Oleh: Desi
Islam sangat menghargai waktu, karena waktu adalah sesuatu yang sangat bernilai. Ada beberapa ayat dalam Al-Qur'an, dimana Allah ﷻ Bersumpah dengan waktu, salah satunya dalam surat Al-'Ashr.
وَالۡعَصۡرِۙ
"Demi masa," (QS. Al-'Ashr:1).
Dalam surat ini, Allah bersumpah atas nama waktu atau masa. Di sini kita bisa menyimpulkan bahwa waktu sangat berharga. Karena tidak mungkin jika Allah menggunakan waktu sebagai sarana untuk sumpah-Nya jika tidak bernilai atau tidak penting. Waktu adalah sesuatu yang berharga, bernilai dan penting.
Tidak heran jika ada pepatah Barat yang berbunyi "time is money" atau waktu adalah uang. Pepatah yang orientasinya lebih kearah dunia ini seolah menegaskan bahwa tidak ada waktu untuk bersantai-santai karena waktu sangat berharga untuk mencari penghasilan dunia guna memenuhi segala kebutuhan, kesenangan dan keinginannya.
Dari Arab pun ada pepatah yang berkaitan dengan waktu yaitu;
اَلْوَقْتُ أَنْفَاسٌ لَا تَعُوْدُ
"Waktu adalah nafas yang tidak mungkin akan kembali."
Waktu sangatlah berharga hingga banyak yang membutuhkannya. Waktu juga seolah bisa menjadi obat mujarab bagi mereka yang sedang sakit hati, karena sering kali mereka mengatakan butuh waktu untuk menyembuhkannya. Bagi mereka yang kehilangan seseorang juga sering berkata butuh waktu untuk bisa ikhlas. Begitu juga bagi orang yang sedang bertikai pun mengatakan butuh waktu untuk bisa kembali baik seperti semula.
Allah memberikan waktu sama rata kepada hambanya, 24 jam dalam sehari, kita diberi kebebasan akan digunakan untuk apa. Itu menjadi pilihan kita akan menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya, untuk hal-hal yang bermanfaat atau menggunakan sesuatu yang bersifat negatif atau justru dibiarkan berlalu begitu saja.
Namun harus diingat waktu yang telah terlewat tidak akan kembali. Waktu terus berjalan, sinar matahari muncul menyambut pagi, melampaui pertengahan menuju sore hingga menjelang terbenamnya yang siap digantikan malam yang gelap dan berputar kembali disambut fajar yang menyingsing. Fase harian terus berjalan mengantarkan kita ke hari berikutnya dan meninggalkan masa yang telah lalu untuk kemudian menuju masa yang akan datang.
Banyak yang tidak peduli melewati fase harian, lalu ia terlena dibawa oleh waktu. Dirinya kini terbentuk oleh masa lalu yang tak pernah kembali lagi. Beruntung bagi yang menggunakan fase harian di masa lalunya secara baik untuk segala bentuk kebaikan sehingga dia dapati hari ini memiliki karakter yang baik dan menikmati buah manis dari perbuatan masa lalunya.
Tapi begitu banyak orang yang cuma berpangku tangan, berfoya-foya, hura-hura, menghamburkan uang dan mengeluarkan tenaga untuk sesuatu yang tidak bermanfaat. Atau menggunakan masa mudanya untuk mabuk-mabukan, malas-malasan, penuh dengan angan-angan kosong. Sehingga hari-hari yang dilalui tidak bermanfaat untuk dirinya maupun orang lain. Kini, orang-orang seperti itu mendapati dirinya dalam penyesalan yang mendalam, tertunduk malu mengutuk diri dan mencaci masa lalu sebagai waktu yang sial. Padahal waktu tidak pernah sial, waktu hanya mempunyai fase-fase yang kita lalui. Tidak pernah menentukan untung ataupun sial atas diri kita. Justru kitalah yang menentukan. Waktu bersifat netral tidak pernah memihak hanya saja kita yang telah menggunakannya dengan keliru. Fenomena seperti ini banyak kita jumpai pada kehidupan hari ini.
