Oleh: Murli Ummu Arkan
Sebelum berhijab, posisiku saat itu sedang merantau di kota Sidoarjo. Saat itu, pernah bekerja di sebuah pabrik plastik. Ya, gini-gini dulu pernah jadi buruh pabrik. Hehe... Di pabrik plastik inilah tempatku mengaiz rezeki dan awal mulai mencari jati diri. Harus berani dan mandiri, yang mungkin sebelumnya saya dikenal dengan anak yang lugu dan cupu.
Berjalannya waktu lambat laun bosenlah aku dengan aktivitasku yang hanya mengenal pabrik-kos-kosan, pabrik-koskosan. Maklum dulu anak lugu, jarang healing dan refreshing. Apalagi jika hari libur terus ada lemburan. Meski saat itu finansial ok namun hidup terasa tak nyaman.
Akhirnya disarankanlah saudara untuk ngaji Islam. Bingung kan? Ngaji bareng siapa dan dengan siapa? Kalau sekedar ngaji baca Al-Qur'an mah sudah biasa, namun hidup terasa garing gitu. Seperti apa gitu yang kurang.
Akhirnya, dicarikanlah teman dan kemudian diajak ngaji tsaqafah Islam. Ketemu deh. MasyaAllah dengan komunitas baruku ini saya dapatkan banyak ilmu kehidupan. Terutama ilmu kewajiban berjilbab bagi seorang muslimah saat ke luar rumah.
Nah, akhirnya pahamlah mengenai Jilbab dan kerudung. Jilbab itu bukan kerudung ya Sob. Jilbab dan kerudung itu ternyata beda. Jilbab itu semacam pakaian longgar dari atas hingga menjulur ke bawah hingga menyentuh tanah yang tidak ketat, tidak membuat lekuk tubuh, tidak setelan atas bawah dan tidak transparan. Jika Sekarang familiarnya disebut pakaian gamis.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
يٰۤـاَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِّاَزْوَا جِكَ وَبَنٰتِكَ وَنِسَآءِ الْمُؤْمِنِيْنَ يُدْنِيْنَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَا بِيْبِهِنَّ ۗ ذٰلِكَ اَدْنٰۤى اَنْ يُّعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ ۗ وَكَا نَ اللّٰهُ غَفُوْرًا رَّحِيْمًا
"Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, "Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang." (QS. Al-Ahzab 33: Ayat 59)
Sedangkan kerudung atau Khimar adalah penutup kepala hingga dada. Jadi berkerudung yang benar menurut syari'at adalah hingga menutupi dada bukan sekedar menutupi leher atau kerah saja.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَقُلْ لِّـلْمُؤْمِنٰتِ يَغْضُضْنَ مِنْ اَبْصَا رِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوْجَهُنَّ وَلَا يُبْدِيْنَ زِيْنَتَهُنَّ اِلَّا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَـضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلٰى جُيُوْبِهِنَّ ۖ وَلَا يُبْدِيْنَ زِيْنَتَهُنَّ اِلَّا لِبُعُوْلَتِهِنَّ اَوْ اٰبَآئِهِنَّ اَوْ اٰبَآءِ بُعُوْلَتِهِنَّ اَوْ اَبْنَآئِهِنَّ اَوْ اَبْنَآءِ بُعُوْلَتِهِنَّ اَوْ اِخْوَا نِهِنَّ اَوْ بَنِيْۤ اِخْوَا نِهِنَّ اَوْ بَنِيْۤ اَخَوٰتِهِنَّ اَوْ نِسَآئِهِنَّ اَوْ مَا مَلَـكَتْ اَيْمَا نُهُنَّ اَوِ التّٰبِعِيْنَ غَيْرِ اُولِى الْاِ رْبَةِ مِنَ الرِّجَا لِ اَوِ الطِّفْلِ الَّذِيْنَ لَمْ يَظْهَرُوْا عَلٰى عَوْرٰتِ النِّسَآءِ ۖ وَلَا يَضْرِبْنَ بِاَ رْجُلِهِنَّ لِيُـعْلَمَ مَا يُخْفِيْنَ مِنْ زِيْنَتِهِنَّ ۗ وَتُوْبُوْۤا اِلَى اللّٰهِ جَمِيْعًا اَيُّهَ الْمُؤْمِنُوْنَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
"Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau para perempuan (sesama Islam) mereka, atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau para pelayan laki-laki (tua) yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan), atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka mengentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung." (QS. An-Nur 24: Ayat 31)
Nah, Setelah tahu syariat berhijab, mulailah aku praktek. Mulai keluar kos-kosan dengan berkerudung dan bergamis. Namun, hal itu tidak bisa saya pakai saat bekerja di pabrik. Aturan di pabrik, bagi karyawan yang berkerudung wajib membuka kerudungnya saat berhadapan dengan mesin. Nah lho... Sempat bingung. Pilih yang mana? Aturan pabrik apa aturan Allah ﷻ?
Dengan berbagai pertimbangan, Akhirnya, kuputuskanlah untuk memilih aturan Allah ﷻ. Ya iyalah, hidup ini untuk siapa Jika bukan untuk Allah? Bukankah kita akan kembali kepada Allah ﷻ?
Kemudian dengan mantap resign dari pabrik, mengingat di pabrik tidak bisa berhijab dan pergaulan disana banyak ikhtilatnya (campur baur laki-laki dan perempuan). Tidak heran jika banyak teman-teman pabrik yang terjerumus dalam pergaulan bebas. Tentu saya tidak mau seperti mereka bukan?
Alhamdulillah, setelah resign dari pabrik aktivitas keluar kos-kosan dengan berhijab jauh lebih nyaman. Perasaan lega, nyaman, dan tidak merasa dikejar-kejar dosa. Bahagia, itulah yang saya rasakan saat tunduk pada aturan Ilahi. MasyaAllah.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”