Oleh: Emmy Emmalya
Sungguh mengherankan keadaan sebagian segolongan manusia saat ini, ketika ada perbedaan pendapat dalam suatu perkara langsung dikomentari dengan kata-kata kotor dan tak beradab.
Perilaku seperti ini bahkan dilakukan juga oleh seorang yang dikenal sebagai sebutan kaum intelektual alias orang yang memiliki kapasitas keilmuan. Mereka seharusnya memiliki adab yang lebih mulia dari pada orang-orang yang tidak memiliki ilmu.
Cara mengoreksi dan berkomentar pun harus berbeda dengan orang yang tidak memiliki ilmu. Mereka disebut berilmu tapi tidak beradab sehingga hilang keberkahan ilmunya.
Sebagai contoh berkomentar di beranda orang lain dengan mengungkapkan kata-kata yang kotor hanya karena berbeda pendapat dalam perkara agama, kenapa tidak bisa bicara baik-baik. Jika salah sampaikan dengan cara yang santun bukan mencaci maki bahkan maaf dengan menyebutkan anggota kebun binatang dan kalangan syetan atau sebutan yang tak senonoh lainnya.
Padahal dia tidak mengenal pemilik akun tersebut tapi karena pemilik akun tersebut menyampaikan perihal agama yang tidak sependapat dengan dirinya lalu serta merta melontarkan komentar yang tak sopan dan tak beradab.
Seraya menyatakan pendapat dirinyalah yang paling benar dan sesuai dengan Al-Qur'an dan As-sunnah. Padahal Al-Qur'an pun membolehkan perbedaan pendapat karena ada ayat-ayat mutasyabihat yang membolehkan terjadinya perbedaan pendapat selama masih diperkenankan oleh syariat.
Miris rasanya melihat ada segolongan orang yang dengan mudahnya mengeluarkan kata-kata yang kotor hanya karena berbeda pendapat, mudah tersulut emosinya ketika ada yang tak sejalan dengannya.
Apalagi kalau sampai ada yang membayarnya hingga berani mencaci golongan lain. Sejatinya hanya orang yang memiliki hati yang bersih saja yang akan menanggapi perbedaan dengan perkataan yang santun dan bersikap dewasa.
Karena hakikatnya perbedaan pendapat itu rahmat dari Allah ﷻ selama masih di atas koridor syariat. Islam tidak pernah mengenal debat kusir di antara kalangan kaum muslim.
Para sahabat dan ulama mazhab dahulu ketika berbeda pendapat mereka saling menghormati dan ketika akan mengambil keputusan untuk diterapkan akan mengambil pendapat yang paling kuat dalilnya.
Jadi begitulah yang dicontohkan oleh para sahabat dan para imam mazhab selalu mengedepankan persatuan dan saling mengingatkan bukan malah saling menjatuhkan dan menjelekkan orang lain.
Kondisi seperti ini nyata adanya saat ini, karena adanya sekelompok orang yang sengaja dibayar untuk mengomentari para pengemban dakwah yang mendakwahkan Islam, mereka langsung mencap para pengemban dakwah itu sebagai orang bayaran padahal telah nyata dalam Al-Qur'an bahwa seorang penyeru kebenaran itu tak mengharapkan bayaran sama sekali. Bagi mereka bayaran berupa pahala lebih berharga daripada dunia dan seisinya.
Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam surat Yusuf Ayat 103-104 :
وَمَاۤ اَكْثَرُ النَّا سِ وَلَوْ حَرَصْتَ بِمُؤْمِنِيْنَ
وَمَا تَسْـئَلُهُمْ عَلَيْهِ مِنْ اَجْرٍ ۗ اِنْ هُوَ اِلَّا ذِكْرٌ لِّـلْعٰلَمِيْنَ
"Dan kebanyakan manusia tidak akan beriman walaupun engkau sangat menginginkannya. Dan engkau tidak meminta imbalan apa pun kepada mereka (terhadap seruanmu ini), sebab (seruan) itu adalah pengajaran bagi seluruh alam." (QS. Yusuf Ayat 103-104)
Kalau masih ada yang komen dengan tak pantas di beranda saya. Saya tak akan menanggapi, karena saya hanya akan menanggapi orang-orang yang memiliki hati bersih dan benar-benar mencari persaudaraan bukan permusuhan.
Ketika kondisi semakin pekat dan serangan terhadap ajaran Islam dan pengembannya semakin masif maka itu pertanda kemenangan Islam akan tiba. Allahu Akbar....!!! Teruslah berdakwah meskipun orang-orang fasik dan munafik tak menyukainya.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”