Oleh: Lia Herasusanti
Sore ini saat menumpahkan minyak goreng ke penggorengan, tiba-tiba teringat Syamil. Masya Allah, minyak yang Umi pakai untuk menggoreng ini adalah minyak goreng hasil Syamil ikut ngantri saat operasi pasar sekitar 3 minggu yang lalu.
Saat itu, Syamil berangkat pukul 8, menunggu hingga pukul 10. Karena nomor antrian yang besar, akhirnya ia pulang dulu. Kembali lagi setelah sholat dzuhur dan baru pulang menjelang sholat ashar. Terharu ingat perjuangan mendapatkan minyak 5 liter itu. Perjuangan manis, karena pahala masih terus mengalir, walaupun Syamil sudah balik ke pondok. Barokallah Syamil.
Bersyukur memiliki anak sholih di jaman seperti saat ini. Saat begitu gencar gempuran pemikiran kapitalis sekuler di tengah anak-anak muda. Lihatlah berbagai tayangan di media sosial. Dari mulai tayangan yang bersikap hedonis, permisif, hingga sarkastik. Bahkan sering dibumbui mistis yang mengoncang sisi aqidah.
Semua tayangan tersebut dijejalkan kepada para pemuda. Hilanglah hormat mereka pada orangtua maupun guru. Tak berbekas empati pada sesama. Apalagi masalah agama dan keumatan seakan tak pernah mampir dalam kamus mereka. Yang ada hanya semata mengejar kenikmatan duniawi. Harta berlimpah, hidup bebas memperturutkan hawa nafsu, tanpa aturan.
Apa yang terjadi pada pemuda saat ini, bukan hanya menimpa pemuda di Indonesia. Tapi merata di seluruh dunia. Karena mereka semua ada dalam didikan sistem kapitalis. Paham yang berazaskan sekulerisme, memisahkan agama dari kehidupan. Mengejar kebahagiaan sebatas mendapatkan materi sebanyak-banyaknya. Memuaskan hal-hal yang bersifat duniawi.
Mungkin jika itu terjadi hanya dikalangan orang-orang kafir, tak masalah. Namun saat mereka pasarkan dan suntikkan pemahaman ini di tengah-tengah pemuda muslim, dan saat ini begitu mewabah, maka kita tak boleh diam. Harus bergerak bersama menyadarkan para pemuda harapan umat agar sadar dari bius kapitalisme ini.
Ibu, Bapak, anak-anak kita adalah agen perubahan. Ditangan mereka masa depan peradaban Islam. Jangan mau terkecoh oleh skenario barat membajak potensi mereka. Kita adalah umat terbaik! Kembalikan anak-anak kita ke pangkuan Islam. Penuhi isi kepala mereka dengan tsaqofah Islam. Bangkitkan kerinduan akan peradaban Islam yang cemerlang. Dan ajaklah anak-anak kita dalam perjuangan meraih kembali kejayaannya. Carilah cara terbaik agar apa yang kita inginkan dapat terwujud. Penuhi janji yang kita ucapkan setiap kali kita sholat.
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Katakanlah: sesungguhnya sholatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. (QS. Al-An'aam [6]: 162).
Mulailah evaluasi kondisi anak-anak kita sekarang. Lakukan perlakuan terbaik untuk hasil terbaik. Berdoalah pada Allah, semoga Allah mudahkan setiap upaya yang kita lakukan. Aamiin ya Robbal'alamiin.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”