Oleh: Desi
Dunia tempat manusia dilahirkan untuk menjalani kehidupan yang bersifat sementara dan singkat. Dimana manusia memiliki batas usia yang telah ditentukan oleh Allah, begitu pun dunia dan seisinya pada saatnya nanti akan hancur dan musnah.
Harta benda, jabatan tinggi, anak-anak dan segala yang menyenangkan dalam pandangan manusia, hanya titipan yang Allah amanahkan kepada manusia. Namun bagi orang yang ingkar, mereka akan merasa bahwa semua itu adalah miliknya yang menjadi sumber kebahagiaannya. Hal ini sangat rentan memperdaya mereka mencintai kesenangan dunia yang bersifat sementara. Allah menggambarkan kehidupan dunia ini sebagai senda gurau dan permainan belaka. Sementara kehidupan akhirat sebagai kehidupan yang sebenarnya.
وَمَا هَٰذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ ۚ وَإِنَّ الدَّارَ الْآخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
"Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui."(QS. Al-Ankabut: 64).
Ayat ini serupa pula dengan surat Al-An'am ayat 32:
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ ۖ وَلَلدَّارُ الْآخِرَةُ خَيْرٌ لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ ۗ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
"Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?" (QS. Al-An'am: 32).
Dunia yang dikatakan hanya senda gurau karena memang tidak ada sesuatu yang abadi di dunia ini. Ketika seseorang dilanda kesedihan maka kesedihan itu tidak akan selamanya menimpa orang tersebut. Begitupun ketika bahagia, kebahagiaan itu tidak selamanya menempel pada orang tersebut.
Di dunia ini tidak ada keberhasilan yang hakiki, tidak ada pula kegagalan sejati. Adakalanya seseorang berhasil kadang juga gagal. Hari ini bisa merasa sedih besok sudah terbahak-bahak bahagia. Itulah dunia yang punya tabiat sementara.
Sebaliknya, kehidupan akhirat merupakan kehidupan yang sejati. Tidak ada manusia yang bahagia untuk sesaat namun bahagia selama-lamanya. Tidak pula yang mengalami penderitaan hanya sementara saja, kecuali Allah menghendaki selain itu.
اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا ۖ وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ ۚ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
"Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu." (QS. Al-Hadid: 20).
Jangan menjadi lupa daratan ketika dunia menampakan keindahannya. Jangan menjadi ingkar ketika kebenaran ayat-ayat Allah telah kau dengar. Jangan menjadi durhaka sebab enggan taat pada aturan Allah. Jadilah orang yang pandai bersyukur ketika segala kemudahan telah Allah berikan.
Ada kewajiban dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan agar tujuan hidup dapat di raih dan dinikmati ketika sudah menapaki alam abadi.
Dunia yang melenakan yang dikejar banyak orang akan berakhir. Segala yang diperjuangan demi mereguk kenikmatan dunia, semua akan menjadi sia-sia belaka.
إِنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ ۚ وَإِنْ تُؤْمِنُوا وَتَتَّقُوا يُؤْتِكُمْ أُجُورَكُمْ وَلَا يَسْأَلْكُمْ أَمْوَالَكُمْ
"Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Dan jika kamu beriman dan bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu." (QS. Muhammad: 36).
Sebuah kisah dari sahabat Nabi ﷺ semoga menjadi pelajaran bagi kita semua. Pada suatu ketika ada sahabat Nabi yang memakan kurma yang lebih berkualitas dari hari-hari sebelumnya namun justru itu membuatnya takut. Sahabat ini merasa khawatir kenikmatan yang Allah berikan hari itu akan mengurangi jatah kenikmatannya di akhirat. Sehingga membuatnya memohon kepada Allah agar segala amal kebaikannya jangan ditukar dengan kenikmatan dunia melainkan balasan nikmat surga yang dimintanya.
Kisah ini tentunya hanya satu dari sekian banyak kisah para sahabat Nabi yang menjadikan akhirat berada di hati, dunia di tangan dan kematian di pelupuk mata. Sehingga dunia hanya di jadikan sarana agar visi menuju surga dapat diraih. Segala kesulitan tidak menjadikannya enggan beramal, pun dengan kemewahan yang Allah lebihkan diantara yang lain, tidak menjadikannya sombong. Semua yang ada di hadapannya baik harta benda, tenaga, waktu bahkan nyawa di dedikasikan untuk kehidupan akhirat, lebih khususnya untuk membela agama Allah.
Kenikmatan dunia ini hanya secuil dari kenikmatan surga dan panasnya dunia tak seberapa jika di banding panasnya neraka. Jika kita silau terhadap keindahan-keindahan dunia, ketahuilah kelak keindahan dunia ini akan sirna dari ingatan kita ketika kita masuk ke dalam negeri akhirat.
Seindah-indah wajah dunia, tak akan dapat menyamai keindahan surga di negeri akhirat. Dunia yang fana ini serba terbatas. Dunia hanyalah tempat singgah. Ibarat musafir dalam perjalanan yang sangat jauh, singgah sebentar hanya untuk beristirahat, makan dan minum sekedar melepas lelah dan dahaga. Setelah dua atau tiga jam pergi lagi untuk melanjutkan perjalanannya.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”