Oleh: Lia Herasusanti
Siapa disini yang mudah mengucapkan janji tapi lalai dalam menepatinya? Sepertinya banyak yang tak merasa. Tapi jika saya mengingatkan janji yang diulang minimal 5 kali sehari, pasti anda akan ingat.
Pada surat Al An'am ayat 162 menerangkan,
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Katakanlah: "Sesungguhnya salat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam,"
Ingatkan? Itu kata-kata janji. Dan janji itu bukan sembarang janji, karena tu janji kita pada Allah ﷻ.
Pertanyaannya, apakah kita sudah melaksanakan janji kita pada Allah tersebut? Menjadikan salat, ibadah, hidup dan mati semata-mata hanya untuk Allah saja.
Jika kita mengatakan hanya untuk Allah, maka seharusnya, apapun yang kita lakukan, tak boleh keluar dari apa maunya Allah. Lalu apa maunya Allah?
Tentu saja maunya Allah tak mungkin kita tanyakan langsung pada Allah. Tapi kita mengetahuinya dari aturan yang dibawa Rasulullah ﷺ sebagai perantara-Nya.
Pertanyaannya, sudahkah kita menjalankan semua aturan yang Allah inginkan kita melakukannya? Untuk aturan yang bersifat pribadi mungkin kita sudah melakukannya, sholat, puasa, zakat, sedekah, naik haji, menutup aurat, berakhlak baik, berdakwah dan lainnya. Namun untuk aturan yang harus dilakukan secara berjamaah oleh negara, sudahkah kita melakukannya?
Masih banyak aturan yang Allah turunkan belum kita terapkan, seperti rajam untuk penzina, potong tangan bagi pencuri, jihad, pengaturan kepemilikan, pengelolaan SDA, pengaturan kenegaraan dan hal-hal lainnya yang merupakan aturan bernegara, namun kita sebagai rakyat ikut bertanggungjawab didalamnya saat negara tak melaksanakan.
Jika kita menyadari masih banyak janji yang kita ucapkan namun belum kita laksanakan, seharusnya kita jangan tenang-tenang saja mengetahui hal ini. Karena kita akan dituntut atas janji yang kita ucapkan. Benar bukan?
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”
