Oleh: Desi
وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ ۖ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا ۚ أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ
"Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai." (QS. Al-A'raf ayat 179).
Ayat ini menguraikan beberapa sebab yang menjadikan manusia masuk ke dalam neraka, salah satunya adalah akal dan perasaan mereka tidak dipergunakan untuk memahami ke-Esaan dan kebesaran Allah.
Manusia adalah makhluk paling sempurna dibanding makhluk lainnya. Jika kita amati kehidupan ini, manusia itu memiliki berbagai perangai, ada yang baik sekali ada pula yang jahatnya tidak ketulungan, sampai-sampai tidak ada bedanya dengan hewan. Tentu kita tidak mau dibilang seperti hewan. Namun, sering kali kelakuan manusia bisa lebih rendah dari pada hewan.
Manusia dan hewan sama-sama mempunyai potensi kehidupan yang karenanya manusia dan hewan terdorong melakukan aktivitas. Ada dua potensi kehidupan yaitu kebutuhan jasmani dan naluri. Kebutuhan jasmani adalah segala sesuatu yang dibutuhkan oleh tubuh dan harus dipenuhi untuk bertahan hidup karena jika tidak dipenuhi bisa menyebabkan kematian seperti makan dan minum.
Sedangkan naluri adalah perasaan-perasaan dalam diri yang muncul karena adanya rangsangan dari luar. Naluri ada tiga jenis yaitu naluri baqo atau perasaan ingin mempertahankan diri, naluri tadayun atau naluri beragama dan naluri nau' atau melestarikan jenis, seperti rasa sayang pada orang tua, anak dan rasa tertarik pada lawan jenis. Berbeda dengan kebutuhan jasmani, naluri ini tidak akan menyebabkan kematian jika tidak dipenuhi hanya saja menyebabkan kegelisahan.
Kedua potensi itulah yang bisa menyebabkan manusia sama perilakunya dengan hewan. Keduanya sama-sama bisa lapar sehingga terdorong untuk mencari makan, dua-duanya juga memiliki naluri baqo sehingga selalu ingin melindungi diri dan dua-duanya punya naluri seksual sehingga sama-sama tertarik dengan lawan jenis tetapi ada satu hal yang membedakan antara manusia dengan hewan yaitu AKAL.
Akal ini yang membuat manusia tidak akan sembarangan dalam memenuhi rasa laparnya. Akal akan berfikir apakah makanan itu halal atau haram. Ketika manusia tertarik dengan lawan jenis pun, dia tidak akan langsung sikat tanpa berfikir. Namun, memastikan kehalalannya terlebih dahulu. Berbeda dengan hewan yang akan langsung sikat tanpa mikir kepada makanan atau lawan jenisnya yang menarik baginya.
Oleh karena itu Islam memberikan aturan agar manusia berbeda perilakunya dengan hewan, agar manusia menjadi lebih mulia. Aturan Islam itu mencakup seluruh aspek kehidupan mulai dari hubungannya dengan Allah, hubungan dengan diri sendiri dan hubungannya dengan orang lain.
Jika manusia tidak mau diatur oleh aturan Islam maka peluangnya sangat besar berperilaku seperti hewan. Jika hidup manusia tidak dipimpin oleh pemikiran Islam maka segala tindakannya akan lebih cenderung dipimpin oleh hawa nafsunya. Akibatnya, banyak kita dapati kerusakan yang luar biasa. Seperti pembunuhan, perzinahan, perkosaan, aborsi, perampokan dan lain sebagainya.
Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami ayat-ayat Allah. Allah karuniakan akal, tapi tidak dipergunakan untuk memikirkan ayat-ayat yang telah Allah sampaikan. Mereka memiliki mata, tapi mereka buta dari tanda-tanda kekuasaan Allah. Mereka memiliki telinga, tapi tak ubahnya seperti orang tuli, tidak mau mendengar ayat-ayat Allah. Mereka tak ubahnya seperti hewan ternak bahkan lebih rendah darinya, mereka itulah orang-orang yang lengah.
Segala perbuatan bejat itu tidak akan mungkin dilakukan oleh orang-orang yang mengawali hidupnya dengan berfikir. Berfikir tentang dari mana manusia berasal, apa tujuan hidup manusia dan manusia akan kemana setelah kehidupan ini berakhir. Jika ketiga jawaban ini benar maka benarlah hidupnya karena menyadari Allah sebagai Al-Khalik juga Al-Mudabbir. Allah yang menciptakan dan Allah yang membuat aturan. Sebagai hamba sudah sepatutnya taat terhadap aturan Allah karena kelak segala perbuatan akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah.
Sayangnya aturan Allah tidak akan mungkin bisa diterapkan selama sistem kapitalisme masih diterapkan di negri ini. Sekularisme yang menjadi asas dari sistem ini memandang bahwa agama harus dipisahkan dari kehidupan. Aturan bernegara dibuat oleh manusia sedangkan aturan Allah dianggap tidak layak dan ilegal jika tidak mendapat persetujuan dari parlemen. Kapitalisme dan segala turunannya (liberalisme, pluralisme, feminisme) menjadi penyumbang terbesar atas segala kerusakan.
Bumi sudah terlalu muak dengan segala kemaksiatan ulah manusia. Semakin banyak aliran dosa kifayah yang akan kita terima jika kita abai atas kondisi ini. Diam bukan pilihan, maka bergeraklah bersama jamaah Islam ideologis yang menyuarakan Islam secara kaffah. Layakkanlah dirimu menjadi khairu ummat, sebuah predikat yang Allah berikan kepada umat Islam. Ingatlah bahwa Allah telah janjikan kemenangan atas Islam dan hari itu akan datang dengan atau tanpa perjuangan kita.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”