Oleh: Muslihah
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
اعوذ بالله من الشيطان الرجيم
وَمَنْ يَّهْدِ اللّٰهُ فَمَا لَهٗ مِنْ مُّضِلٍّ ۗ اَ لَيْسَ اللّٰهُ بِعَزِيْزٍ ذِى انْتِقَا مٍ
"Dan barang siapa diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak seorang pun yang dapat menyesatkannya. Bukankah Allah Maha Perkasa dan mempunyai (kekuasaan untuk) menghukum?" (QS. Az-Zumar 39: Ayat 37)
Membaca ayat ini teringat pada kisah para sahabat mulia, seperti Bilal dan keluarga Yasir. Mereka memang berasal dari kaum papa. Mereka adalah budak-budak yang tidak memiliki kemerdekaan diri di hadapan manusia. Akan tetapi saat ia mendapat hidayah dari Allah berupa iman, maka ia menjadi hamba yang bebas dari perbudakan manusia.
Akan tetapi untuk benar-benar terbebas mereka harus melewati ujian yang tidak ringan. Bilal harus menerima siksaan dari Umayyah tuannya. Ia di pukuli, bahkan dijemur pada terik matahari di tengah Padang pasir yang panas. Tak hanya itu ia bahkan ditindih dengan batu yang sangat besar hingga dadanya sesak dan hampir tak mampu bernafas. Namun demikian dengan sisa nafas yang tinggal satu-satu ia tetap menyebut "Ahad, Ahad," sebagai manifestasi nama Allah saat dipaksa mengakui patung Lata dan Uzza sebagai tuhan. Hanya Allah yang Maha Esa. Kira-kira demikianlah yang dimaksud Bilal.
Dalam keadaan demikian Abu Bakar lewat di tempat penyiksaan. Ia dengan lembut membeli Bilal kepada Umayyah tuannya. Maka setelah menerima uang dari Abu Bakar ia membiarkan Abu Bakar melepaskan Bilal. Tak berhenti sampai di situ, bahkan Abu Bakar memerdekakan Bilal dari dunia perbudakan. Maka sejak itu ia menjadi seorang muslim sekaligus orang merdeka. Ia diperlakukan dan dihormati sebagai orang merdeka. Hal yang tak pernah ia dapat semasa belum masuk Islam.
Sedangkan Yasir dan istrinya adalah sepasang budak. Tuannya pun marah besar saat mengetahui mereka beriman kepada Allah ﷻ dan Rasulullah ﷺ Kemarahannya dilampiaskan dengan menghukum mereka. Dihukum dengan berbagai macam siksaan tidak membuat mereka mengalihkan keyakinan bahwa Allah Maha Esa dan Muhammad adalah utusan Allah.
Dengan tanpa perikemanusiaan Yassir diikat tangan dan kakinya pada masing-masing anggota tubuh ke seekor kuda. Jadi ada empat ekor kuda yang dihela ke empat penjuru berbeda. Maka ia pun meninggal dengan tubuh yang tercerai berai. Subhanallah.
Sedangkan sebelumnya Sumayyah disiksa dengan berbagai siksaan. Ia tetap kukuh mempertahankan keimanannya. Hingga ia meninggal sebab ditusuk dengan tombak dari kemaluannya hingga tembus mulutnya. Saat Rasulullah ﷺ mengetahui, beliau tidak bisa menolong banyak, kecuali menenangkan agar tetap sabar dan mengatakan jika surga menantinya.
"Aku telah melihat surga itu, Ya Rasulullah," jawab Sumayyah dengan tersenyum. Seakan ia tidak merasakan sakit atas siksaan yang dideritanya. Sumayyah menjadi orang pertama yang syahid. La Haula wala quwwata Illa Billah.
Demikian pula dengan Mush'ab bin Umair. Semasa belum masuk Islam, ia adalah seorang bangsawan. Baju yang dipakai adalah baju terbaik bangsawan Makkah. Makanan yang ia makan adalah makan terbaik yang ada di masa itu. Ia adalah pemuda idaman bagi setiap wanita di zamannya.
Namun demikian, ia tak menjadi silau dengan harta dunia. Ia lebih memilih beriaman kepada Allah dan Rasul-Nya. Meskipun ia harus merelakan semua harta orang tuanya. Lebih dari itu ia bahkan tidak lagi diakui sebagai anak dan tidak berhak mendapatkan warisan dari keluarga. Ibunya dengan berbagai upaya mengembalikannya kepada agama nenek moyang mereka. Sampai sang ibu melakukan mogok makan. Akan tetapi dengan sabar dan lembut ia memperlakukan sang ibu. Ia menyuapi sang ibu agar makan dan mempertahankan kesehatan. Sementara ia tetap memegang teguh iman Islam.
Demikianlah kisah para sahabat Rasul dalam mempertahankan keimanan. Meski nyawa harus lepas dari badan ia takkan membiarkan iman terlepas dari jiwanya. Masya Allah.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”