Oleh: Ramsa
Mengarungi samudera kehidupan, kita ibarat para pengembara di jalan Allah ﷻ. Ada yang mengembara dengan tujuan dan arah yang sudah jelas. Ada yang mengembara dan mengisi hidup layaknya air mengalir, dijalani saja katanya. Ada juga yang berprinsip ikut saja kemana angin bertiup. Yang penting nikmati saja hidup ini.
Sekilas kata-kata itu tidak ada masalah, tak ada yang salah. Namun perlu dicermati dan dikritisi. Sebagai manusia kita sudah dibekali akal agar bisa mengetahui atau memahami tujuan hidup yang tepat sesuai anjuran syariat. Tidak layak seorang muslim menjadi orang yang berprinsip hidup seperti air mengalir atau ikuti arah angin, karena angin itu bisa membawa berkah atau bahaya. Sangat penting memiliki prinsip dan punya visi kehidupan. Mestinya bisa mengarahkan hidup ini agar berada dalam ketaatan.
Pena dalam kehidupan ini sangat penting. Pena menjadi saksi perbuatan manusia. Adakalanya pe na bisa menjadi teman kemana pun pergi. Seolah pena tak bisa dipisahkan dari kehidupan. Pena akan selalu mencatat semua irama kehidupan. Tatkala sudah masuk ke hari akhirat maka tinggal menunggui amal kita di perlihatkan dalam buku catatan amal.
Diriwayatkan dari ‘Abdullah Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
نَحْنُ آخِرُ الأُمَمِ وَأَوَّلُ مَنْ يُحَاسَبُ، يُقَالُ: أَيْنَ الأُمَّةُ الأُمِّيَّةُ وَنَبِيُّهَا؟ فَنَحْنُ الآخِرُوْنَ الأَوَّلُوْنَ
“Kita adalah umat yang terakhir (di dunia), tapi yang pertama dihisab (di akhirat).” Seorang sahabat bertanya, “Dimanakah umat-umat yang lainnya dan Nabi mereka?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Kita adalah yang terakhir dan yang pertama.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam Sunan-nya, no. 4280, dan dinilai shahih oleh al-Albani dalam as-Silsilah ash-Shahiihah, no. 2374)
Allah Ta’ala telah menugaskan para Malaikat yang mulia' untuk mengawasi dan mencatat perbuatan dan ucapan manusia. Mereka mencatatnya dalam lembaran catatan amal yang akan dibaca oleh manusia pada hari Kiamat kelak. Para Malaikat yang mulia ini benar-benar sangat amanah dan teliti dalam mencatat. Mereka mencatat semua ucapan dan perbuatan manusia, secara detail dan terperinci, baik yang zhohir maupun batin. Allah Ta’ala berfirman:
وَكُلُّ شَيْءٍ فَعَلُوْهُ فِي الزُّبُرِ (52) وَكُلُّ صَغِيْرٍ وَكَبِيْرٍ مُسْتَطَرٌ (53)
“Dan segala sesuatu yang telah mereka perbuat tercatat dalam buku-buku catatan (yang ada di tangan Malaikat). Dan segala (urusan) yang kecil maupun yang besar adalah tertulis.” (QS. Qomar: 52-53).
Maka sebagai manusia kita pun wajib berusaha menorehkan kebaikan saja dalam hidup kita agar kitab amalan kita bagus saat Allah buka untuk diri kita masing-masing. Karena tidak ada satu amal pun yang luput dari catatan Allah ﷻ yang Maha Teliti dan Maha Halus.
نٓ ۚ وَالْقَلَمِ وَمَا يَسْطُرُونَ
Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis, (OS. Al-Qalam ayat 1)
Menulis amal kita tentu sulit menuliskan semuanya. Namun menuliskan sebuah renungan atau review amal harian agar jadi pengingat. Maka mari menulis agar ilmu jadi berkah, juga bisa menampung ilmu yang di pelajari. Menolak lupa atau menunda pikun. Salah satu manfaat menulis.
Terus menulis, mengukir jejak, menjaga kewarasan dan istiqomah sampaikan Islam. Menulis untuk mengasah kemampuan dan menjalankan kehidupan. Tanda syukur diberi Ilmu. Semoga setiap goresan jadi ladang pahala. Menjadi saksi kelak di hari akhir. Menjadi pemberat timbangan amal baik. Aaamiin. Mari menulis~
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”