Oleh: Desi
اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ ۖ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ
"Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Ankabut ayat 45).
Dalam ayat ini kita diperintahkan untuk membaca Al-Qur'an yang tentunya tidak sekedar dibaca namun dipelajari untuk kemudian diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Kalimat berikutnya adalah perintah untuk melaksanakan salat. Di mana salat dapat mencegah diri dari perbuatan keji dan mungkar.
Dengan hati yang ikhlas, mendirikan salat dengan khusyuk tentu kita akan merasakan nikmatnya ibadah salat tersebut. Salat sendiri bisa diartikan zikrullah atau mengingat Allah.
Dari Abu Hurairah ra, seseorang datang kepada Rasulullah ﷺ lalu ia berkata, "Sesungguhnya fulan telah melaksanakan shalat pada malam hari, tetapi ketika pagi ia mencuri," Rasulullah berkata "Apa yang kamu katakan itu yang bisa mencegahnya berbuat demikian." (HR. Imam Ahmad).
“Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu berkata:
'Seseorang bertanya, Wahai Rasulullah! Sesungguhnya fulanah yang terkenal dengan disebutkan salat, puasa dan shodaqahnya, dikenal pula suka menyakiti tetangganya dengan mulutnya?' (Rasulullah sallallahu’alaih wa sallam) bersabda: 'Dia di dalam neraka.' Lalu orang tersebut berkata lagi, 'Wahai Rasulullah! sesungguhnya fulanah yang dikenal sedikti berpuasa, shodaqah dan salat, namun dia bershadaqah secuil dari keju dan tidak menyakiti tetangganya dengan lisannya.' (Beliau sallallahu’alaihi wa sallam) bersabda: 'Dia di surga.'” (HR. Ahmad di Musnad, 2/440. Dishahihkan oleh Al-Munziri dalam kitab At-Targib wa At-Tarhib, 3/321. Dan syekh Al-Albany dalam kitab As-Silsilah As-Shahihah, no.190)
Lantas bagaimana jika ada seseorang yang salat namun tetap melakukan perbuatan maksiat? Berarti, ada yang salah dengan salatnya, bisa jadi tidak tahu apa arti dari bacaan salat yang dibacanya karena hanya sekedar hafalan tanpa paham maksud dari maknanya. Sehingga salatnya tidak memiliki efek pencegahan dari perbuatan yang keji dan mungkar.
Inna sholati wanusuki wamahyaya wamamati lillahi robbil alamin. Bacaan doa iftitah ini memiliki arti yang sangat luar biasa. “Sesungguhnya sembahyangku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.” Bacaan tersebut mempunyai makna bahwa hakikat dari seorang hamba adalah melakukan segala hal semata-mata hanya karena Allah ﷻ. Selain itu, bacaan tersebut mempunyai makna bahwa semua hidup manusia hingga kematiannya hanya untuk Allah dengan segenap jiwa, raga, pikiran, perasaan, dan hatinya.
Salat yang bisa mencegah dari perbuat keji dan mungkar adalah salat yang benar. Dilakukan dengan menghadirkan hati, ruh dan jiwanya. Menundukkan diri di hadapan Allah. Mengakui segala kekurangannya. Dan hatinya ikhlas hanya untuk-Nya semata.
Salat juga menjadi amalan yang pertama kali di hisab Allah. Maka dari itu, mari perbaiki salat kita kemudian lakukan segala perintah dan jauhi larangan-Nya. Sebagaimana dari sebuah hadist yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada seorang hamba pada hari kiamat adalah salatnya. Maka, jika salatnya baik, sungguh ia telah beruntung dan berhasil. Dan jika salatnya rusak, sungguh ia telah gagal dan rugi. Jika berkurang sedikit dari salat wajibnya, maka Allah Ta’ala berfirman, ‘Lihatlah apakah hamba-Ku memiliki salat sunnah.’ Maka disempurnakanlah apa yang kurang dari salat wajibnya. Kemudian begitu pula dengan seluruh amalnya.” (HR. Tirmidzi no. 413 dan An-Nasa’i, no. 466).
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”
