Oleh: Honriani Nst
Jika kita melakukan suatu perjalanan, salah satu hal yang perlu kita ketahui adalah arah perjalanan kita, apakah mau ke utara, selatan, timur atau pun arah yang lainnya. Begitu juga halnya saat seorang muslim mau melaksanakan shalat harus menghadap kiblat. Kaum muslim tidak boleh sembarangan menentukan arah kiblatnya. Arah kiblat ini sudah ditentukan oleh Allah ﷻ yang awalnya arah ke Masjidil Aqsa dari kota Madinah, namun setelah Allah menurunkan surat al Baqarah ayat 144 arah kiblat kaum muslim itu pun berubah ke arah ka’bah dari setiap penjuru.
قَدْ نَرٰى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِى السَّمَاۤءِۚ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضٰىهَا ۖ فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ ۗ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ شَطْرَهٗ ۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ لَيَعْلَمُوْنَ اَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَّبِّهِمْ ۗ وَمَا اللّٰهُ بِغَافِلٍ عَمَّا يَعْمَلُوْنَ
Sungguh, Kami melihat wajahmu (Nabi Muhammad) sering menengadah ke langit. Maka, pasti akan Kami palingkan engkau ke kiblat yang engkau sukai. Lalu, hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidilharam. Di mana pun kamu sekalian berada, hadapkanlah wajahmu ke arah itu. Sesungguhnya orang-orang yang diberi kitab benar-benar mengetahui bahwa (pemindahan kiblat ke Masjidilharam) itu adalah kebenaran dari Tuhan mereka. Allah tidak lengah terhadap apa yang mereka kerjakan.(TQS al-Baqarah: 144)
Ayat ini menjelaskan bahwa setiap muslim dimana pun berada saat shalat mesti menghadap ke arah ka’bah. Hal ini tentu memberi inspirasi kepada umat muslim untuk menggunakan alat yang bisa menentukan arah kiblatnya di mana pun umat Islam berada. Umat Islam pun memanfaatkan alat-alat penentu arah yang sudah ditemukan oleh bangsa China, yaitu kompas. Dari kompas inilah kita bisa mengetahui arah kiblat dari arah mata angin yang ditunjuk oleh kompas. Jadi Islam tidaklah melarang umatnya untuk menggunakan teknologi, bahkan Islam mendorong umatnya untuk menemukan alat-alat yang canggih dalam rangka memudahkan umat manusia beribadah kepada Alah ﷻ.
Seandainya kita tidak memiliki kompas, maka Islam sudah menentukan arah tempat itu dari arah sinar matahari. Dari arah sinar matahari kita mengenal arah mata angin, bahwa timur sebagai arah terbitnya matahari dan barat sebagai arah tenggelamnya matahari.
Dalam ilmu pelayaran arah mata angin ini dikenal sebanyak 32 buah.
Begitu juga penentuan waktu shalat ditentukan berdasarkan pergerakan matahari, waktu subuh ditentukan dengan terbitnya fajar dan terbitnya matahari. Penulis masih ingat masa kecil Penulis, waktu itu keluarga Penulis sering menggunakan pergerakan matahari ini sebagai penentu tibanya waktu shalat Zuhur dan Ashar jika Penulis dan keluarga lagi berada di kebun karena tak kedengaran suara adzan.
Arah matahari ini juga bisa digunakan untuk menentukan ke arah mana pintu gua pemuda Kahfi yang diceritakan Allah ﷻ dalam Al-Qur'an surat al Kahfi ayat 17 berikut:
وَتَرَى الشَّمْسَ إِذَا طَلَعَتْ تَزَاوَرُ عَنْ كَهْفِهِمْ ذَاتَ الْيَمِينِ وَإِذَا غَرَبَتْ تَقْرِضُهُمْ ذَاتَ الشِّمَالِ وَهُمْ فِي فَجْوَةٍ مِنْهُ ذَلِكَ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ وَلِيًّا مُرْشِدًا (17)
Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka ke sebelah kanan; dan bila matahari itu terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri, sedangkan mereka berada dalam tempat yang luas dalam gua itu. Itu adalah sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Allah. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk; dan barang siapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tak akan mendapatkan seorang pemimpin pun yang dapat memberi petunjuk kepadanya. (TQS al-Kahfi: 17)
Imam Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya menjelaskan bahwa ayat ini mengandung dalil yang menunjukkan bahwa pintu gua itu menghadap ke arah utara, karena Allah ﷻ menceritakan bahwa saat sinar matahari pagi masuk ke dalamnya condong ke arah kanan. Hal ini disebutkan oleh firman-Nya:
ذَاتَ الْيَمِينِ
ke sebelah kanan. (Al-Kahfi: 17)
Yakni bayangan condong ke arah kanan gua. Demikian itu karena setiap kali matahari bertambah tinggi, maka sinarnya yang masuk ke dalam gua itu makin menyurut; sehingga manakala matahari sampai di pertengahan langit, maka tidak ada seberkas sinar pun yang langsung menyinari gua itu. Karena itu, disebutkan oleh firman-Nya:
وَإِذَا غَرَبَتْ تَقْرِضُهُمْ ذَاتَ الشِّمَالِ
dan bila matahari itu terbenam menjauhi mereka ke arah sebelah kiri. (Al-Kahfi: 17)
Maksudnya, sinar matahari masuk ke dalam gua mereka dari arah kiri pintunya, sedangkan pintu gua itu berada di sebelah timurnya (yakni arah yang berlawanan). Pengertian ini menunjukkan bahwa pintu gua itu menghadap ke arah utara. Hal ini dapat dimengerti oleh orang yang merenungkannya secara mendalam serta berpengetahuan tentang arsitek dan falak.
