Oleh: Isty Da'iyah
Agenda awal di bulan Syawal, mengiringi SSCQ ke 14. Seperti biasa SSCQ mengadakan launching kelas literasi, kali ini sudah yang kesembilan. Kelas yang berisikan ilmu kepenulisan yang akan menghadirkan para penulis yang sudah berpengalaman. Masuk ke kelas literasi ini memang ada syaratnya, salah satunya adalah harus bisa menaklukan challange yang ada di SSCQ, atau hadiah dari partisipasi kita dan lainnya.
Launching SSCQ Literasi 9 kali ini bertema belajar diksi agar tulisan berseri, yang akan di isi oleh Adek Messy Ikhsan. Ya aku sebut adek karena usianya sangat belia, seumuran anak saya, namun pengalaman dalam dunia kepenulisan jangan ditanya. Sempat juga berkenalan lewat WA pas kita sama-sama aktif menjadi kontributor di salah satu media dakwah islam, bedanya Dek Messy menjadi kontributor tetap, sedangkan diriku kontributor yang tulisannya sering ditolak, hik hik. Tapi itu dulu, sekarang sudah mulai belajar dan belajar terus.
Materi pertama disampaikan oleh Bunda Lilik S Yani yang selalu saja memberikan suntikan motivasi, agar kami semangat menulis.
Beliau menanyakan apa motivasi utama kita menulis, untuk apa kita menulis. Sejauh mana semangat dan peran kita dalam berdakwah lewat tulisan. Inilah yang seharusnya tetep menjadi bahan renungan kita.
Pernahkan kita merenungkan bagaimana perjuangan para pendakwah Islam? Kalau seandainya dulu tidak ada sahabat yang menulis. Atau para ulama terdahulu menulis, apakah bisa saat ini kita membaca tilawah dan mesra dengan ayat cinta-Nya?
Juga bagaimana bisa saat ini kita menimba lautan ilmu jika para imam dahulu tak mewariskannya. Inilah yang seharusnya menjadi pemacu semangat kita. Mari kita tinggalkan jejak di alam semesta ini, semoga setiap goresan pena atau tinta kita bisa menjadi jariyah untuk mengatarkan kita ke surga Allah ï·». Aamiin.
Bunda Lilik selalu berpesan, tidak ada tulisan receh. Selama tidak melanggar syariat, dan mengajak kepada Islam, maka tiada alasan untuk tak PD menulisnya. Inilah salah satu motivasi bagi saya untuk tetap bersuara lewat aksara, agar Islam didengar oleh semua manusia.
Materi ke dua disampaikan oleh, Adek Messy Ikhsan. Sang ratu diksi yang biasa minta dipanggil 'Dek' saja. Seorang pemuda pejuang yang gigih menorehkan aksara yang bermakna. Usia boleh muda, namun masalah karya tidak bisa dikatakan lagi sebagai pemula. Di umurnya yang baru memasuki angka 22. Sudah 7 buku solo ditulisnya.
Sehingga jangan ditanya, jika mengikuti kelas ini serasa kita mendapat transferan ilmu yang luar biasa. Apalagi saya, seorang bunda yang sudah jelita, yang masih sering terbatas dalam mengeja kata. Inilah pentingnya tetap belajar agar tulisan kita semakin enak dibaca. Sehingga berpeluang untuk mudah dipahami dan di cerna.
Dari sini kita belajar diksi, yakni pemilihan kata yang tepat. Agar lebih enak dibaca dan dipahami maknanya. Jujur saya harus masih banyak belajar dalam hal ini. Perlu banyak membaca dan berlatih.
Jazakunnallah khayran katsiran Bunda Lilik Yani, Adek Messy Ikhsan, Bunda Tini Ummu Faris dan sahabat surga semua, anggota SSCQ. [].