Oleh: Yuyun Rumiwati
Lima tahunan terakhir ini kebebasan bersuara semakin kebablasan, dari meragukan bahkan mencela ajaran agama semakin ugal-ugalan.
Tengok saja mulai dari syari'at azan, dan yang paling baru pekan ini, Si Abu Janda mengatakan bahwa Masjidil Aqsa dibangun pasca nabi Muhammad wafat.
Sebuah pernyataan kontraversial dan tidak berdasar. Mengingat Masjidil Aqsa saat Rasullah ﷺ melakukan perjalanan Isra' Mi'raj dari Masjidil haram ke Masjidil Aqsa. Bahkan di Masjid Al-Aqsa pula Rasulullah ﷺ menjadi imam para nabi.
سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ
Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar dan melihat. (QS. Al-Isra' ayat 1).
Ayat itu cukup jelas untuk meluruskan pendapat Si Abu Janda. Fakta banyaknya orang yang meragukan bahkan mendebat ajaran Islam mengingatkan kita pada sebuah ayat,
اِنَّ الَّذِيۡنَ يُجَادِلُوۡنَ فِىۡۤ اٰيٰتِ اللّٰهِ بِغَيۡرِ سُلۡطٰنٍ اَتٰٮهُمۡۙ اِنۡ فِىۡ صُدُوۡرِهِمۡ اِلَّا كِبۡرٌ مَّا هُمۡ بِبَالِغِيۡهِؕ فَاسۡتَعِذۡ بِاللّٰهِؕ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيۡعُ الۡبَصِيۡرُ
Sesungguhnya orang-orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah tanpa alasan (bukti) yang sampai kepada mereka, yang ada dalam dada mereka hanyalah (keinginan akan) kebesaran yang tidak akan mereka capai, maka mintalah perlindungan kepada Allah. Sungguh, Dia Maha Mendengar, Maha Melihat. (QS. Al-Ghifir: 56, Juz: 24)
Sebuah surat cinta yang mengajarkan manusia waspada dalam berucap. Apalagi sampai berdebat laksana benar sendiri. Ini jelas bukan komunikasi sehat.
Terkesan Pembiaraan
Diakui atau tidak, kasus serupa ini semakin banyak terjadi. Namun, apa tindakan dari pemerintah yang tegas?
Diakui atau tidak Efek inti diberlakukannya kapitalisme sekularisme yang bercokol di dunia ini, termasuk Indonesia. Atas nama kebebasan berpendapat mereka leluasa melakukan aksi tak bernalarnya.
Inilah fakta bahwa demokrasi sekulerisme telah menampakkan tanda-tanda kehancuran. Alternatif pilihan yang dapat menjadi solusi pasti dan terbukti adalah sistem Islam sebagai solusi pengganti.
Bahkan di era kepemimpinan Amirul Mukminin Umar bin Abdul Aziz tercatat dalam dokumen sejarah bahwa pada masa itu tidak ditemukan orang miskin yang akan diberikan hasil zakat. Pada era itu, Khalifah Umar bin Abdul Aziz telah membebaskan rakyatnya dari kemiskinan. Semua rakyatnya hidup berkecukupan.
Sejarah membuktikan di kondisi terbalik saat Islam tegak. Islam menghormati agama lain, melindungi seluruh rakyat mau itu muslim ataupun tidak, menegakkan hukum tegas tidak pandang bulu, menjamin kehidupan masyarakatnya sejahtera dari segi kesehatan, pendidikan, jodoh dan tempat tinggal semua di urus negara, juga mengelola sember daya dan kekayaan alam dengan sebaik-baiknya lalu mengembalikan hasilnya untuk kesejahteraan rakyat.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”