Oleh: Ramsa
Kita patut memikirkan masa depan negara kita. Memikirkan nasib penerus bangsa. Di saat pendidikan hari banyak melahirkan generasi rapuh dan minus pemikiran sehat, generasi pecandu gadget hanya memikirkan hidup sendiri.
Generasi muda dan pelajar Indonesia cukup banyak terlibat narkoba, tawuran dan pornografi. Miris, memikirkan nasib bangsa bagaimana ke depannya. Patut disayangkan ketika generasi yang harusnya adalah calon pemimpin namun lemah pemikiran dan lemah visi misi kepemimpinan.
Sejatinya pemuda hari ini adalah potret pemimpin masa depan. Akankah kita berharap pada generasi yang demikian? Secara statistik lebih dari 2,3 juta pelajar Indonesia adalah pengguna narkoba, CNN Tahun 2019. Data tahun 2021 tercatat 57% remaja Indonesia mencoba gunakan narkoba.
Dalam kasus tawuran, remaja juga adalah subjek yang cukup sering jadi pemberitaan. Bahkan beberapa kota besar di Indonesia sudah jadi langganan tawuran. Yakni Jawa Barat, Jatim, DI Jogjakarta, Jakarta, Nusa Tenggara Barat dan Sumatera Selatan. Bahkan bulan Ferbruari 2022 lalu tawuran menelan korban jiwa. (CNN Indonesia)
Dari beberapa data tersebut, penting menjadi pemikiran, bagaimana potret bangsa dan negara ini ke depannya. Layak kah kita berdiam diri dan pasrah terhadap keadaan atau mesti jadi bagian yang menyiapkan genrasi emas, generasi pejuang yang siap melanjutkan perjuangan mulia Rasulullah ﷺ dan para ulama.
Penyebab Lemahnya Generasi
Generasi yang lemah pemikiran, lemah kepribadian islam tentu akan mewujudkan generasi miskin solusi tanpa visi misi. Generasi yang lemah karena produk pendidikan yang memisahkan agama dari kehidupan. Generasi yang dimanjakan dengan teknologi sehingga melahirkan generasi instan dan malas berpikir. Akibatnya pemuda atau generasi hari ini sering kali menganggap hidup ini hanya tentang urusan diri sendiri dan keluarga. Generasi yang tidak peka terhadap kondisi masyarakat.
Semua ini berinduk pada akidah sekularisme dengan ide libaralisme sebagai turunannya. Setiap individu merasa bebas berbuat sesuka hati walau menyakiti bahkan merusak orang lain. Bebas melakukan apa saja berdasar suka dan tidak suka. Bukan karena ini boleh atau tidak boleh. Terlahirlah generasi cuek cenderung zhalim.
Islam dan Generasi Terbaik
Menyikapi kondisi generasi yang sakit tentu butuh solusi. Butuh konsep mendasar yang lengkap agar bisa disembuhkan. Bak dokter spesialis yang siap mendiagnosa lalu membedah semua keluhan dan memberi satu obat ampuh untuk semua masalahnya. Memberi solusi agar masalah tidak kumat lagi. Untuk itu butuh dukungan sistem yang baik dari zat Maha baik, yakni sistem islam kaffah yang bisa memberi solusi terhadap pendidikan, keluarga dan kepemimpinan sekaligus.
Potret Generasi Terbaik
Pendidikan merupakan sendi paling berpengaruh dalam mencetak kualitas generasi suatu bangsa. Tentu wajib ditopang oleh sistem politik dan ekonomi yang mumpuni agar bisa mewujudkan pendidikan bermutu tinggi dan berbiaya rendah. Sebagai gambaran yaitu sistem politik menyedikan kebijakan yang memudahkan peserta didik, sistem ekonomi yang memberi peluang dan kebijakan yang mendukung penuh pendidikan rendah biaya atau tanpa biaya.
Sistem ekonomi yang kuat juga menyediakan fasilitas terbaik bagi guru dan semua tenaga kependidikan, termasuk gaji yang sangat layak. Sehingga guru fokus dalam memantapkan kepribadian islam siswa-siswinya. Kurikulum terpadu akidah pada semua pelajaran. Sehingga harapan tercipta generasi terbaik bisa diwujudkan.
Kerjasama ketiga bidang ini sudah pernah diterapkan dalam sistem islam. Hasilnya pendidikan berkualitas lahirlah ulama sekligus ilmuwan polymath yang handal dan dalam jumlah yang banyak. Sebut saja Al khawarizmi penemu angka nol yang juga ahli ilmu Faraidh (ilmu tentang waris). Ahli fiqh dan ilmu falaq. Ibnu Hayyan ahli kimai dan ahli ibadah. Dan masih banyak lainnya.
Tentu yang patut dijadikan teladan setelah Rasulullah ﷺ adalah generasi sahabat Rasulullah ﷺ. Karena merekalah genrasi terbaik yang Rasulullah ﷺ sebutkan dalam suatu hadisnya.
"Sebaik-baik umat manusia adalah generasiku (sahabat), kemudian orang-orang yang mengikuti mereka (tabi’in) dan kemudian orang-orang yang mengikuti mereka lagi (tabi’ut tabi’in)." (Muttafaq ‘alaih).
Saat ini memang sulit mengikuti jejak para sahabat Rasulullah ﷺ. Namun masih cukup memungkinkan meneladani dan mengikut jejak para ulama dan ilmuwan. Yang setiap ilmunya senantiasa terpaut akidah islam. Tidak boleh keluar dari syariat. Mari berjuang mewujudkan generasi terbaik, genrasi yang cinta ilmu dan takut bermaksiat karena ketaatannya pada Allah ﷻ. Generasi calon ulama pemimping tangguh masa depan.
وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَآبِّ وَالْأَنْعٰمِ مُخْتَلِفٌ أَلْوٰنُهُۥ كَذٰلِكَ ۗ إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمٰٓؤُا ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ
Artinya: Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. ( QS Al fath : 28)
Semoga pendidikan islam segera bisa berjaya dalam bingkai sistem politik islam kaffah. Agar semakin banyak lahir pemuda pemimpin hebat seprti generasi Muhammad Al Fatih. Siap berkorban untuk menghadirkan anak yang layak jadi pemimpin umat terbaik.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”