Oleh: Titin
Owner Angkringan Jahe Merah
Adem bersalju, bila hati tulus ikhlas menginfakkan seluruh hidup dan matinya untuk bertakwa. Karena sedikit pun di sana tanpa ada keraguan menentukan pilihan ini.
Betapa tidak, jaminan ragu itu datangnya dari sang Pemberi Hidup dan jaminan rahmat di dapat ketika hidup sesudah mati nanti. Inilah orang yang paling bahagia hidupnya. Bukan diukur dari pangkat, ukuran derajat dan kepemilikannya di dunia. Tapi kadar taat, takwanya.
Sebab, di sini yang di sebut bertakwa adalah orang yang memelihara dan menjaga diri dari azab Allah. Ia selalu mengikuti perintahnya dan menjauhi seluruh larangan-Nya.
Tentang keraguan, Al-Qur’an telah menjaminnya pada surat di bawah ini:
ذَٰلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ
Kitab (Al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (Q.S. Al-Baqarah : 2)
Maasya Allah segala keraguan hati dijawab Al-Qur'an. Bahwa jaminan seluruh petunjuk hidup itu ada di Al-Qur’an. Jadi bagi semua yang bertakwa sudah barang tentu sangat tunduk pada petunjuk dan berhukum secara kaffah pada Al-Qur’an. Padanya tidak ada keraguan sama sekali. Sekalipun harus menggigit besi untuk mempertahankan dan menjalankannya.
Karena ternyata ada aturan lain yang berusaha menyesuaikan nafsu ghirohnya sebagai manusia. Inilah zona tantangan bagi orang yang bertakwa. Siapapun itu. Maka pemenangnya adalah siapa saja orang yang bertakwa itu sendiri. Dan berikutnya adalah orang yang berlomba-lomba menjadi pemenang dan pemegang takwa.
DI mana. Di sana. Di mana tiap diri, yang mengazamkan diri untuk berserah diri menegakkan aturan dan hukum Ilahi. Hukum syar’i. Tunduk luluh detik demi detik tanpa nanti.
Tentang ciri-ciri orang yang bertakwa
Ciri orang yang bertakwa/beriman tandanya adalah ia akan selalu singgah menyerahkan diri sesuai dengan apa yang diharuskan oleh imannya. Tandanya, dia akan melaksanakan semua yang diperintahkan oleh imannya itu.
Dimulai dari rukun iman dan rukun Islam. Seperti beriman dengan adanya hal gaib. Memahami pengetahuan tentang gaib yang benar itu semata-mata turut pada petunjuk Allah. Sebab, gaib adalah sesuatu yang tidak dapat dicapai oleh panca Indra. Termasuk gaib tentang iman adanya Allah dengan mengindra seluruh kebesaran ciptaan-Nya. Berikut, iman kepada para malaikat, hari kiamat, surga neraka, Padang Mahsyar dan sebagainya.
Pangkal dasar dari iman kepada yang gaib adalah terlihat dan dapat dirasakan dari cerminan sikap seseorang yang mencerminkan bentuk, sikap, dan wataknya menjadi manusia yang sesuai dengan fitrah ia diciptakan. Yang tidak diragukan lagi sikapnya, berjihad dengan harta dan jiwanya di jalan Allah ﷻ.
Maka letaknya iman adalah praktik sepenuh jiwa, lahir dan batin, khusuk dan istiqomah. Menikmati liku-liku jalannya iman dalam indahnya takwa itu.
Terlebih saat ini derasnya godaan orang bertakwa tentang iman itu. Mereka diperangi dengan kobaran stigma negatif “Radikal”. Tiap orang bertitel “iman” berjubah taat syariat siap diterkam dan dicekal. Walau baju jubahnya sobek dan koyak imannya tetap menempel demi hidup di hari yang kekal. Langkahnya tetap tegap menyingkap, berperang melawan hati yang gelap. Allahu Akbar!
Tanda takwa selanjutnya adalah melaksanakan shalat dengan “iqamah as-shalah yaitu mengerjakan salat dengan sempurna. Sempurna dari segala rukun, syarat dan ketentuan yang lain yang telah ditetapkan oleh agama.”
Ciri berikutnya adalah menginfakkan sebagian rezeki yang telah dianugerahkan oleh Allah kepada kita. Jadi kita ini harus menjadi orang yang kaya. Hati-hati untuk menjaga kaya tetapi tidak kikir. Bisa kaya hati yang bertautan.
Maasya Allah indahnya takwa itu, terbayang bagi calon pemenangnya itu hanyalah membayangkan kelak hidup abadi di surga dapat anugerah memandang wajah Allah dan bertemu kekasih-Nya. Rassulullah ﷺ. Maka semangat berlomba menjadi insan yang takwa.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”