Oleh: Desi
"Kecil bahagia, muda foya-foya, tua kaya raya, mati masuk surga."
Sebuah slogan yang sangat menggiurkan. Sebab dari slogan tersebut, banyak yang membayangkan sebuah kehidupan penuh kemudahan. Tanpa harus bersusah payah memperjuangkan sesuatu. Dari kalimatnya menggambarkan tidak ada kesulitan, hanya ada kehidupan yang menyenangkan.
Akhir dari kehidupan seorang hamba biasanya sesuai dengan kebiasaannya. Ia mencerminkan kehidupannya selama di dunia. Artinya jika hidup di dunia penuh dengan foya-foya, apakah bisa menjamin mati masuk surga?
Sedangkan Islam mengajarkan hidup sederhana dan larangan berlebihan dalam urusan dunia. Contoh dalam mengkonsumsi makanan, dianjurkan untuk berhenti makan sebelum kenyang. Tentang pakaian pun Islam mengajarkan kesederhanaan yang terpenting bersih dan menutup aurat sesuai syar'i.
Begitupun tentang hal lainnya yang berkaitan dengan dunia, tidak ada satu pun yang Islam ajarkan agar hidup berfoya-foya ataupun menghambur-hamburkan uang. Perilaku seperti ini bukan datang dari Islam. Tetapi datang dari kebudayaan barat yang bisa disebut dengan istilah hedonisme.
Perilaku hedonisme ini turunan liberalisme yang lahir dari rahim kapitalisme. Sebuah sistem yang memandang sebuah kebahagiaan bisa dicapai dengan memperoleh sebesar-besarnya kesenangan yang bersifat jasmaniah serta kepuasan materi.
Untuk melampiaskan kesenangannya, para penganut hedonisme ini tidak akan peduli jika harus mengeluarkan banyak uang. Hobi mereka menghambur-hamburkan uang atau berfoya-foya. Perilaku semacam ini biasanya dekat dengan aktivitas maksiat.
Shoping di mall dengan biaya yang sangat banyak. Mengadakan pesta yang dihadiri laki-laki dan perempuan bercampur baur. Mabuk-mabukan, dan aktivitas maksiat lainnya. Di mata mereka perbuatan semacam itu terasa indah dan nikmat. Firman Allah ﷻ:
إِنَّ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالْآخِرَةِ زَيَّنَّا لَهُمْ أَعْمَالَهُمْ فَهُمْ يَعْمَهُونَ
"Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat, Kami jadikan terasa indah bagi mereka perbuatan-perbuatan mereka (yang buruk), sehingga mereka bergelimang dalam kesesatan." (QS. An-Naml: 4).
Hedonisme memiliki bahaya jika budaya ini masuk dalam diri pribadi muslim. Sebab akan muncul banyak sifat yang bertentangan dengan ajaran Islam. Diantaranya, sifat materialistik, lebih mementingkan urusan duniawi, bergaya hidup mewah, berfoya-foya, tidak menyukai kesederhanaan, menimbulkan sikap congkak, angkuh, sombong dan takabur serta sifat buruk lainnya.
Ada sebuah pesan dari Imam Syafi'i yang berbunyi, "Jadikanlah akhirat di hatimu, dunia di tanganmu dan kematian di pelupuk matamu." Slogan inilah yang seharusnya menjadi acuan dalam menjalani kehidupan. Memupuk semangat demi meraih bahagia di kehidupan akhirat.
Menjadikan dunia sebagai tempat beramal saleh. Tidak main-main dalam beribadah. Tidak mencampur adukkan yang haq dan bathil. Berhati-hati dalam perkara halal dan haram. Menjauhi segala perilaku hedonisme dan turunannya. Menjadikan sesuatu yang mubah berpeluang pahala.
Seorang muslim tidak akan berlomba dalam kemewahan tetapi berlomba-lomba dalam kebaikan. Dia akan mengawali segala aktivitasnya dengan berfikir. Memulai sebuah pertanyaan sebelum bertindak, Akankah Allah rida? Dari pertanyaan ini, akan menggambarkan akibat dari sebuah perbuatan.
Dengan demikian segala aktivitasnya akan terjaga dari perbuatan maksiat. Senantiasa berhati-hati demi terhindar dari apa-apa yang tidak Allah ridai. Sebab setiap muslim paham ada kehidupan setelah kematian.
Di sana segala perbuatan selama hidup di dunia akan dimintai pertanggungjawabannya. Orang beriman akan berprinsip, sekarang di dunia ini adalah tempat bekerja atau beramal. Sedangkan akhirat tempat menerima hasil.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”