Oleh: Yati Azim
Tentang minyak goreng yang mahal. Gas yang melambung. Bawang merah yang meroket. Tentang apa saja yang terjadi dalam detik kehidupan, segala gejolak maupun kegaduhan. Kemaren, hari ini dan besok.
Tentang suara adzan yang dipermasalahkan. Tentang 300 ayat Al-Qur'an yang ingin dihapus. Tentang umat Nabi Muhammad ﷺ yang dianggap radikal. Tentang pondok pesantren yang difitnah melahirkan teroris. Tentang ulama yang dibui hingga rakyat ditembak mati.
قَالَ رَبِّي يَعْلَمُ الْقَوْلَ فِي السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ ۖ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Dia (Muhammad) berkata, “Tuhanku mengetahui (semua) perkataan di langit dan di bumi, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui!” (TQS. Al-Anbiya: 4)
Ya, segalanya sudah Allah ﷻ ketahui. Apapun itu. Baik ucapan dari lisan kita maupun yang masih ada di dalam hati. Rahasia kita, sebaik apapun kita menyimpannya. Hingga aib-aib kita. Tak ada yang tersembunyi dalam pengetahuan Allah ﷻ.
Maka, selayaknya kita malu. Malu kepada Allah ﷻ. Bahwa, hasil dari kebijakan manusia yang menyelisihi dari pinta Allah ﷻ itulah segala yang tampak hari ini bak badai yang semakin membahana. Gejolak manusia yang pro dan kontra seakan tak jenuh dengan permusuhan, ah sungguh nelangsa.
Hanya saja, kita jangan pernah lupa. Bahwa, sikap kita dan respon kita inilah yang kelak menentukan nasib kita di akhirat. Apakah Allah ﷻ ridha atau justru benci dengan kita. Maka, segeralah kita muhasabah bersama, agar jangan sampai kita menjadi pembenci yang tak beralasan.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”