Oleh: Lia Herasusanti
Pada surat Al Hujarat ayat 9 menyampaikan,
وَإِنْ طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا ۖ فَإِنْ بَغَتْ إِحْدَاهُمَا عَلَى الْأُخْرَىٰ فَقَاتِلُوا الَّتِي تَبْغِي حَتَّىٰ تَفِيءَ إِلَىٰ أَمْرِ اللَّهِ ۚ فَإِنْ فَاءَتْ فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا بِالْعَدْلِ وَأَقْسِطُوا ۖ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
"Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mukmin berperang maka damaikanlah antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah; jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil."
Berlaku adillah karena Allah menjanjikan tempat mulia di akhirat kelak, sebagaimana dalam hadits Rasulullah ﷺ. Dari Abdullah bin Amr, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, "Sesungguhnya orang yang berbuat adil kelak dihari kiamat berada di atas mimbar-mimbar terbuat dari cahaya yang terletak di sebelah 'Arsy. Mereka adalah orang-orang yang berbuat adil dalam keputusan serta urusan-urusan yang diserahkan kepemimpinannya kepada mereka." (HR.Muslim dan Nasa'i)
Adil maknanya adalah menempatkan sesuatu sesuai tempatnya. Atau dalam perkara hukum, melakukan sesuatu sesuai tuntunan Allah ﷻ. Sebagai individu kita harus terikat aturan Allah. Dalam bersosialisasi, kita pun harus selalu terikat pada aturan Allah. Demikian juga dalam bernegara, jika ia seorang pemimpin, keadilan hanya akan terjadi jika ia menerapkan aturan Allah dalam pemerintahannya. Dan hal itu hanya bisa dilakukan dalam sistem khilafah.
Jika kita di akhirat kelak ingin mendapatkan posisi di mimbar-mimbar bersebelahan dengan Arsy, siapapun kita, apapun posisinya, yuk berlaku adil!
والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”