Oleh: Emmy Emmalya
Sebagian masyarakat saat ini dalam menentukan sistem kehidupannya selalu dihadapkan dalam dua pilihan yaitu sistem otoriter atau demokratis, seakan-akan tidak ada pilihan lain.
Bahkan ketika ditawarkan model sistem lain yang berbasis norma-norma agama yang bersumber dari kitab suci, mereka langsung mengklaim bahwa itu berbahaya bagi demokrasi.
Jadi demokrasi itu seperti yang disakralkan bisa memberikan penyelesaian bagi negeri padahal banyak dari ilmuwan politik barat sendiri yang mengkritik mekanisme sistem demokrasi.
Faktanya demokrasi hanya melahirkan hukum besi demokrasi dan hukum besi oligarki, Sehingga hukum seakan-akan di kontrol atas nama rakyat, padahal pada faktanya rakyat itu tidak pernah berdaulat karena rakyat hanya berperan ketika saat memilih dalam pemilu saja setelahnya rakyat tak bisa berbuat apa-apa.
Selain itu teori demokrasi yang meletakkan kedaulatan di tangan rakyat pada nyatanya hanya melahirkan kedaulatan pada tangan segelintir orang yang memiliki kekayaan sedangkan yang tak memiliki kekayaan hanya jadi sapi perahan.
Hal ini berbeda dengan Islam, dalam Islam kedaulatan itu berada pada Sang pencipta yang menciptakan rakyat (manusia) yaitu Allah ﷻ yang aturannya termaktub dalam kitab suci Al Qur'an.
Oleh karena itu kebenaran hanya milik Allah semata bukan berada di tangan manusia sebagaimana firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 147 berikut :
اَلْحَـقُّ مِنْ رَّبِّكَ فَلَا تَكُوْنَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِيْنَ
"Kebenaran itu dari Tuhanmu, maka janganlah sekali-kali engkau (Muhammad) termasuk orang-orang yang ragu." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 147)
Maka, sudah saatnya masyarakat khususnya kaum muslim yang mengaku beriman kepada Allah ﷻ untuk mengambil sistem hukum yang berasal dari kitabullah.
Jika sebagian masyarakat sekarang masih banyak yang menolak penerapan hukum-hukum Allah karena mereka tak berusaha untuk memahami tapi terlalu tergesa-gesa melakukan penolakan tanpa menyimak dan mencoba memahaminya.
Janganlah kita berpikir seperti kolonial belanda yang memisahkan antara orang-orang yang mendukung hukum Islam dengan yang mendukung hukum sekuler.
Kita adalah makhluk yang diberikan akal oleh Allah ﷻ sehingga bisa membedakan mana yang mengandung nilai kebenaran dan mana yang tidak. Jangan sampai karena taklid buta terhadap ketokohan seseorang atau diiming-imingi harta dan tahta hingga membutakan mata kita untuk melihat sebuah kebenaran yang berasal dari penciptanya manusia itu sendiri.
Sudah saatnya kita merubah cara berpikir kita yang cenderung tertutup dalam menerima sistem kehidupan lain selain demokrasi, kita terlalu terpesona dengan keindahan semu yang ditawarkan oleh sistem ini, nampak indah tapi pada hakikatnya hanya fatamorgana saja.
Sebagai seorang muslim sudah seyogyanya kita kembali mengkaji apa yang telah disampaikan oleh baginda kita Rasulullah ﷺ yang termaktub dalam Al-Qur'an agar kita tidak terus berada dalam kubangan kemaksiatan yang membawa pada kesengsaraan.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”