibu mau tahu? Baiklah nanti saya kirimkan ya, Bu. Agar Ibu bisa membaca dan mengetahui penjelasannya.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
اِنَّكَ لَا تَهۡدِىۡ مَنۡ اَحۡبَبۡتَ وَلٰـكِنَّ اللّٰهَ يَهۡدِىۡ مَنۡ يَّشَآءُؕ وَهُوَ اَعۡلَمُ بِالۡمُهۡتَدِيۡنَ
Innaka laa tahdii man ahbata wa laakinna laaha yahdii mai yashaaa'; wa Huwaa'lamu bilmuhtadiin
Sungguh, engkau (Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki, dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk. (QS. Al-Qasas Ayat 56)
Hidayah yang mengantar seseorang menerima dan melaksanakan tuntunan Allah ﷻ bukanlah wewenang manusia, atau dalam batas kemampuannya, tetapi semata-mata wewenang dan hak prerogatif Allah ﷻ.
Di sini Allah ﷻ menjelaskan hakikat tersebut dengan penegasan, "Sungguh, engkau wahai Nabi Muhammad, tidak dapat memberi petunjuk dalam bentuk hidayah taufìq yang menjadikan seseorang menerima dengan baik dan melaksanakan ajaran Allah kepada orang yang engkau kasihi, meski engkau sangat berhasrat untuk memberi petunjuk kepada kaummu.
Engkau hanya mampu memberi hidayah irsyàd, dalam arti memberi petunjuk dan memberitahu tentang jalan kebahagiaan, tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk keimanan hidayah kepada orang yang Dia kehendaki-Nya bila dia bersedia menerima hidayah dan membuka hatinya untuk itu, dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk."
Ayat ini menerangkan bahwa Muhammad ﷺ tidak dapat membuat kaumnya menjadi taat dan menganut agama yang dibawanya, sekalipun ia berusaha sekuat tenaga.
Ia hanya berkewajiban menyampaikan dan hanya Allah ﷻ yang akan memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya. Dia yang mempunyai kebijaksanaan yang mendalam dan alasan yang cukup. Hal tersebut ditegaskan pula pada ayat lain di dalam Al-Qur'an:
...لَيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ
Bukanlah kewajibanmu (Muhammad) menjadikan mereka mendapat petunjuk, tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. (QS. Al-Baqarah Ayat 272)
Dan firman-Nya:
وَمَا أَكْثَرُ النَّاسِ وَلَوْ حَرَصْتَ بِمُؤْمِنِينَ
Dan kebanyakan manusia tidak akan beriman walaupun engkau sangat menginginkannya. (QS. Yusuf Ayat 103)
Pada akhir ayat ini, Allah ﷻ menegaskan bahwa Dia lebih mengetahui siapa orang-orang yang bersedia dan pantas menerima hidayah itu.
Di antara mereka ialah orang-orang Ahli Kitab yang pernah dikisahkan peristiwanya pada ayat-ayat yang lalu. Sebaliknya orang-orang yang tidak bersedia menerima hidayah seperti beberapa kerabat Nabi, maka hidayah tidak akan diberikan kepada mereka.
MasyaAllah, semoga jadi lebih paham ya, Bu. Meski paman Abu Thalib sangat kuat membela Islam, namun karena Allah ﷻ tidak memberikan hidayah masuk Islam jadi tidak bisa beriman.
Padahal ada kemenakan yang terus berdakwah dan mengajak beliau beriman. Jadi orang sekelas Rasulullah ﷺ pun tidak bisa memberikan hidayah kepada orang yang dicintainya.
Bersyukur kita yang diberikan hidayah sejak kecil. Itu harus disyukuri dengan wujud ibadah yang rajin dan penuh semangat.
Saling mendoakan ya, Bu. Semoga Allah ﷻ ijinkan kita terus menjalankan ketaatan sebagai wujud syukur. Aamiin~
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”