Oleh: Lilik Yani
Astuti begitu bersedih melihat sahabat akrabnya tak mau diajak mengaji. Umur makin bertambah tapi sukanya game dan nonton film. Astuti meski tak pintar tapi ia selalu menceritakan apa yang ia dapatkan dari setiap kajian yang pernah diikutinya.
Namun, berbagai cara yang ia ucapkan hanya dianggap angin lalu. Tak ada bekas yang menancap di hatinya. Padahal Astuti sudah upaya memberikan penjelasan dengan sabar dan penuh cinta.
Astuti sedih sekali ketika sahabatnya masih tetap jahiliyyah, tanpa memperhatikan sedikitpun nasehat dirinya.
Hingga Astuti tersadarkan ketika hadiri kajian yang mengupas ayat hidayah. Ustaznya menjelaskan dengah sopan, penuh perhatian dan sungguh-sungguh.
Dalan Al-Qur'an surat Al-Qasas Ayat 56 Allah ﷻ menerangkan,
اِنَّكَ لَا تَهۡدِىۡ مَنۡ اَحۡبَبۡتَ وَلٰـكِنَّ اللّٰهَ يَهۡدِىۡ مَنۡ يَّشَآءُؕ وَهُوَ اَعۡلَمُ بِالۡمُهۡتَدِيۡنَ
Sungguh, engkau (Muhammad) tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki, dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.
Hidayah yang mengantar seseorang menerima dan melaksanakan tuntunan Allah bukanlah wewenang manusia, atau dalam batas kemampuannya, tetapi semata-mata wewenang dan hak prerogatif Allah.
Di sini Allah menjelaskan hakikat tersebut dengan penegasan, Sungguh, engkau wahai Nabi Muhammad, tidak dapat memberi petunjuk dalam bentuk hidayah taufìq yang menjadikan seseorang menerima dengan baik dan melaksanakan ajaran Allah kepada orang yang engkau kasihi, meski engkau sangat berhasrat untuk memberi petunjuk kepada kaummu.
Engkau hanya mampu memberi hidayah irsyàd, dalam arti memberi petunjuk dan memberitahu tentang jalan kebahagiaan, tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk keimanan hidayah kepada orang yang Dia kehendaki-Nya bila dia bersedia menerima hidayah dan membuka hatinya untuk itu, dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.
Ayat ini menerangkan bahwa Muhammad tidak dapat menjadikan kaumnya untuk taat dan menganut agama yang dibawanya, sekalipun ia berusaha sekuat tenaga.
Ia hanya berkewajiban menyampaikan dan hanya Allah yang akan memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya.
Dia yang mempunyai kebijaksanaan yang mendalam dan alasan yang cukup. Hal tersebut ditegaskan pula pada ayat lain di dalam Al-Qur'an.
...لَيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ
Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya... (QS. Al-Baqarah Ayat 272)
Dan firman-Nya:
وَمَا أَكْثَرُ النَّاسِ وَلَوْ حَرَصْتَ بِمُؤْمِنِينَ
Dan kebanyakan manusia tidak akan beriman walaupun engkau sangat menginginkannya. (QS. Yusuf Ayat 103)
Pada akhir ayat ini, Allah menegaskan bahwa Dia lebih mengetahui siapa orang-orang yang bersedia dan pantas menerima hidayah itu.
Di antara mereka ialah orang-orang Ahli Kitab yang pernah dikisahkan peristiwanya pada ayat-ayat yang lalu. Sebaliknya orang-orang yang tidak bersedia menerima hidayah seperti beberapa kerabat Nabi, maka hidayah tidak akan diberikan kepada mereka.
Hidayah hanya diberikan kepada orang-orang yang mau, yang berusaha mencari, yang berdoa mohon pertolongan Allah. Allah hanya menolong bagi mereka betul-betul mengharap pertolongan-Nya.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”