Oleh: Srie Ummu Roya
Manusia sebagai makhluk sosial akan selalu berhubungan satu sama lain dalam kehidupan sehari-hari. Dalam lingkungan masyarakat harus bisa saling menghormati dan melengkapi satu sama lain.
Setiap amal seorang Muslim akan di hisab sehingga kita diperintahkan untuk selalu melakukan kebaikan ketika hidup di dunia. Muslim dianjurkan untuk berlomba dalam kebaikan (Fastabiqul khairat) untuk menggapai rida Allah ﷻ.
Sebagaimana firman Allah ﷻ berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 148:
وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا ۖ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ ۚ أَيْنَ مَا تَكُونُوا يَأْتِ بِكُمُ اللَّهُ جَمِيعًا ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
"Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. Al-Baqarah ayat 148)
Fastabiqul khairat secara bahasa artinya bersegera mentaati, menerima, dan mengikuti perintah atau syariat Allah ﷻ. Makna ini memberikan pemahaman tentang prinsip keimanan dalam diri seorang Muslim seperti berlomba dalam kebaikan, serta berusaha menjadi yang terdepan dalam melaksanakan ketaatan dan meraih rida Allah ﷻ.
Sebagaimana firman Allah ﷻ:
وَفِي ذَلِكَ فَلْيَتَنَافَسِ الْمُتَنَافِسُوْنَ...
“...Dan untuk yang demikian itu hendaklah orang berlomba-lomba.” (QS. Al-Mutaffifin Ayat 26)
Rasulullah ﷺ pun mendorong umatnya untuk selalu berlomba dalam kebaikan seperti sabdanya:
بَادِرُوا بِالأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِى كَافِرًا أَوْ يُمْسِى مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا
“Bersegeralah melakukan amalan sholih sebelum datang fitnah (musibah) seperti potongan malam yang gelap. Yaitu seseorang pada waktu pagi dalam keadaan beriman dan di sore hari dalam keadaan kafir. Ada pula yang sore hari dalam keadaan beriman dan di pagi hari dalam keadaan kafir. Ia menjual agamanya karena sedikit dari keuntungan dunia” (HR. Muslim no. 118).
Sejatinya amal saleh seorang Muslim akan kembali kepada dirinya sendiri. Sebagaimana firman Allah ﷻ:
...إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ
“Jika kalian berbuat baik, sesungguhnya kalian berbuat baik bagi diri kalian sendiri...” (QS. Al-Isra' Ayat 7)
Fastabiqul khairat akan membuat waktu menjadi lebih produktif dan berpahala, sehingga tidak terbuang sia-sia.
Selain itu ketika seorang Muslim terbiasa melakukan kebaikan, mereka senantiasa memiliki energi yang dapat tersalurkan kepada kegiatan positif.
Maka sudah selayaknya kita senantiasa berlomba-lomba dalam kebaikan, sehingga bisa medapatkan rida dari Allah ﷻ dalam setiap aktivitas kita.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”