Oleh: Desi
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَنْفِقُوا مِمَّا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ يَوْمٌ لَا بَيْعٌ فِيهِ وَلَا خُلَّةٌ وَلَا شَفَاعَةٌ ۗ وَالْكَافِرُونَ هُمُ الظَّالِمُونَ
"Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi syafa'at. Dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim." (QS. Al-Baqarah: 254).
Siapa yang tak bahagia bila memiliki banyak harta, dengannya si empunya harta dapat memenuhi segala kebutuhan dan keinginannya. Dengan banyaknya harta status sosial seseorang terangkat. Sebab harta, banyak orang yang menghormatinya.
Harta akan membawa keberuntungan bagi pemiliknya jika ia mampu memanfaatkan untuk hal-hal positif. Harta yang dibelanjakan di jalan Allah akan menyelamatkan pemiliknya dari api neraka. Tentu dengan niat ikhlas hanya mengharap pahala dari Allah.
Akan datang hari dimana segala kemewahan dunia tidak berharga, harta, benda, tahta dan keluarga tidak akan mampu menolong. Maka berbahagialah orang yang Allah beri kesempatan beramal saleh melalui harta.
Lalu bagaimana bagi yang tidak Allah titipkan berlebih harta? Rezeki itu tidak melulu tentang harta. Kesehatan, waktu luang, tenaga yang kuat menjadi bagian dari rezeki dari Allah ﷻ.
Tubuh yang sehat bersanding waktu luang dapat dimanfaatkan untuk menjaring banyak pahala. Serta banyak peluang jariyah yang bisa diperjuangkan. Salah satunya dengan melaksanakan kewajiban mencari ilmu. Aktif menghadiri kajian ilmu bersua guru serta sahabat sesama penuntut ilmu. Dengarkan dengan seksama, pahami dan resapi serta ikat ilmu melalui tinta untuk dipelajari kembali.
Bekali diri dengan banyak ilmu agama, dan biarkan ilmu menuntun perubahan akhlak yang lebih baik. Kemudian amalkan setiap apa yang telah dipelajari. Jadikan ilmu yang telah diperoleh bermanfaat bagi umat. Dari sinilah kita memiliki kesempatan menjaring pahala jariyah.
Dengan bekal iman dan takwa, mendorong seorang muslim untuk totalitas menghamba kepada Allah. Sabar menjalani ketaatan tanpa pengecualian. Tidak membenturkan satu kewajiban dengan kewajiban lainnya. Semua diatur agar terlaksana tanpa ada yang terbengkalai.
Jika kita pandai mengatur dan memanfaatkan segala fasilitas yang Allah berikan maka manfaatnya tidak hanya kita peroleh di dunia tetapi juga akan kita panen di akhirat kelak. Baik itu dari harta yang banyak dialirkan untuk sadaqah, anak saleh yang dengan sabar kita didik, tenaga dan waktu luang yang kita manfaatkan untuk menuntut ilmu kemudian menyebarkan ilmu kepada umat, dan lain sebagainya.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”