Oleh: Honriani Nst
Tidak sedikit ayat dalam Al-Qur'an yang diakhiri dengan kata-kata ‘merekalah orang-orang merugi’. Biasanya kata tersebut terletak pada akhir ayat yang menjelaskan tentang larangan Allah ﷻ contohnya surat al-Baqarah ayat 27:
الَّذِيْنَ يَنْقُضُوْنَ عَهْدَ اللّٰهِ مِنْۢ بَعْدِ مِيْثَاقِهٖۖ وَيَقْطَعُوْنَ مَآ اَمَرَ اللّٰهُ بِهٖٓ اَنْ يُّوْصَلَ وَيُفْسِدُوْنَ فِى الْاَرْضِۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْخٰسِرُوْنَ
(yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah setelah (perjanjian) itu diteguhkan, memutuskan apa yang diperintahkan Allah untuk disambungkan (silaturahmi), dan berbuat kerusakan di bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi. (TQS al-Baqarah: 27)
Pada ayat ini, jelas bagi kita bahwa orang yang melanggar perjanjian, orang yang memutuskan silaturrahim dan orang yang berbuat kerusakan di muka bumi termasuk orang-orang yang merugi. Kemudian bagaimana dengan keadaan orang yang pernah jaya di dunia ini namun pada akhirnya mereka dibinasakan oleh Allah ﷻ juga? Apa yang menyebabkan mereka dibinasakan oleh Alah ﷻ? Apakah karena ketaatan mereka kepada Allah? Ataukah karena dosa-dosa mereka?
Allah ﷻ telah menjelaskan bahwa Allah akan membinasakan orang-orang yang berdosa melalui ayat cinta-Nya surat al-An’am ayat 6:
أَلَمْ يَرَوْا كَمْ أَهْلَكْنَا مِنْ قَبْلِهِمْ مِنْ قَرْنٍ مَكَّنَّاهُمْ فِي الْأَرْضِ مَا لَمْ نُمَكِّنْ لَكُمْ وَأَرْسَلْنَا السَّمَاءَ عَلَيْهِمْ مِدْرَارًا وَجَعَلْنَا الْأَنْهَارَ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهِمْ فَأَهْلَكْنَاهُمْ بِذُنُوبِهِمْ وَأَنْشَأْنَا مِنْ بَعْدِهِمْ قَرْنًا آخَرِينَ
Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyaknya generasi-generasi yang telah Kami binasakan sebelum mereka, padahal (generasi itu) telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepada kalian; dan Kami curahkan hujan yang lebat atas mereka, dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka karena dosa mereka sendiri, dan Kami ciptakan sesudah mereka generasi yang lain. (TQS al-An’am: 6)
Melalui firman ini Allah ﷻ menasihati umat manusia seraya memperingatkan mereka akan datangnya azab dan pembalasan di dunia yang menimpa mereka, seperti halnya apa yang telah menimpa orang-orang dari kalangan umat-umat terdahulu yang perbuatannya serupa dengan perbuatan mereka. Padahal mereka lebih kuat, lebih banyak jumlahnya, serta lebih banyak harta benda dan anak-anaknya, juga lebih berkuasa serta lebih tinggi kebudayaannya ketimbang mereka. Untuk itu Allah ﷻ berfirman:
أَلَمْ يَرَوْا كَمْ أَهْلَكْنَا مِنْ قَبْلِهِمْ مِنْ قَرْنٍ مَكَّنَّاهُمْ فِي الأرْضِ مَا لَمْ نُمَكِّنْ لَكُمْ
Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyaknya generasi-generasi yang telah Kami binasakan sebelum mereka, padahal (generasi itu) telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepada kalian. (TQS Al-An'am: 6)
Pada ayat ini dijelaskan keadaan umat sebelum umat nabi Muhammad ﷺ, keadaan mereka lebih banyak memiliki harta benda, anak-anak, bangunan-bangunan, kedudukan yang kuat, pengaruh yang luas, dan bala tentara.
Dalam firman selanjutnya disebutkan bahwa Allah ﷻ terus memberikan rahmat-Nya berupa hujan kepada mereka:
وَأَرْسَلْنَا السَّمَاءَ عَلَيْهِمْ مِدْرَارًا
dan Kami curahkan hujan yang lebat atas mereka. (TQS Al-An'am: 6)
Tidak hanya ini nikmat yang diberikan Allah kepada mereka. Allah juga menjadikan sungai-sungai yang mengalir di bawah mereka:
وَجَعَلْنَا الأنْهَارَ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهِمْ
dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka. (Al-An'am: 6)
Keadaan ini jelas membuat mereka merasa puas. Namun berbagai kenikmatan yang diberikan Allah kepada mereka membuat mereka lalai dari perintah Allah. Mereka pun mulai melakukan berbagai dosa di muka bumi ini, mereka merasa tidak bersalah karena Allah masih memberikan berbagai kenikmatan kepada mereka hingga tiba saatnya Allah pun membinasakan mereka sebagaimana lanjutan dari ayat tersebut:
فَأَهْلَكْنَاهُمْ بِذُنُوبِهِمْ
Kemudian Kami binasakan mereka karena dosa mereka sendiri. (TQS Al-An'am: 6)
Sangat jelas pada ayat ini, bahwa mereka dibinasakan oleh Allah ﷻ karena dosa-dosa dan kejahatan mereka. Apakah kehidupan di dunia berhenti setelah mereka dibinasakan? Ternyata tidak, Allah ﷻ mengganti mereka dengan generasi yang baru sebagaimana disampaikan Allah pada penghujung ayat ini:
وَأَنْشَأْنَا مِنْ بَعْدِهِمْ قَرْنًا آخَرِينَ
dan Kami ciptakan sesudah mereka generasi yang lain. ( Al-An' am: 6)
Yakni setelah generasi yang pertama dilenyapkan dan Allah jadikan mereka sebagai bagian dari sejarah. Keberadaan generasi yang baru ini pun akan Allah uji lagi apakah mereka akan taat kepada Allah ataukah mereka akan berbuat dosa juga setelah mendapatkan berbagai nikmat kehidupan dari Allah ﷻ.
Karena itu, sebagai makhluk yang berpikir, jadikanlah apa yang tertulis dalam ayat ini sebagai pelajaran bagi kita agar hati-hati dalam menjalani kehidupan ini, tetaplah menjalani kehidupan ini sesuai dengan aturan Allah dan jangan pernah terpikir untuk melakukan perbuatan dosa.
Sebaagai penutup, jika kita memahami ayat ini dengan tepat, maka kita takkan tergoda dengan kredit -ribawi- rumah, kita akan sabar mengontrak rumah dengan harta yang kita peroleh secara halal. Seorang pemimpin juga takkan tergoda untuk mengatur rakyatnya dengan aturan demokrasi yang sangat zalim karena khawatir Allah akan membinasakan rakyatnya. Seorang pemimpin yang memahami ayat ini tentu akan mengelola BBM sesuai dengan aturan Allah, yaitu mengembalikan BBM itu kepada rakat karena dalam pandangan Islam, BBM merupakan harta milik rakyat, haram bagi pemimpin untuk mendapatkan keuntungan dengan menjual BBM itu kepada rakyat .
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”