Oleh: Desi
قُلْ لَنْ يَنْفَعَكُمُ الْفِرَارُ إِنْ فَرَرْتُمْ مِنَ الْمَوْتِ أَوِ الْقَتْلِ وَإِذًا لَا تُمَتَّعُونَ إِلَّا قَلِيلًا
Katakanlah (Muhammad), “Lari tidaklah berguna bagimu, jika kamu melarikan diri dari kematian atau pembunuhan, dan jika demikian (kamu terhindar dari kematian) kamu hanya akan mengecap kesenangan sebentar saja.” (QS. Al-Ahzab: 16).
Ayat di atas adalah penggalan dari surat Al-Ahzab. Yang memiliki arti golongan yang bersekutu. Dalam surat ini, terdapat ayat-ayat yang menceritakan tentang perang Ahzab atau perang Khandaq. Peperangan yang dilancarkan oleh Yahudi yang bersekutu dengan kafir Quraisy dengan membawa pasukan 10.000 personil. Sedangkan pasukan Islam dibawah pimpinan Nabi Muhammad ﷺ hanya berjumlah 3.000 personil.
Hal ini membuat pasukan muslim yang datang dari golongan munafik merasa takut untuk menghadapi pasukan besar. Sebagian dari mereka berbalik arah untuk mundur dari pertempuran. Mereka lari dari peperangan sebab merasa terancam oleh kematian. Menganggap bahwa pasukan besar dari musuh akan merenggut nyawanya. Maka lari daripadanya adalah jalan keselamatan.
Namun, kalimat terakhir pada ayat di atas, Allah ﷻ mengatakan bahwa itu hanya kesenangan yang sebentar saja. Alhasil, usaha menyelamatkan diri dari kematian sebab peperangan adalah sebuah kerugian besar. Karena, dengan lari pun kematian itu akan tetap datang menghampiri. Tetapi keutamaan membersamai Rasulullah ﷺ dalam peperangan besar tidak mereka peroleh. Dan tidak ada jaminan mereka mati dalam kondisi yang baik.
Jika kita melihat kondisi hari ini, berkaitan dengan dakwah Islam secara kaffah, maka akan kita dapati banyak perilaku serupa dengan kisah kaum munafik yang melarikan diri dari peperangan demi keselamatan.
Tidak dapat dipungkiri, berdakwah menyebarkan Islam secara kaffah penuh resiko. Oleh karena itu, banyak da'i yang begitu selektif dalam memilih materi yang akan disampaikan. Menyampaikan pembahasan yang dirasa aman dan menahan ilmu yang dianggapnya sensitif jika harus disebarluaskan.
Ada banyak pertimbangan tentunya. Begitu banyak label yang disematkan untuk ustadz yang berani menyampaikan kebenaran Islam secara menyeluruh. Ustadz Radikal, intoleran, tidak nasionalis dan lain sebagainya. Yang jelas nyawa mereka terancam apabila menyampaikan pembahasan yang tidak sejalan dengan penguasa.
Maka wajar jika pada kajian-kajian umum yang disampaikan hanya seputar memperbaiki diri menjadi orang yang saleh dengan berbagai ritual ibadah. Kemudian perbaikan keluarga dengan menjaga seluruh anggota keluarga dari perbuatan-perbuatan yang melanggar norma.
Dengan memperbaiki akhlak dari dalam keluarga, apakah secara otomatis akhlak masyarakat sekitar akan terjaga pula? Sayangnya masyarakat hari ini banyak yang enggan menegur tetangga yang berbuat maksiat dengan alasan tidak enak. Begitupun ketika ada kejadian na'as yang menimpa orang lain dengan enteng mereka mengatakan yang penting bukan keluargaku.
Agar perbaikan bisa menyeluruh dan akhlak baik setiap individu bisa terbentuk, perlu adanya peran negara. Banyak hal yang perlu dibenahi, salah satunya dari dunia pendidikan, harus jauh dari watak kapitalis, karena inilah yang menjadi akar masalah yang melahirkan generasi sekuler yang jauh dari pemahaman Islam.
Bagaimana mungkin masyarakat akan paham, ada akar masalah dari berbagai kejadian, jika para da'i tidak menyampaikannya kepada umat. Mungkin sebagian dari mereka memang tidak paham bahwa Islam bukan sekedar agama tapi mabda yang menjadikan Al-Qur'an dan As-Sunnah sebagai sumber hukum.
Dan mereka yang paham cenderung memilih diam demi keamanan. Padahal keamanan di dunia hanya sementara. Alamiah dakwah memang penuh rintangan. Perjalanannya tak selalu mulus, berbatu, penuh liku juga terjal.
Dakwah adalah jalan mulia. Jalan yang pernah dilalui oleh Rasulullah ﷺ dan sahabat tercinta. Dari lisan mereka Islam dikenal hingga ke seluruh penjuru dunia. Maka ketika kaki kita berada di jalur ini, jangan menyerah apalagi sampai berbalik arah.
Bertahanlah dalam perjuangan. Istikamah membela kebenaran. Tak perlu mencari aman demi keselamatan sesaat, sebab ajal pasti menghampiri kematian. Tak perlu khawatir terluka untuk risalah illahi dan sunah nabi. Demi agama Allah bersinar terang, menerangi semesta sampai ke pelosok bumi.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”