Dengan kata lain, seandainya pintu gua itu menghadap ke arah timur, tentulah sinar matahari tidak akan masuk ke dalamnya di saat matahari tenggelam. Seandainya pintu gua itu menghadap ke arah kiblat, tentulah sinar matahari tidak akan dapat memasukinya, baik di saat terbit maupun di saat tenggelam, bayangan pintu gua pun tidak akan condong, baik ke arah kanan maupun ke arah kiri. Dan seandainya pintu gua itu menghadap ke arah barat, tentu sinar matahari di saat terbitnya tidak dapat masuk ke dalam gua, melainkan baru memasukinya setelah matahari tergelincir dari tengah langit hingga terbenam. Dengan demikian, berarti pintu gua itu jelas menghadap ke arah utara.
Al-qur’an tidak menyebutkan dimana letak gua itu berada karena memang tidak ada faedahnya bagi kita untuk mengetahuinya dan tidak ada kaitannya dengan tujuan syariat Islam. Namun rasa penasaran yang ada pada manusia telah membuat manusia khususnya para arkeolog untuk mencari letak gua ini.
Memang di masa Ibnu Katsir menulis kitab tafsirnya, gua tersebut masih misteri, tetapi Alhamdulillah sekarang tempat mereka telah diketemukan berkat usaha pencarian yang gigih dari tim arkeolog Arab. Sekarang gua itu telah ditemukan berada di negeri Yordania, bahkan tidak jauh dari kota Amman, ibu kota Yordania.
Selanjutnya Ibnu Kasir mengatakan, seandainya mengetahui gua itu mengandung maslahat agama bagi Islam, tentulah Allah dan Rasul-Nya memberikan petunjuk kepada umat Islam tempat gua itu berada. Allah ﷻ hanya memberitahukan kepada kita tentang ciri khas gua itu, tidak menyebutkan tempat keberadaannya. Allah ﷻ berfirman:
وَتَرَى الشَّمْسَ إِذَا طَلَعَتْ تَزَاوَرُ عَنْ كَهْفِهِمْ
Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong dari gua mereka. (Al-Kahfi: 17)
ذَاتَ الْيَمِينِ وَإِذَا غَرَبَتْ تَقْرِضُهُمْ ذَاتَ الشِّمَالِ وَهُمْ فِي فَجْوَةٍ مِنْهُ
ke sebelah kanan; dan bila matahari itu terbenam menjauhi mereka ke sebelah kiri, sedangkan mereka berada dalam tempat yang luas dalam gua itu. (Al-Kahfi: 17)
Yakni mereka berada di bagian dalam gua itu di tempat yang luas, terhindar dari sengatan matahari; sebab seandainya sinar matahari mengenai tubuh mereka, tentulah panasnya yang menyengat, membakar tubuh dan pakaian mereka, menurut Ibnu Abbas.
ذَلِكَ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ
Itu adalah sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan) Allah. (Al-Kahfi: 17)
Allah telah menunjukkan gua itu kepada pemuda Kahfi yang membuat mereka tetap hidup, sedangkan matahari dan angin masuk ke dalam gua itu agar tubuh mereka tetap utuh. Karena itulah Allah ﷻ berfirman:
ذَلِكَ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ
Itu adalah sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan) Allah. (Al-Kahfi: 17)
Kemudian Allah menutup ayat ini degan kalimat:
مَنْ يَهْدِ اللَّهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَنْ تَجِدَ لَهُ وَلِيًّا مُرْشِدًا
Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk dan barang siapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tak akan mendapatkan seorang pemimpin pun yang dapat memberi petunjuk kepadanya (Al-Kahfi: 17).
Yakni Allah-lah yang telah memberi petunjuk para pemuda itu ke jalan yang lurus di antara kaumnya. Karena sesungguhnya orang yang diberi petunjuk oleh Allah, dialah yang mendapat petunjuk sesungguhnya. Dan barang siapa yang disesatkan oleh Allah, maka tiada seorang pun yang dapat memberi petunjuk kepadanya.
Walau ayat ini menceritakan tentang pemuda kahfi, namun ayat ini berlaku umum. Artinya Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa bukan manusia yang memberikan petunjuk kepada manusia lainnya, tapi Allah satu-satunya yang berkuasa memberikan petunjuk kepada manusia. Sebagai seorang muslim tugas kita hanyalah mendakwahkan Islam ke tengah-tengah umat manusia. Apakah manusia akan menerima/menolak dakwah itu merupakan hak prerogative Allah ﷻ.
Manusia tertunjuki atau tidak tertunjuki dengan dakwah kita, yang jelas Allah akan memberikan balasan kepada kita dari dakwah yang kita lakukan baik manusia yang didakwahi menerima atau pun menolak dakwah kita. Oleh karena itu, jangan pernah surut dari dakwah ini saat manusia yang didakwahi belum menyambut dakwah kita. Semestinya kita tetap semangat dan tetap berdoa kepada Allah agar Allah memberikan petunjuk kepada orang-orang yang kita dakwahi.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”