Oleh: Wina Fatiya
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَلَوْ يُؤَاخِذُ اللَّهُ النَّاسَ بِمَا كَسَبُوا مَا تَرَكَ عَلَىٰ ظَهْرِهَا مِنْ دَابَّةٍ وَلَٰكِنْ يُؤَخِّرُهُمْ إِلَىٰ أَجَلٍ مُسَمًّى ۖ فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ بِعِبَادِهِ بَصِيرًا
Dan kalau sekiranya Allah menyiksa manusia disebabkan apa yang mereka perbuat, niscaya Dia tidak akan meninggalkan di atas permukaan bumi suatu mahluk yang bergerak dan bernyawa akan tetapi Allah menangguhkan (penyiksaan) mereka, sampai waktu tertentu; maka apabila datang ajal mereka, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya. (QS. Fatir ayat 45)
Pernahkah membayangkan jika kesalahan atau dosa yang kita perbuat dibalas saat itu juga? Pasti mengerikan ya.
Bayangkan saat kita menggerutu dan memaki dalam hati karena iri, kemudian Allah ﷻ menurunkan hukumannya kepada kita seketika itu, pasti sangat menakutkan.
Padahal kesalahan atau dosa pada contoh di atas dilakukan oleh hati yang tidak terlihat, tidak terdengar bahkan tidak terindera. Bagaimana dengan dosa atau kesalahan yang dilakukan oleh lisan, mata, tangan, kaki dan badan dalam perbuatan dan perilaku kita, jika dibalas langsung tanpa penangguhan? Astaghfirullah sungguh membuat bergidik.
Ayat ini menjadi bukti betapa Allah ﷻ itu Maha lembut dan Maha Asih. Allah ﷻ menutup tabir dosa dan kesalahan manusia dari manusia lainnya. Bahkan kemaksiatan yang dilakukan manusia terkadang Allah ﷻ tutupi dengan kasih sayang-Nya di hadapan dunia.
Dalam ayat ini, Allah ﷻ memberikan pengandaian jika hukuman atas kesalahan atau dosa itu dibalas langsung, maka seluruh makhluk di muka bumi ini akan habis binasa tak bersisa. Mengapa? Karena dosa dan kesalahan manusia akan berimbas pada makhluk hidup lain yang ada di muka bumi. Kesalahan dan kemaksiatan manusia itulah sumber kerusakan bumi.
Nah, jika tidak dibalas langsung lantas bagaimana skenarionya? Allah ﷻ menangguhkan balasan untuk perbuatan buruk dan kesalahan itu kelak ketika ajal datang. Allah ﷻ akan menampakkan bagaimana 'akumulasi' perbuatan manusia itu kelak ketika sakaratul maut.
Dalam Islam ada istilah Husnul Khatimah untuk akhir kehidupan yaitu kematian yang baik. Dan ada Su'ul Khatimah untuk akhir kehidupan yaitu kematian yang buruk. Kondisi kematian ini menjadi penanda siapakah yang mencabut ruh itu dari raga. Apakah malaikat rahmat ataukah malaikat azab.
Rasulullah ﷺ bersabda, "Seorang hamba mukmin jika telah berpisah dengan dunia untuk menyongsong akhirat, maka malaikat akan mendatanginya dari langit dengan wajah putih. Rona muka mereka layaknya sinar matahari, mereka membawa kain kafan dari surga, serta hanuth (wewangian) dari surga. Mereka duduk di sampingnya sejauh mata memandang. Berikutnya, malaikat maut hadir dan duduk di dekat kepalanya sembari berkata: "Wahai jiwa yang baik jiwa yang tenang keluarlah menuju ampunan Allah dan keridhaan-nya." Keluar bagaikan cucuran air dari kantong kulit" (HR. Ahmad)
Sebaliknya bagi orang yang tidak beriman, Rasulullah ﷺ bersabda:
"Adapun hamba yang kafir, jika akan meninggal dunia dan menghadapi akihirat, maka datanglah kepadanya Malaikat yang mukanya hitam dengan pakaian hitam. Lalu duduk di mukanya sepanjang pandangan mata, kemudian datang Malaikulmaut dan duduk di samping kepalanya lalu berkata: "Hai roh yang jahat, keluarlah menuju murka Allah."
Sungguh perbedaan yang yang signifikan. Oleh karena itu, Islam mengajarkan beberapa doa untuk meminta supaya kita wafat dalam kondisi Husnul Khatimah, diantaranya:
رَبَّنَا إِنَّنَا سَمِعْنَا مُنَادِيًا يُنَادِي لِلْإِيمَانِ أَنْ آمِنُوا بِرَبِّكُمْ فَآمَنَّا ۚ رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ الْأَبْرَارِ
Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu): "Berimanlah kamu kepada Tuhanmu", maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak berbakti. (QS. Ali-Imran ayat 193)
اَللّهُمَّ اخْتِمْ لَنَا بِاْلاِسْلاَمِ وَاخْتِمْ لَنَا بِاْلاِيْمَانِ وَاخْتِمْ لَنَا بِالْخَيْرِ وَاخْتِمْ لَنَا بِالسَّعَادَةِ وَاخْتِمْ لَنَا بِحُسْنِ الْخَاتِمَةِ
Ya Allah akhirilah hidup kami dengan Islam, dengan membawa iman, dengan kebaikan, dengan kebahagiaan dan dengan husnul khotimah. (Kitab An-Nashaihud Diniyyah karya Abdullah bin Alwi Al Haddad)
اَللَّهُمَّ اجْعَلْ خَيْرَ عُمْرِي آخِرَهُ، وَخَيْرَ عَمَلِي خَوَاتِيمَهُ، وَخَيْرَ أَيَّامِي يَوْمَ أَلْقَاكَ فِيهِ
Ya Allah, jadikanlah sebaik-baik umurku adalah umur yang terakhirnya, sebaik-baik amalku adalah amal-amal penutupannya dan sebaik-baik hariku adalah hari saat aku menghadap-Mu. (HR Ath-Thabrani)
Semoga kita terhindar dari akhir kehidupan yang buruk dan mendapatkan kematian yang menenangkan. Pertanyaannya, sudahkah kita mempersiapkan kematian itu sebaik-baiknya dengan amalan terbaik?
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”