
Oleh: Rohmawati
Allah ﷻ berfirman:
وَسَخَّرَ لَكُمُ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ دَائِبَيْنِ ۖ وَسَخَّرَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ
وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ ۚ وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
"Dan Dia telah menundukkan matahari dan bulan bagimu yang terus-menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan malam dan siang bagimu. Dan Dia telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)." (QS. Ibrahim: 33-34)
Memanfaatkan kesempatan hidup bukanlah dengan mencari materi sebanyak-banyaknya untuk terciptanya sebuah kebahagiaan. Sebab kebahagiaan sendiri terletak dalam hati. Sebagaimana yang telah di jelaskan dalam ayat diatas. Bahwasanya Allah telah memberikan segala hal yang kamu mohonkan. Tetapi memang manusia adalah mahluk yang sejatinya tidak akan pernah puas dengan apa yang telah di milikinya. Dan hal Ini juga yang seringkali di salah artikan oleh sebagian orang dalam memaknai kata bahagia. Padahal memanfaatkan kesempatan hidup tidak lain hanyalah dengan beramal dan melakukan segala hal yang di ridhoi Allah.
Dan salah satu nikmat yang berharga dalam hidup adalah di berikannya kesempatan waktu untuk memperbaiki kesalahan demi kesalahan yang dilakukan manusia setiap harinya. Baik yang di lakukan secara sadar maupun yang tidak mereka sadari. Masa lalu ataupun masa sekarang. Itulah rahmat Allah yang di berikan kepada manusia bagi mereka yang mau memperbaiki kesalahaan yang di lakukannya. Namun sayangnya, sering kali kesempatan ini justru di sia-siakan begitu saja bagi sebagian orang yang tidak paham akan makna hidup yang sesungguhnya. Padahal sejatinya manusia tidak pernah tahu sampai mana Allah memberikan kesempatan itu. Cepat atau lambat pastilah ia akan tetap kembali pada Allah sang pencipta alam. Dan kesempatan hidup yang Allah beri seharusnya menjadi pelajaran berharga dalam hidupnya. Sebab sebagian mereka ada yang tidak Allah berikan kesempatan yang sama dalam memperbaiki kesalahannya.
Kita memang tidak pernah tahu kapan kesempatan itu akan berakhir. Maka seharusnya sebagai mahluk yang sejatinya akan kembali harus menyadari sepenuhnya bahwa dunia bukan tempat dirinya tinggal melainkan tempat yang kelak akan mereka tinggalkan. Dan apapun yang kita miliki saat ini adalah ujian darinya. Maka jangan terlena karenanya hingga lupa mempersiapkan bekal di akhirat sana.
Saling menasehati dalam kebenaranlah yang dikatakan sebagai pemanfaatan kesempatan hidup. Sebab dengan menasehati dalam ketaatan itulah yang akan menjadikan kita orang-orang yang berutung dimana telah Allah janjikan surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai dan kita akan hidup kekal selama-lamanya. Dan hal itupun merupakan salah satu bentuk syukur kita atas nikmat hidup yang Allah berikan.
Maka seharusnya kesempatan itu tidaklah kita sia-siakan dengan mengejar eksitensi yang tiada berarti melainkan mendekat pada ilahi yang kelak akan menyelamatkan kita di akhirat nanti.
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”