Oleh: Murli Ummu Arkan
Setelah hijrah, kali pertama pulang mudik lebaran. Tentu kali ini penampilanku sudah berbeda dari tahun sebelumnya. Jika sebelumnya pulang dengan penampilan kaos, celana jeans dan bersepatu tanpa berkerudung, tapi mudik saat itu saya berpenampilan berkerudung, memakai jilbab dan berkaos kaki.
Tentu setelah melihat penampilan busanaku seperti itu, keluarga kaget. Sempat ditanya ikut aliran apa kok pakaiannya gitu? Keluarga sempat khawatir juga jika saya ikut aliran terorisme yang bawa bom. Haha... Maklum efek berita media yang berlebihan terhadap Islam.
Sempat juga disarankan orang tua untuk berpakaian seperti sebelumnya. Gak usah fanatik-fanatik amat. Orang Jawa ya harus Jawa gak usah ikut aturan-aturan yang di sana-sana (Arab maksudnya). Duh gak tahunya ternyata dulu jadi beban orang tua menghadapi celotehan masyarakat ya. Hihi...
Saat itu banyak kekhawatiran orang tua terhadap busana hijab saya. Lalu saya balik tanya ke orang tua. Lalu pinginnya saya harus bagaimana? Pakai pakaian yang terbuka? Memperlihatkan lekuk tubuh saya? Memamerkan tubuh dan kecantikan saya yang gak seharusnya diperlihatkan biar banyak lelaki yang nglirik? (Padahal gak cantik). Ya saat itu komunikasi masih frontal, maklum baru hijrah belum tahu adab berkomunikasi.
Setelah perseteruan dengan keluarga perkara hijab, saya jelaskan dengan baik-baik, bahwa inilah pakaian yang diperintahkan Allah untuk seorang muslimah. Kulakukan ini juga sebagai kasih sayangku kepada orang tua agar kelak mereka tak diseret ke neraka.
Apabila seorang perempuan yang sudah baligh tidak menutup auratnya dan orang tua membiarkannya, maka dosa tidak hanya menjadi miliknya tetapi juga mengalir pada orang tuanya.
Ku jelaskan juga bahwa saat saya berhijab begini tidak ada yang ngajak diriku jadi teroris. Justru dengan komunitas baruku, saya banyak belajar tentang Islam yang tidak pernah kudapatkan dari orang tua maupun guru di sekolah.
Saat itu terus kuyakinkan keluarga bahwa apa yang saya putuskan ini tidaklah salah dan tidak usah khawatir akan jalan hidupku ini. Alhamdulillah dengan berbagai diskusi akhirnya keluarga sudah ridho dan mendukung untuk itu.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”