Oleh: Surya Ummu Fahri
Pernah melihat iklan? Atau nonton drama serial di televisi? Pastilah meski tak nonton di televisi pasti pernah lihat di beranda Facebook ataupun di beberapa media lain. Emang kenapa? Ada masalah?
Tidak ada yang salah sih, tapi begitulah realita hari ini. Kemewahan, keglamoran serta kekayaan jauh lebih dipamerkan daripada kesederhanaan. Bahkan hari ini akan banyak kita jumpai berbagai masalah yang timbul akibat apa yang sering kita tonton.
Iklan itu memang dibuat untuk menarik perhatian dan menimbulkan rasa keinginan. Bahkan banyak yang membeli hanya karena lihat iklan. Dan kadang ikut ikutan gaya di iklan. Jangan ditiru ya karena tak semua tayangan iklan itu berdasarkan kenyataan.
Sepintas teringat obrolan ringan yang terasa mengguncang iman. Pasalnya bisa membuat kita harus berpikir ulang untuk terus berada di jalan dakwah atau mengejar rupiah.
Dengan sengaja malam itu wanita paruh baya yang sangat aku hormati bertanya tentang pekerjaan tetangga yang tiba-tiba jadi jutawan. Bagiku tidak heran, rezeki sudah tertakar dan tidak akan tertukar. Ada jaminan dari Allah terkait rezeki dari setiap hamba-Nya bahkan seekor semut pun tak luput dari rezekinya.
Ku jawab dengan santai jualan online via live IG. Sehari live dua kali, pagi dan malam. Siangnya packing dan antar paket. Kadang libur saat harus ambil barang dagangan dan terlalu banyak kegiatan saja. Meskipun bukan aku yang sukses tapi aku ikut senang dengan kesuksesannya.
"Lha terus kamu dapat apa? Cuma senang doang?" tanyanya yang mengagetkanku.
Terdiam sesaat karena merasa ada yang salah sepertinya dari perkataanku. Sambil berpikir arah dari pertanyaan yang dilontarkannya.
"Berapa lama dia live IG? Sejam? Dua jam? Paling lama berapa?"
"Kira-kira segitu, Bu. Ada yang salah kah?"
Matanya terbelalak saat mendengar jawabanku. Lalu ia bertanya jadwal kajianku per Minggu. Baik yang ngisi kajian maupun ikut kajian. Dan ia membandingkan dengan live jualan IG tetangga. Dan pertanyaan paling akhir itu yang bikin hatiku terasa di hunus pedang yang tajam tapi tak
terlihat.
"Sama-sama ngomongnya tapi dia bisa menghasilkan uang. Sementara kamu dapat apa?"
Astaghfirullah hal adzim, rasanya aku ingin nangis gulung gulung seandainya aku tidak ingat jika aku sudah jadi ibu. Aku tetap terdiam menunggu dia melanjutkan perkataannya hingga selesai. Rasanya makin di dengar makin teriris hatiku.
Memang kalau dilihat-lihat hidup orang lain itu terlihat enaknya saja. Rumah besar, mobil bagus, bisa liburan, membeli apa saja dan kesenangan hidup yang lain. Sementara dia memandang hidupku yang rezekinya selalu pas. Pas butuh pas ada. Hari-hari sudah dipenuhi jadwal padat yang tak sempat sekedar rebahan. Meskipun sudah ikut ke sawah atau ladang. Namun aku bersyukur karena tak ada waktu yang terbuang hanya untuk hal-hal yang sia-sia.
Ku dekap pedoman sepanjang hayat itu. Ku buka dan ku selami ayat demi ayat yang kemudian menguatkan keyakinan ku. Surat Az zukruf 43:
فَاسْتَمْسِكْ بِالَّذِيْٓ اُوْحِيَ اِلَيْكَ ۚاِنَّكَ عَلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ
Maka berpegang teguhlah engkau kepada (agama) yang telah diwahyukan kepadamu. Sungguh, engkau berada di jalan yang lurus.
Maka makin mantaplah keyakinan ku. Biarlah orang berkata apa, asal tetap berada di jalan Allah apa yang kita ragukan. Rezeki yang kita kejar ataupun omongan manusia yang banyak salah dan khilaf. Sungguh tak ada artinya bila kita harus berubah haluan hanya demi mengejar yang sudah tertakar. Ingat, dunia sementara semuanya hanya titipan. Jika Allah meminta semuanya tak ada apa-apanya.
Tetap bersyukur dan terus bersemangat menebar kebaikan dan mencari ilmu. Bila menghadapi segala persoalan tenangkan diri dengan membaca pesan cinta dalam Al-Qur'an. Maka kau takkan pernah merasa tak ada jalan keluar.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”