Waktu begitu berharga, saking berharganya waktu maka bagi mereka yang menyia-nyiakan itu menjadi puncak kerugian. Bahkan bisa dikatakan menyia-nyiakan waktu lebih berbahaya dari kematian.
Ibnul Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah berkata; "Menyia-nyiakan waktu lebih berbahaya dari kematian, karena menyia-nyiakan waktu akan memutuskanmu dari Allah dan negeri akhirat, sedangkan kematian hanya memutuskan dirimu dari dunia dan penduduknya". [Al-Fawaid hal 44].
Apa tujuan hidup manusia jika waktunya terus disia-siakan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat. Waktu yang ada hanya untuk bersenang-senang, bermain-main dan bersenda gurau saja. Sedangkan waktu yang berlalu, tempat yang terlewati akan menjadi saksi. Sungguh kerugian yang besar, hilang masa berbekas dosa.
Bagi orang-orang yang sadar hidup di dunia hanya sekali cuma sebentar, ibarat musafir yang sekedar mampir lalu kembali kepada Sang Khalik untuk kemudian mempertanggungjawabkan semua perbuatannya. Maka akan sangat menyesal apabila waktunya terbuang percuma tanpa manfaat. Ibnu Mas'ud radhiallahu 'anhu berkata; “Tiada yang pernah kusesali selain keadaan ketika matahari tenggelam, ajalku berkurang, namun amalanku tidak bertambah.” (Lihat Miftahul Afkar).
Perhatikan perkataan emas yang dinukil oleh Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah berikut,
“Jika dirimu tidak disibukkan dengan hal-hal yang baik, pasti akan disibukkan dengan hal-hal yang batil” (Al Jawabul Kaafi hal 156).
Apabila waktu kita tidak diisi dengan kegiatan positif, pasti diisi oleh kegiatan negatif. Paling minimal diisi dengan hal yang sia-sia dan tidak bermanfaat. Buat program, rencana serta target hidup ke depan agar hari-hari kita selalu terisi oleh hal-hal dan kegiatan yang positif.
Waktu sebaiknya dimanage dengan baik. Buatlah perencanaan (planning). Segala pekerjaan kita harus terencana dengan terbaik, tersusun, terjadwal, disertai dengan target dan cara mencapainya. Allah ﷻ berfirman;
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
"Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaknya setiap jiwa/ orang merenungi apa yang telah dilakukan untuk hari esok." (QS. Al-Hasyr:18).
Ayat ini mengajarkan kepada kita untuk membuat perencanaan (target) kegiatan yang akan kita lakukan untuk hari esok. Bisa jadi yang dimaksud hari esok pada ayat ini adalah kehidupan akhirat. Maka setiap jiwa hendaknya menjadikan hidupnya bermanfaat, bermutu, dan bernilai pahala setiap detiknya. Agar itu terlaksana maka bisa dengan membuat target yang bisa dicapai dalam setiap harinya.
Sedetik ke depan yang belum kita lewati adalah misteri, kita tidak tahu apa yang akan terjadi esok. Bisa saja apa yang kita lakukan tidak sesuai dengan yang direncanakan namun target itu akan selalu mengingatkan kita bahwa kita punya misi menuju surga. Dengan begitu akan membuat langkah kita lebih hati-hati dalam bertindak. Mengevaluasi diri apa yang telah dilakukan, menjadikan pelajaran dari setiap kesalahan kemudian memperbaiki agar esok hari tidak terulang lagi. Hendaknya kita perhatikan dan kita atur dengan baik, waktu dan umur yang telah Allah berikan kepada kita.
نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
“Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat dan waktu senggang” (HR. Bukhari no. 6412).
Semoga kita termasuk orang yang pandai mengatur waktu, bukan orang yang lalai tergilas oleh waktu. Syukuri setiap hembusan nafas, setiap kesempatan yang Allah berikan semoga selangkah lebih baik menuju ketaatan kepada Allah ﷻ.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”