Oleh: Enny Ummu Almira
Bagi sebagian orang yang sudah mengkaji ilmu agama, akan tau tujuan ia diciptakan di dunia untuk apa. Tapi bagi sebagian lagi mungkin tau, tapi belum faham sehingga ia seringkali lalai.
Ya tujuan diciptakan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah, sehingga dia akan melakukan segala sesuatu diniatkan untuk beribadah kepada Allah atau mencari Ridha Allah semata. Meski kadang ada amalan tertentu dengan maksud ingin mendapat balasan materi.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat: 56).
Jika manusia sudah sadar bahwa ia diciptakan untuk beribadah, ia akan mencari tau apa saja yang harus ia lakukan, yang semuanya sudah tercantum dalam Al-Qur'an sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan, baik di dunia maupun di akhirat.
إِنَّ هَٰذَا الْقُرْآنَ يَهْدِي لِلَّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشِّرُ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا كَبِيرًا
“Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar,” (QS. Al Isra: 9).
Jika sudah demikian maka ia tidak akan bingung dan tidak akan tersesat dalam menjalani kehidupan di dunia dan di akhirat. Semua sudah diatur di dalam Al-Qur'an secara detail dan menyeluruh (kaffah). Mengapa harus sesuai pedoman? Karena syarat di terimanya amal adalah selain niat ikhlas karena Allah, juga tata caranya harus sesuai dengan hadist.
Selain memahami hal di atas, ia juga akan menyadari bahwa semua yang ia lakukan kelak akan dimintai pertanggungjawabannya, dengan bukti-bukti catatan amal yang menjadi tugas malaikat pencatat amal yaitu malaikat Raqib bertugas mencatat amal kebaikan dan malaikat Atid bertugas mencatat amal keburukkan, sehingga setiap orang mempunyai buku catatan amal sendiri atau masing-masing.
وَكُلَّ إِنْسَانٍ أَلْزَمْنَاهُ طَائِرَهُ فِي عُنُقِهِ ۖ وَنُخْرِجُ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كِتَابًا يَلْقَاهُ مَنْشُورًا
“Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya (sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya. Dan Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka.” (QS. Al Isra': 13)
Untuk itulah bagi orang yang senantiasa melakukan muhasabah diri, introspeksi diri dan evaluasi diri setiap hari maksimal setiap malam menjelang tidur, atas apa yang telah dilakukan selama seharian dari bangun tidur sampai tidur lagi. Ia akan selalu menemukan atau mengambil pelajaran baik dari kegagalan maupun kesuksesan yang ia raih pada hari itu. Kemudian ia akan bisa mengira-ngira dan menghitung atas perbuatannya, sebagaimana kelak saat kita diperlihatkan catatan amal kita.
اقْرَأْ كِتَابَكَ كَفَىٰ بِنَفْسِكَ الْيَوْمَ عَلَيْكَ حَسِيبًا
"Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu". (QS. Al Isra': 14)
Maka penting bagi kita mempelajari, membaca, memahami, menghafal, mengamalkan lalu mendakwahkan Al-Qur'an kepada orang lain. Bagaimana kita mau faham dan mengamalkan isi Al-Qur'an, jika membaca saja malas apalagi memahami artinya juga tidak tau, kecuali dia yang sudah belajar bahasa Arab, sehingga tanpa membaca artinya pun sudah ada gambaran atas apa yang ia baca.
مَنِ اهْتَدَىٰ فَإِنَّمَا يَهْتَدِي لِنَفْسِهِ ۖ وَمَنْ ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا ۚ وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَىٰ ۗ وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّىٰ نَبْعَثَ رَسُولًا
“Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul.” (QS. Al Isra: 15)
Dengan kita memahami Al-Qur'an insya Allah kita tidak akan tersesat, maka saat kita melakukan sesuai dengan petunjuk maka sesungguhnya itu untuk keselamatan dirinya, dan barang siapa tersesat maka itu kerugian untuk dirinya sendiri. Dan sekali lagi kita tidak bisa memikul dosa orang lain, bahkan di akhirat kelak mulut kita akan dikunci, lalu anggota badan kita (tangan, kaki penglihatan dan pendengaran) akan bicara dan menjadi saksi atas apa yang telah mereka perbuat.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”