Oleh: Titin
Owner Angkringan Jahe Merah
Tentang hal gaib dan siapa yang mengetahuinya? Dalam Al-Qur’an Allah ﷻ berfirman:
إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ ۖ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا ۖ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Sesungguhnya hanya di sisi Allah ilmu tentang hari Kiamat; dan Dia yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dikerjakannya besok. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Mengenal (QS. Luqman: 34)
Hal gaib erat kaitannya dengan sesuatu yang belum dan akan terjadi. Pada ayat ini, Allah ﷻ menerangkan dengan jelas bahwa hanya Dia lah yang mengetahuinya tentang hal gaib itu. Dalam hal ini ada lima perkara yang hanya Allah ﷻ yang mengetahuinya tentang apa yang akan terjadi, yaitu:
1. Hanya Allah yang mengetahui kapan terjadinya hari kiamat. Tidak ada satu makhluk pun yang mengetahui, sekalipun itu malaikat. Padahal, malaikat adalah makhluk yang paling dekat dengan-Nya, juga terhadap Nabi yang di utusnya.
2. Hanya Allah ﷻ yang menurunkan hujan. Dia menetapkan kapan, di mana dan Berapa air yang dicurahkan-Nya. Ketetapan ini Tidak seorangpun mengetahuinya. Sekalipun itu dukun sakti mandraguna. Jangan dipelintir ya dengan aturan baru yaitu bisa memindahkan atau men-stop hujan.
3. Hanya Allah-lah yang dapat mengetahui dengan pasti apa yang ada di dalam kandungan perempuan, cacat kah atau sempurna, dan kapan ia dilahirkan. Sampai ajalnya datang.
4. Hanya Allah-lah yang mengetahui dengan pasti apa yang akan dikerjakan oleh seseorang besok harinya, Walaupun manusia itu sudah merencanakannya. Jika Allah ﷻ menghendaki maka pekerjaan itu akan terlaksana, tetapi bisa sebaliknya bahwa pekerjaan itu tidak akan terlaksana.
5. Seseorang tidak akan pernah mengetahui kapan dan di mana manusia itu meninggal. Apakah di daratan, di lautan, atau di udara.
Hanya Allah-lah tempatnya kepastian, juga tempat semua kunci-kunci gaib itu seperti yang telah diterangkan dalam surah Al-An’am ayat 59:
وَعِنْدَهُ مَفَاتِحُ الْغَيْبِ لَا يَعْلَمُهَا إِلَّا هُوَ ۚ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ ۚ وَمَا تَسْقُطُ مِنْ وَرَقَةٍ إِلَّا يَعْلَمُهَا وَلَا حَبَّةٍ فِي ظُلُمَاتِ الْأَرْضِ وَلَا رَطْبٍ وَلَا يَابِسٍ إِلَّا فِي كِتَابٍ مُبِينٍ
Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)" (QS. Al-An'am: 59)
Artinya Tidak seorangpun yang memiliki pengetahuan itu. Sekalipun orang itu diberi pengetahuan yang banyak. Namun hanya sebagian kecil sekali dibandingkan dengan pengetahuan Allah ﷻ.
Sesungguhnya Allah ﷻ menciptakan alam dan segala macam isinya ini, termasuk hujan di dalamnya, sudah dilengkapi dengan aturan dan hukum yang mengaturnya sejak dari waktu permulaan sampai Akhir Masa adanya. Ketentuan ini tidak akan pernah berubah sedikitpun bagi Allah ﷻ.
Lalu dari beberapa aturan dan ketentuan tersebut mengajarkan kepada kita untuk meyakini bahwa Allah ﷻ lah yang menciptakan segalanya, agar manusia dapat menghambakan diri kepada-Nya.
Maka sungguh aneh bila ada orang yang menyatakan dirinya mengetahui tentang hal gaib itu. Seandainya ada manusia yang mengetahui tentang hal gaib ini maka pengetahuan mereka hanyalah merupakan dugaan dan prasangka belaka, tidak sampai kepada hakikat yang sebenarnya. Sehingga mereka mereka pun tidak mengetahui dengan pasti akibat dan hikmat suatu dari kejadian itu.
Dapat dicontohkan dari pawang hujan atau ritual klenik lainnya. Turun dan pindahnya hujan adalah hal gaib dan ilmu Allah ﷻ. Nilai yang sebenarnya dari sesuatu yang gaib adalah sebagai ujian untuk menunjukan nilai dari seorang makhluk yang mengaku dirinya beriman.
Seperti yang kita ketahui bahwa ritual pawang hujan dilakukan dengan cara-cara yang tidak disyariatkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Adakah syariat Ibadah dalam Islam memakai sesajen? Sungguh ini bentuk sirik yang berdalih “ini juga cara meminta kepada yang Maha Kuasa.” Lalu kenapa tidak memohon langsung kepada-Nya dengan cara yang Allah ﷻ mau? Pantaskah seorang mahluk mengambil baju kuasa-Nya.
Beralih pada hal lain yaitu tentang Klenik kendi apakah sudah pasti dengan klenik ini negara berubah makmur sejahtera? Bukankah ini juga hal gaib?
Dianalisa dari caranya yang sudah tidak sesuai aturan dari sang pemilik bumi ini dengan melakukan metode klenik. Kemudian dari esensi pindah IKN sendiri apakah ini genting dan merupakan kemauan seluruh rakyatnya? Dan apakah pemindahan IKN untuk kepentingan rakyat? Padahal kondisi rakyat saat ini sedang berjuang melawan pandemi.
Dengan begitu dapat diketahui ada kepentingan lain dibelakang-Nya dan diduga kuat adalah kepentingan segelintir orang seperti oligarki dan sistem keji dari sekuler kapitalis yang mencengkeram dunia.
Wahai umat sadarlah dan berhentilah dari segala bentuk klenik, syirik, dan berhala modern ini. Pahamilah segala sesuatu yang gaib itu hanya kepunyaan Allah ﷻ Semata.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”