Oleh: Surya Ummu Fahri
وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ اِحْسَانًا ۗحَمَلَتْهُ اُمُّهٗ كُرْهًا وَّوَضَعَتْهُ كُرْهًا ۗوَحَمْلُهٗ وَفِصٰلُهٗ ثَلٰثُوْنَ شَهْرًا ۗحَتّٰىٓ اِذَا بَلَغَ اَشُدَّهٗ وَبَلَغَ اَرْبَعِيْنَ سَنَةًۙ قَالَ رَبِّ اَوْزِعْنِيْٓ اَنْ اَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِيْٓ اَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلٰى وَالِدَيَّ وَاَنْ اَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضٰىهُ وَاَصْلِحْ لِيْ فِيْ ذُرِّيَّتِيْۗ اِنِّيْ تُبْتُ اِلَيْكَ وَاِنِّيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ
Artinya: Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Masa mengandung sampai menyapihnya selama tiga puluh bulan, sehingga apabila dia (anak itu) telah dewasa dan umurnya mencapai empat puluh tahun dia berdoa, “Ya Tuhanku, berilah aku petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau limpahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan agar aku dapat berbuat kebajikan yang Engkau ridai; dan berilah aku kebaikan yang akan mengalir sampai kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertobat kepada Engkau dan sungguh, aku termasuk orang muslim.” (QS. Al Ahqaf: 15).
Hari ini begitu banyak permasalahan yang harus dihadapi oleh keluarga. Baik itu anak maupun orang tua. Dari yang bayi hingga yang lansia. Semua menyeluruh menghadapi permasalahan yang seakan tak ada ujungnya.
Baru beberapa hari yang lalu menemukan berita yang membuat hati ini menangis. Tak kalah viral dari lagu "ku menangis" yang biasa terlantun untuk drama serial televisi. Tapi menangis beneran karena melihat fakta tersebut.
Why? Because it can make you are very shock. Dilansir dari kumparan.com tanggal 07/09/2022 seorang ayah menyetubuhi anak tirinya selama empat tahun. Judul yang membuat pembaca bergidik ngeri dengan fakta yang ada.
Bagaimana mungkin Bapak yang dianggap sebagai kepala keluarga dan sekaligus perlindungan yang utama malah menjadi sumber petaka yang menghancurkan masa depannya. Tak terbayang bagaimana trauma yang dialami anak tirinya. Jika pembaca saja bisa shock apalagi korbannya.
Harusnya keluarga adalah tempat ternyaman bagi anak untuk berlindung dan meraih kasih sayang serta pendidikan yang terbaik. Bahkan dari pola asuh keluarga yang baik lah yang kemudian melahirkan generasi yang gemilang membawa harum nama bangsa. Jika keluarga seperti itu bagaimana nasib anaknya?
Sebelum menikah, harusnya seseorang memahami hukum-hukum Islam yang sudah menjadi kewajiban atasnya. Bukan sekedar Islam di KTP saja. Melainkan juga paham terkait hukum yang jatuh akibat menikah. Baik itu hukum pernikahan, pengasuhan, maupun hukum Islam lainnya yang menunjang keimanan dan keyakinan.
Dengan begitu keluarga akan terbentuk sesuai dengan tuntunan yang telah Allah tetapkan. Para Bapak tak sibuk dengan kegiatan yang berkaitan dengan seks belaka tapi lebih berfokus pada tujuan dia diciptakan.
Harapan tertinggi yang disematkan pada anak-anak bukan lagi sebatas penerus generasi. Melainkan mencapai Rida Allah dalam setiap langkahnya. Bayangkan jika harapan ini dimiliki oleh orang tua hari ini, pasti akan menjadi cambuk yang melecutkan generasi hari ini menjadi generasi terbaik yang tak hanya dirindukan orang tuanya tapi dirindukan berbagai kalangan.
Harapan ini tak akan pernah terwujud jika orang tua masih menganggap remeh masalah agama. Yang mana agama hari ini hanya digunakan di saat ritual saja. Begitu bermasyarakat atau berurusan dengan hal duniawi maka aturan dari agama kadang dikesampingkan. Tak jarang bahkan tidak ditemukan hari ini?
Harapan tertinggi bukan lagi menjadi mimpi jika keluarga, lingkungan bahkan negara memberikan suasana yang mendukung. Kestabilan negara dan kurikulum pendidikan yang baik akan memberikan pengaruh yang besar pada perkembangannya.
Maka jangan merasa heran jika hari ini merasa sulit dalam mewujudkan harapan tertinggi untuk generasi penerus. Karena semua komponen yang kita butuhkan untuk mewujudkan harapan itu dalam kondisi yang tidak stabil. Dan solusinya tidak lain adalah kembali pada hukum yang Allah tetapkan. Dan petunjuk itu ada di Al-Qur'an. Sudahkah hari ini kita membacanya? Semoga bukan sekedar membacanya tapi juga memahami makna dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”