Oleh: Sri Purwanti
Menjadi bahagia, ialah hal yang selalu dipuja.
Siapa pun, sudah pasti menginginkannya.
Namun, setiap orang memiliki standar bahagia yang berbeda.
Ada yang menganggap punya harta yang banyak, kepopuleran melesat, atau jabatan yang naik bertingkat itu lah bahagianya.
Padahal bahagia seperti itu, sifatnya hanya sementara. Kapan saja bisa hilang darinya. Kebahagiaan semacam tadi pun, bisa saja sebagai ujian dari-Nya.
Banyak kita temui orang kaya, yang hartanya sebut saja tak habis untuk 7 turunannya. Tapi ia tak bahagia dan kurang menikmati hidupnya.
Ada pula orang yang terkenal, fans di mana-mana. Malah merasa tak bahagia. Senantiasa dalam keberpuraan. Tak bisa melewati hari dengan nyaman, bahkan mengakhiri hidup pun ditekadkan.
Di samping itu, tak jarang kita jumpai orang 'biasa'. Punya uang secukupnya, pekerjaan seadanya, tapi terlihat sangat bahagia dengan keluarganya.
Melihat fakta ini, kita yakin bahwa bahagia itu standarnya bukanlah tentang materi semata. Tapi bagaimana menjalankan peran kita dengan sebaiknya. Memahami bagaimana tujuan hidup. Tau bahwa segala apa yang dipunya bisa saja bentuk ujian dari Allah. Agar kita pandai bersyukur. Agar kita tidak kufur.
Allah berfirman dalam Qur'an Surah Al-Fajr ayat 15-16,
فَأَمَّا الْإِنْسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ
وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ
“Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, maka dia akan berkata: “Tuhanku telah memuliakanku” dan adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rezekinya maka dia berkata: “Tuhanku menghinakanku”.
Dalam ayat ini, terdapat kesalahan persepsi mengenai aspek bahagia tadi. Terkait dengan bagaimana memaknai kebahagiaan dan karunia yang Allah berikan. Berlimpahnya harta dan kesenangan lainnya bukan semata berarti bahwa Allah memuliakan. Sehingga timbul kejumawaan. Sadarlah, bahwa bisa jadi itu ujian.
Begitu juga saat tertimpa kemelaratan dan kesusahan. Jangan sampai sedih berlebihan. Lalu menganggap Allah tak sayang. Tetap husnudzon. Lakukan usaha sesuai anjuran. Bisa jadi itu adalah cara Allah, agar sabar dan syukur kita berbalas dengan seindah-indahnya kebahagiaan.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”