Oleh: Umi Rizkyi
Setiap orang memiliki masa lalu dan cerita pada dirinya sendiri dengan berbagai kisah dan kesan tersendiri. Ada cerita bahagia, sedih bahkan duka. Namun semua cerita itu akan sirna dengan adanya masa saat ini dan besok.
Mau berakhir baik maupun buruk. Mau selalu diam dalam keadaan yang sama seperti kemarin, biasa-biasa saja atau mau dinamis? mengikuti perkembangan jaman dan pola pikir yang jauh lebih maju dan akan berusaha untuk memberikan yang terbaik di sisa hidupnya atau hanya bersantai dalam keadaan yang sama dengan hari kemarin.
Dalam hal ini tak bisa datang dengan sendirinya. Hal ini harus dijemput dan diupayakan oleh seseorang. Bukan hal yang tiba-tiba bisa datang kepada siapa saja. Selayaknya ajal datang tak ada yang mengetahui. Selayaknya rejeki telah tertakar, tak mungkin tertukar. Namun semua itu butuh usaha dan upaya untuk mendapatkannya.
Bukan hanya berdiam diri dan begini-begini saja, sehingga harapan perubahan pada diri kita akan terjadi dengan sendirinya. Tanpa ada usaha ke arah sana.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
لَهٗ مُعَقِّبٰتٌ مِّنْۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهٖ يَحْفَظُوْنَهٗ مِنْ اَمْرِ اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْۗ وَاِذَآ اَرَادَ اللّٰهُ بِقَوْمٍ سُوْۤءًا فَلَا مَرَدَّ لَهٗۚ وَمَا لَهُمْ مِّنْ دُوْنِهٖ مِنْ وَّالٍ
"Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia." (QS. Ar-Ra'd [13]: 11).
Dalam ayat tersebut telah jelas, bahwa Allah tidak akan mengubah nasib seseorang sebelum seseorang itu mengubah keadaan mereka sendiri. Berarti harapan untuk menjadi lebih baik itu tak cukup untuk ditunggu dan di nanti. Harus diupayakan dan dicari.
Seperti halnya hidayah atau perubahan seseorang dalam berpikir dan berbuat. Semua itu tak bisa dengan tiba-tiba ada dan terjadi begitu saja. Melainkan ia harus berusaha dan berjuang dalam keadaan itu. Semua itu bisa diraih dengan selalu haus dengan ilmu. Tak mencukupkan diri dengan keadaannya yang sekarang.
Di mana pun saja ada majelis ilmu ia mengunjunginya. Namun demikian saja tak cukup. Harus ada aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Bukankah Islam itu ilmu yang harus diaplikasikan dalam kehidupan? So, setelah menuntut ilmu dan haus akan ilmu langkah selanjutnya adalah mengamalkan ilmu tersebut.
Dalam tahapan ini, bukan sebuah pengorbanan jika berjalan mulus-mulus saja. Pasti ada kerikil dan batu-batu sandungan. Di mana harus lebih memantapkan diri dan menguatkan niat untuk berubah/berhijrah. Sehingga di sinilah pengorbanan dituntut.
Menaklukkan hawa nafsu dan juga memilih komunitas atau teman yang mampu menguatkan niat berhijrah. Jangan justru sebaliknya, ingin berhijrah namun teman dan komunitas juga lingkungan masih sama. Karena teman, komunitas juga lingkungan sangat berpengaruh juga dalam kehidupan ini.
Sesungguhnya, hijrah itu semudah melangkah. Ketika sudah start mau melangkah dan mengawali langkah awal maka langkah-langkah berikutnya akan mudah dan berjalan begitu saja. Berbeda ketika mau melangkah hanya berpikir saja tanpa ada niat dan memulai langkah awal.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”