Type Here to Get Search Results !

BERPIKIR SEBELUM BERTINDAK


Oleh: Surya Ummu Fahri

Awal bulan Agustus, sempat tergoda untuk membeli gamis bahan uragiri dengan warna ungu via online. Entah mengapa pihak aplikasi membatalkan pesananku. Meskipun disana sudah tertera alasannya tetap saja terasa janggal. Kembali kulihat ulasan dari toko online itu. Sepertinya bagus dan tidak ada masalah lalu mengapa dibatalkan ya? Ah positif thinking saja. Mungkin Allah sedang mengalokasikan uang itu untuk kebutuhan yang lebih penting, batinku.

Selang beberapa hari dari pembatalan itu, tiba-tiba ada sebuah paket yang tiba dirumah dengan sistem COD. Tertulis lengkap nama penaku beserta alamat serta nomor telepon yang tidak lain sesuai dengan identitasku. Jumlah dan harga yang harus dibayar pun masih sesuai dengan pesananku tempo hari.

Tulisan gamis cantik seolah mengingatkan pesananku yang telah dibatalkan salah satu aplikasi jual beli. Kupandangi paket itu, meski aku tak yakin untuk membayarnya. Kupandangi wajah kurir tak bersalah itu. Jika tidak ku bayar mungkin pengantar paket ini kena imbasnya. Terlalu lama berpikir, akhirnya aku ambil barang itu dan aku bayar paket tersebut.

Dalam benakku, kasihan yang sudah mengirim mungkin ini rezeki yang ditunggu-tunggu atau mungkin diharapkan untuk menyambung hidup keluarganya. Tanpa berpikir yang tidak-tidak. Masih berpikir positif.

Setelah itu tidak langsung kubuka. Rasa senang karena barang datang atau bayangan gamis urugiri warna ungu itu mengembangkan senyum manis yang tak habis-habis. Setelah usai tugas negara ku sempatkan untuk membuka paket yang telah ku bayar.

"Bismillahirrahmanirrahim," ucapku penuh semangat.

Setelah plastik paket terbuka mataku terbelalak melihat dua bungkusan paket. "Bukannya aku pesan satu, kok ada dua bungkus? Aneh," batinku semakin penasaran. Kubuka lagi plastik paket itu.

Baju bayi warna putih pudar dengan list biru tosca plus aroma tidak sedap yang menyertainya. Delapan kaos kaki bayi beda warna beda model tanpa pasangan plus bando warna ungu yang sudah kendor. "Ah, paket apaan ini?" tanyaku dengan kesal.

Kulanjut membuka paket satunya lagi. Mungkin yang ini yang benar, yakinku. Begitu terbuka. Aku salah. Sebuah celana bermotif warna ungu yang panjangnya sepanjang lutut. Tentu saja aroma khas bau sampah yang menyengat itu juga menyertainya.

Rasa kecewa itu muncul begitu saja mengganti bayangan memakai gamis warna ungu berbahan urugiri. Masih shock melihat isi paket. Kesalnya karena tertipu paket abal-abal.

Pengalaman memang mahal. Hanya untuk membayar sampah baju tadi aku harus membayar seharga gamis yang aku bayangkan. Ikhlasin saja ambil saja ibrahnya. Yakin Allah akan ganti dengan rezeki yang lebih baik.

Belum hilang kesalku hari itu pagi-pagi disambut dengan pengamen yang tak jelas. Badan kekar tinggi dengan wajah menggunakan masker. Menggoyangkan botol Aqua berisi uang receh lima ratusan tanpa nada dan nyanyian di depan rumah. Usianya masih muda dibanding aku, mungkin sekitar dibawah tiga puluhan.

Sepagi ini, saat aku belum mengantar putra keduaku sekolah. Lelaki semuda itu meminta-minta dan berpindah dari rumah ke rumah. Apakah separah ini ya orang-orang zaman now dalam memahami kata kerja.

Ku hempaskan rasa kesalku dengan berwudhu dan bersujud di waktu Dhuha mumpung masih ada lima belas menit sebelum jam masuk terlambat. Kubaca sebuah pesan cinta dari Sang Maha Menghidupkan. Surat Az Zumar ayat 39 yang berbunyi:

قُلْ يٰقَوْمِ اعْمَلُوْا عَلٰى مَكَانَتِكُمْ اِنِّيْ عَامِلٌ ۚفَسَوْفَ تَعْلَمُوْنَۙ
Katakanlah (Muhammad), “Wahai kaumku! Berbuatlah menurut kedudukanmu, aku pun berbuat (demikian). Kelak kamu akan mengetahui,

Rasa kesal itu pun hilang. Berganti rasa ikhlas dan baik sangka kepada Allah. Mungkin pengirim paket tidak tahu bahwa menipu adalah cara yang Allah tidak suka dalam mengais rezeki. Mungkin pengamen itu tidak paham bahwa tangan diatas lebih baik daripada tangan dibawah.

Mereka tidak tahu ayat ini. Bagaimana seharusnya kita bekerja sesuai kemampuan kita. Bahwa setiap diri kita sudah dianugerahi kemampuan yang bisa kita gunakan untuk melakukan aktivitas baik itu dalam mencari ridho Allah berupa pekerjaan maupun usaha dalam berdakwah maupun memperjuangkan Islam agar bisa diterapkan dalam kehidupan.

Maka tidak cukup berpikir saja dalam bertindak tapi kita harus paham apakah yang akan kita lakukan mendekatkan kita pada Rida Allah ataukah murka Allah. Apakah dampak dari kita berdiam diri, menerima dan menolak? Semua pasti akan ada perubahannya saat kita bertindak. Maka jangan pernah lelah untuk terus mencari ilmu meskipun hanya sekedar membaca ataupun harus mencari guru yang berkompeten di bidangnya. Karena Islam punya solusi atas permasalahan hidup kita.

Sepelik dan serumit apapun masalahmu, yakin Allah tidak akan membebani melebihi kemampuan kita. Cari dan carilah ilmu hingga masalah itu lebih kecil dari ketentuan Allah dan hatimu menjadi ringan tak tersakiti dan baper dengan masalah yang ada.

والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.