Oleh: Lilik Yani
Hidayah itu bukan ditunggu tapi diupayakan. Itulah jawaban yang diberikan Annisa ketika melihat Astuti saat itu tak mau diajak mengaji.
Dari situlah Astuti mulai bangkit dan berupaya mencari hidayah. Salah satunya dengan ikut kajian-kajian hingga hatinya luluh dan dibimbing Allah untuk bisa menerima ajaran Islam.
Mungkin masih proses dan belum sempurna. Namun ia masih terus berupaya untuk mohon doa restu ibunya agar diijinkan mengikuti kajian Islam kaffah. Sesuai yang disebutkan dalam Al-Qur'an bahwa berislam itu harus totalitas, tidak boleh memilih yang disuka dan menolak yang sulit.
Hanya saja ibunya masih menghalangi karena khawatir anaknya ikut aliran sesat. Astuti terus menjelaskan dengan sabar. Juga memohon pertolongan Allah agar hati ibunya juga dilembutkan agar bisa menerima Islam secara sempurna.
Allah hanya menghendaki kebaikan pada hamba-Nya. Semua aturan Islam yang ada dalam Al-Qur'an adalah pedoman hidup agar selamat dunia akherat.
Tak semua orang mendapat hidayah. Hanya hamba pilihan yang dibukakan jalan masuk Islam. Itulah mengapa Astuti terus memohon pertolongan Allah agar ibu bapaknya diberi hidayah Islam.
Agar lebih meyakinkan mereka, maka Astuti ikut kajian Ustaz Rahmad yang mengupas ayat tentang hidayah.
Dalam surat Az-Zumar ayat 41 menerangkan,
اِنَّاۤ اَنۡزَلۡنَا عَلَيۡكَ الۡكِتٰبَ لِلنَّاسِ بِالۡحَقِّ ۚ فَمَنِ اهۡتَدٰى فَلِنَفۡسِهٖ ۚ وَمَنۡ ضَلَّ فَاِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيۡهَا ۚ وَمَاۤ اَنۡتَ عَلَيۡهِمۡ بِوَكِيۡلٍ
Sungguh, Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al-Qur'an) dengan membawa kebenaran untuk manusia; barangsiapa mendapat petunjuk maka (petunjuk itu) untuk dirinya sendiri, dan siapa sesat maka sesungguhnya kesesatan itu untuk dirinya sendiri, dan engkau bukanlah orang yang bertanggung jawab terhadap mereka.
Pada ayat yang lalu Allah memerintahkan Nabi Muhammad untuk bekerja bersungguh-sungguh menyampaikan kebenaran yang ditugaskan Allah kepada beliau.
Ayat-ayat berikut ini seakan mempertegas tugas beliau tersebut dengan Al-Qur’an yang sudah berada di tangan beliau.
تَنْزِيلُ الْكِتَابِ مِنَ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ
Kitab (Al Quran ini) diturunkan oleh Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Az-Zumar Ayat 1)
إِنَّا أَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصًا لَهُ الدِّينَ
Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Quran) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. (QS. Az-Zumar Ayat 2)
Selain itu juga Al-Qur'an membawa kebenaran untuk manusia; barang siapa memilih untuk mendapat petunjuk, maka petunjuk itu untuk dirinya sendiri, dan siapa yang memilih jalan sesat, maka sesungguhnya kesesatan itu juga semata-mata untuk dirinya sendiri, dan engkau, wahai Nabi Muhammad, bukanlah orang yang bertanggung jawab terhadap kesesatan yang telah mereka pilih.
Ayat ini menjelaskan bahwa sesungguhnya Allah telah menurunkan Al-Qur'an kepada Nabi Muhammad ﷺ dengan kebenaran. Beliau lalu diperintahkan untuk menyampaikan ajaran agama Allah kepada seluruh manusia dengan cara memberikan kabar gembira dengan datangnya rahmat Allah dan memberi peringatan akan tibanya siksa Allah bagi mereka yang mendustakannya. Al-Qur'an mengandung segala petunjuk yang diperlukan oleh manusia dalam mengatur seluruh aspek kehidupannya.
Dengan itu, mereka menjadi umat yang berbahagia di dunia dan akhirat karena menempuh jalan yang lurus.
Barang siapa yang mendapat petunjuk untuk mengamalkan isi Al-Qur'an, maka kemanfaatan petunjuk itu adalah untuk dirinya sendiri, karena mereka akan mendapat keridaan Allah, dimasukkan ke dalam surga, dan diselamatkan dari neraka.
Dan barang siapa yang menyimpang dari jalan yang lurus itu sehingga tersesat, maka sesungguhnya hal itu semata-mata merugikan dirinya sendiri.
Ia akan terjerumus dalam kehancuran dan kebinasaan karena akan mendapat kemurkaan Allah dan mengalami penderitaan dalam api neraka.
Pada hari Kiamat, tidak ada yang selamat melainkan orang yang benar-benar membawa hati yang bersih sesuai dengan firman Allah:
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ
(yaitu) di hari harta dan anak-anak tidak berguna, (QS. Asy-Syu'ara' Ayat 88)
إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih, (QS. Asy-Syu'ara' Ayat 89)
Allah lalu menjelaskan bahwa Nabi Muhammad bukanlah orang yang bertanggung jawab terhadap amal perbuatan mereka. Tugas beliau hanya semata-mata menyampaikan risalah seperti dijelaskan dalam firman-Nya:
إِنَّمَا أَنْتَ نَذِيرٌ ۚ وَاللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ...
... Sesungguhnya kamu hanyalah seorang pemberi peringatan dan Allah Pemelihara segala sesuatu. (QS. Hud Ayat 12)
Firman-Nya juga:
فَذَكِّرْ إِنَّمَا أَنْتَ مُذَكِّرٌ
Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan. (QS. Al-Gasyiyah Ayat 21)
لَسْتَ عَلَيْهِمْ بِمُصَيْطِرٍ
Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka,(QS. Al-Gasyiyah Ayat 22)
Allah ﷻ mengutus Rasulullah ﷺ untuk menjelaskan indahnya syariat Islam. Namun sebatas menyampaikan saja. Wewenang Allah untuk memberi hidayah atau tidak.
Maka bersyukurlah jika Allah sudah menunjukkan hidayah Islam. Selanjutnya kita laksanakan ibadah sesuai aturan Islam dan mengajak umat untuk kembali ke jalan Allah dengan cara yang benar.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”