Oleh: Maretatik
Mungkin itu kalimat yang tepat untuk menggambarkan realitas masyarakat umum hari ini. Tak mengenal syariat, tak mau belajar, lalu berbuat sekehendak hati. Tak hanya norma-norma di masyarakat yang dilanggar, aturan agama pun dikesampingkan. Padahal kalau dilihat tanda pengenalnya, banyak yang beragama Islam.
Itulah bukti bahwa masyarakat hari ini memang sudah sekuler. Tak mau dikatakan atheis, tapi juga tak mau dibilang agamis. Entah apa maunya.
Melimpah sekali contoh pelanggaran syariat hari ini. Dari level individu, masyarakat, hingga negara, semua banyak maksiat. Dari maksiat yang sembunyi-sembunyi, sampai yang terang-terangan. Dari yang kelas teri hingga kelas kakap. Lengkap lah pokoknya.
Lihatlah kasus pembunuhan anak oleh ibunya di Brebes kemarin. Atau pemerkosaan anak oleh ayah tirinya di Banjarnegara (duuh malu dah). Atau remaja putus sekolah gara-gara hamil di luar nikah. Astaghfirullah... Betapa banyak masalah di negeri ini.
Mari simak hadits berikut. Dari An Nu’man bin Basyir rahiyallahu ‘anhuma, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَثَلُ الْقَائِمِ عَلَى حُدُودِ اللَّهِ وَالْوَاقِعِ فِيهَا كَمَثَلِ قَوْمٍ اسْتَهَمُوا عَلَى سَفِينَةٍ ، فَأَصَابَ بَعْضُهُمْ أَعْلاَهَا وَبَعْضُهُمْ أَسْفَلَهَا ، فَكَانَ الَّذِينَ فِى أَسْفَلِهَا إِذَا اسْتَقَوْا مِنَ الْمَاءِ مَرُّوا عَلَى مَنْ فَوْقَهُمْ فَقَالُوا لَوْ أَنَّا خَرَقْنَا فِى نَصِيبِنَا خَرْقًا ، وَلَمْ نُؤْذِ مَنْ فَوْقَنَا . فَإِنْ يَتْرُكُوهُمْ وَمَا أَرَادُوا هَلَكُوا جَمِيعًا ، وَإِنْ أَخَذُوا عَلَى أَيْدِيهِمْ نَجَوْا وَنَجَوْا جَمِيعًا
“Perumpamaan orang yang mengingkari kemungkaran dan orang yang terjerumus dalam kemungkaran adalah bagaikan suatu kaum yang berundi dalam sebuah kapal. Nantinya ada sebagian berada di bagian atas dan sebagiannya lagi di bagian bawah kapal tersebut. Yang berada di bagian bawah kala ingin mengambil air, tentu ia harus melewati orang-orang di atasnya. Mereka berkata, “Andaikata kita membuat lubang saja sehingga tidak mengganggu orang yang berada di atas kita.” Seandainya yang berada di bagian atas membiarkan orang-orang bawah menuruti kehendaknya, niscaya semuanya akan binasa. Namun, jika orang bagian atas melarang orang bagian bawah berbuat demikian, niscaya mereka selamat dan selamat pula semua penumpang kapal itu.” (HR. Bukhari no. 2493).
Masyarakat pun ternyata banyak yang abai terhadap situasi di sekitarnya. Melihat maksiat seakan bukan menjadi urusannya. Padahal kata Rasulullah, itu sama saja membiarkan orang yang tengah melubangi kapal. Siap-siap saja tenggelam bareng.
Begitu lemahnya kontrol masyarakat, sehingga orang tak lagi malu mempertontonkan maksiat. Lihat saja betapa banyak kasus perzinaan yang dilakukan di tempat terbuka. Yang melihat pun tak bisa berbuat apa-apa. Persis seperti yang digambarkan Nabi ﷺ bahwa di akhir zaman, hubungan suami istri itu bisa dilakukan manusia di jalanan. Astaghfirullah...
Nah, yang terakhir, kemaksiatan di level negara. Tak terhitung lagi kebijakan yang melanggar aturan. Ada liberalisasi migas, liberalisasi pendidikan, agama, yang ini, dampaknya sangat luas.
Gara-gara Covid-19, muslim salatnya renggang-renggang. Sapa coba yang bikin aturan? Anak sekolah tak punya adab kepada guru, siapa coba yang bikin kurikulumnya?
Hari ini, pemerintah kalah sama mafia, hingga rakyatnya kelabakan cari minyak goreng murah. Pedagang bakwan kesukaanku sudah gulung tikar. Tak mampu beli minyak dengan harga selangit. Padahal untung jualan bakwan itu gak seberapa per bijinya. Termasuk dagangan makaroniku juga sementara vakum dulu nih...
Nyesek deh melihat fakta-fakta itu. Bagaimana tidak? Allah sudah sediakan aturan supaya manusia bisa hidup enak, selamat dunia akhirat, tapi manusianya sendiri gak peduli. Bikin aturan sendiri. Padahal seabad lebih yang lalu, Allah sudah mengingatkan manusia lewat kalam-Nya.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَمَا كَا نَ لِمُؤْمِنٍ وَّلَا مُؤْمِنَةٍ اِذَا قَضَى اللّٰهُ وَرَسُوْلُهٗۤ اَمْرًا اَنْ يَّكُوْنَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ اَمْرِهِمْ ۗ وَمَنْ يَّعْصِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ فَقَدْ ضَلَّ ضَلٰلًا مُّبِيْنًا
"Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada pilihan (yang lain) bagi mereka tentang urusan mereka. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia telah tersesat, dengan kesesatan yang nyata." (QS. Al-Ahzab 33: Ayat 36)
Begitulah, manusia hari ini banyak yang memperturutkan hawa nafsunya, mengabaikan aturan Allah, hingga akhirnya tersesat.
Namun, Allah Maha Pengampun dan Penerima Taubat. Selagi nafas belum sampai di tenggorokan, maka masih ada kesempatan kembali ke jalan Allah.
Tinggalkan semua gaya hidup jahiliyah. Kembali pada cara hidup penuh adab, yaitu hidup dalam naungan aturan Islam.
Tidakkah ingin segera kembali?
Mumpung masih hidup, mari perbaiki diri. Perbanyak belajar, merendahkan hati di hadapan Illahi. Karena kita hanya seonggok daging, yang Allah beri kesempatan untuk menghirup udaranya yang gratis.
Jika hak hidup itu sudah habis, maka jasad kita sungguh tak berarti lagi. Kan lenyap ditelan bumi.
Jadi, yuk tobat, yuk ngaji!
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”