Oleh: Honriani Nst
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) teman sejawat diartikan dengan teman satu pekerjaan. Baik tidaknya hubungan dengan teman sejawat memengaruhi kinerja seseorang, karena itu seseorang perlu memahami cara untuk memiliki hubungan yang baik dengan teman sejawat. Ada yang beranggapan caranya adalah dengan menjaga komunikasi, nonkrong, makan bersama hingga hidup bersama. Tentu cara ini tidak sepenuhnya bisa diikuti, karena jika teman sejawat itu sudah berkeluarga tentu waktu untuk nongkrong dengan teman sejawat akan semakin sedikit. Begitu juga halnya dengan hidup bersama jelas bukan suatu pilihan yang baik jika teman sejawat itu sudah berumahtangga.
Menurut Penulis, cara yang tepat untuk menjain hubungan yang baik dengan teman sejawat adalah adanya komunikasi yang baik antara teman sejawat. Permasahannya bagaimana agar bisa menjalin komunikasi yang baik? Berbicaralah seperlunya, jangan terlalu kepo dengan urusan pribadi teman sejawat kecuali teman sejawat yang meminta masukan terhadap masalah pribadinya, karena bisa saja komunikasi pun berakhir dengan ghibah yang dilarang dalam ajaran Islam.
Sedangkan nongkrong ataupun makan bersama teman sejawat sesekali memang perlu, namun jangan sampai keseringan apalagi jika sampai menguras isi kantong yang mengakibatkan berkurangnya perhatian kepada keluarga. Nongkrong atau pun makan bersama itu saat di tempat kerja saja.
Selain cara menjalin hubungan yang baik dengan teman sejawat ada hal penting yang mesti difahami yaitu jadikanlah teman sejawat itu juga sebagai teman yang akan satu tempat dengan kita kelak di akhirat, sama-sama menjadi penghuni syurga-Nya. Agar teman sejawat itu menjadikan kita sama-sama sebagai penghuni syurga-Nya tentu harus difahami batasan hubungan teman sejawat itu adalah dalam rangka amar ma’ruf nahi mungkar. Ajaklah teman sejawat itu untuk taat kepada perintah Allah swt dan cegahlah teman sejawat itu dari perbuatan yang dilarang oleh Allah ﷻ karena jika teman sejawat itu bukan dalam rangka amar ma’ruf nahi mungkar, maka teman sejawat itu akan bisa menggiring seseorang menjadi penghuni neraka-Nya. Karena memang Alah ﷻ akan menempatkan seseorang ke syurga atau pun ke neraka bersama teman sejawatnya. Hal ini seperti apa yang disampaikan Allah ﷻ dalam ayat cinta-Nya ash-Shaffat ayat 22-23 berikut:
احْشُرُوا الَّذِينَ ظَلَمُوا وَأَزْوَاجَهُمْ وَمَا كَانُوا يَعْبُدُونَ (22) مِنْ دُونِ اللَّهِ فَاهْدُوهُمْ إِلَى صِرَاطِ الْجَحِيمِ (23)
(Kepada malaikat diperintahkan), "Kumpulkanlah orang-orang yang zalim beserta teman sejawat mereka dan sembahan-sembahan yang selalu mereka sembah selain Allah, maka tunjukkanlah kepada mereka jalan ke neraka.
Imam Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya menjelaskan makna azwajahum ialah orang-orang yang serupa dan yang semisal dengan mereka. Syarik telah meriwayatkan dari Sammak, dari An-Nu'man yang mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya ini, bahwa ia pernah mendengar Umar membaca firman-Nya: Kumpulkanlah orang-orang yang zalim bersama teman sejawat mereka. (Ash-Shaffat: 22) Makna yang dimaksud ialah orang-orang yang serupa dengan mereka. Umar mengatakan bahwa para pezina dikumpulkan bersama-sama para pezina lainnya, para pemakan riba dikumpulkan bersama para pemakan riba lainnya, dan para peminum khamr dikumpulkan dengan para peminum khamr lainnya.
Mujahid dan Sa'id ibnu Jubair dari Ibnu Abbas mengatakan bahwa yang dimaksud dengan azwajahum ialah teman-teman sejawat mereka dan apa yang dahulu mereka sembah selain Allah, yakni berhala-berhala dan sekutu-sekutu yang mereka sembah-sembah dikumpulkan bersama-sama mereka di suatu tempat khusus buat mereka.
Ayat 22 ini dilanjutkan dengan ayat 23 berikut:
فَاهْدُوهُمْ إِلَى صِرَاطِ الْجَحِيمِ
maka tunjukkanlah kepada mereka jalan ke neraka (Ash-Shaffat: 23)
Yakni tunjukkanlah mereka jalan menuju ke Jahanam.
Ayat ini semakna dengan:
وَنَحْشُرُهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى وُجُوهِهِمْ عُمْيًا وَبُكْمًا وَصُمًّا مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ كُلَّمَا خَبَتْ زِدْنَاهُمْ سَعِيرًا
Dan Kami akan mengumpulkan mereka pada hari kiamat dengan muka mereka (diseret) dalam keadaan buta, bisu, dan pekak. Tempat kediaman mereka adalah neraka Jahanam. Tiap-tiap kali nyala api Jahanam itu akan padam, Kami tambah bagi mereka nyalanya. (Al-Isra: 97).
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”