Oleh: Lia Herasusanti
Kejadian banjir di Bogor 29 Agustus 2022 kemarin memang luar biasa. Berdasarkan pantauan Radar Bogor, cuaca ekstrem mengakibatkan 37 titik dilanda bencana. 18 wilayah longsor, 12 diterjang banjir, 4 bangunan ambruk dan tembok rubuh serta 2 pohon tumbang.
Atas kejadian ini, ada yang berkomentar bahwa alam tak sedang baik-baik saja. Loh kok alam? Alamnya sendiri sejak dulu sama. Manusianya lah yang berbeda dalam memperlakukan alam. Lihatlah bagaimana manusia membuang sampah sembarangan, membabat habis pohon dan yang tak kalah besar pengaruhnya adalah bagaimana manusia melakukan pembangunan tanpa aturan. Perumahan, gedung, jalan bermunculan tanpa memperhatikan amdal. Bahkan hampir setiap jengkal tanah di beton. Jika demikian, bagaimana air mencari jalan untuk masuk ke bumi. Dampaknya, meluaplah memenuhi jalan, rumah dan semua yang ada dipermukaan bumi.
Akhirnya kita bisa melihat bahwa apa yang terjadi, tak akan lepas dari peran manusia, sebagaimana yang dikabarkan Allah dalam Surat Ruum ayat 41,
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
"Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)."
Firman Allah tersebut seakan mengingatkan kita untuk merenung, bagaimana jalan yang kita tempuh selama ini. Apakah sudah benar atau belum?
Mari kita koreksi bersama. Apakah sebagai pribadi, masyarakat dan pemerintahan kita terikat pada aturan Allah? Jika dibandingkan dengan kondisi sebelumnya, apakah semakin terikat atau semakin jauh? Jika kita jujur, kita akan menemukan jawaban atas musibah yang semakin sering menyapa kita.
Pertanyaan selanjutnya adalah, apakah kita akan membiarkan musibah ini semakin sering terjadi? Atau kita mau bersama-sama merayu Allah dengan cara kembali pada aturan-Nya secara kaffah?
Petunjuk sudah terang benderang, tinggal kita yang bersikap, mau taat, atau pura-pura tak tahu apa yang Allah mau.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”