Type Here to Get Search Results !

BELAJAR SEHARUSNYA MENAMBAH KETAQWAAN BUKAN ALAMI GANGGUAN KESEHATAN MENTAL


Oleh: Enny Ummu Almira

Bicara tentang remaja saat ini memang ngeri-ngeri sedep yah. UNICEF mengungkap kalau 1 dari 7 remaja berusia 10-19 tahun mengidap penyakit mental, seperti burnout dan rasa cemas atau anxiety. Kenapa bisa begitu yah? Jika masa anak-anak adalah masa bermain sambil belajar, dan masa remaja adalah masa belajar serta masa pencarian jati diri, seharusnya diarahkan ke hal positif yah agar produktif nantinya.

Tapi sayang sekali efek dari sistem pembelajaran pada masa pandemi selama 2 tahun kemarin telah membuat banyak pihak menjadi stress baik muridnya, gurunya bahkan orang tuanya, memenurut kepala pembelajaran dan pengajaran Cambridge assessment international education Paul English, sebelum masa pandemipun sistem pembelajaran sudah membuat murid cukup bornout atau cemas berlebihan yang cukup membuat mental down ditambah lagi dengan masa pandemi. Masih menurut Paul, siatem pembelajaran pada sistem kapitalisme bukan membuat belajar menjadi menyenangkan tapi malah membuat tertekan, karena standar yang dibangun pemerintah itu untuk kepentingan industri, jadi tolak ukurnya pada nilai yang dihasilkan dari tes, sehingga siswa ngebut mencari nilai tinggi prestise dan sejenisnya. Model pembelajaran sekarang kurang tepat jauh dari makna pencari ilmu, itulah yang membuat banyak anak yang bornout dan excited, padahal orang yang belajar semakin bertambah takwa bukan semakin stress.

Hal ini karena sistem pendidikan yang ada saat ini adalah berdasarkan sistem kapitalisme, dimana opini yang digiring adalah bahwa tolak ukur kesuksesan atau kebahgiaan dilihat dari banyaknya materi yang didapat. Sehingga hakikat pendidikan yang ada adalah untuk memenuhi kebutuhan industri atau yang diminati oleh lapangan usaha. Bahkan tak jarang orang tua lebih mengarahkan atau memfasilitasi ilmu yang berkaitan dengan dunia seperti les bahasa asing, komputer, matematika, dan keahlian lainnya.

Bukan berarti tidak boleh belajar tentang ilmu yang berkaitan dengan dunia, asal tidak mengabaikan ilmu yang berkaitan dengan akhirat atau agama seperti akhlak, aqidah, fiqh, Bahasa Arab, tahsin dan lain-lain yang seharusnya menjadi ilmu dasar bagi seorang muslim sebelum mempelajari ilmu yang lain atau minimal bersamaan.

Dari hakikat sistem pendidikan yang ada itulah makan saat seseorang belajar atau menuntut ilmu adalah tujuannya untuk mendapatkan nilai yang tinggi, kemudian diterima disekolah ke jenjang yang lebih tinggi favorit dan mendapatkan pekerjaan yang bagus serta penghasilan yang tinggi. Maka tak jarang saat cita-cita mereka tidak tercapai mereka akan stress bahkan menganggur.


Islam Solusi Kemajuan Peradaban

Berbeda dengan sistem pendidikan dalam islam yang mampu mencetak generasi yang berkualitas, cerdas, pintar dan inovatif tanpa gangguan mental. Menurut ulama besar Syaikh Taqiyyudin an Nabhani dalam kitab Asy Syakhsiyah al islamiyyah juz 1 pada bab Thoriqoh dijelaskan secara terperinci bahwa metode tersebut mencakup tiga aspek yaitu :
  • Pertama, mempelajari segala sesuatu dengan mendalam hingga memahami hakikatnya dengan pemahaman yang benar.
  • Kedua, meyakini bahwa yang sedang ia pelajari adalah benar dan kemudian mengamalkannya.
  • Ketiga, mempelajari segala sesuatu yang bersifat praktis serta sebagai solusi atas fakta yang terindra atau permasalahan yang sedang ia hadapi.

Selain itu ada metode lain yaitu Metode ceramah, metode tanya jawab, metode demonstrasi dan eksperimen, metode pemberian tugas (resitasi) dan metode kerja kelompok.

Metode pembelajaran ini akan sulit ditemui di sistem pendidikan yang sekarang, yaitu metode penyampaian dan penerimaan atau talaqi pemikiran dari pengajar kepada pelajar, hal ini dimaksudkan agar para pengajar harus mampu mentransfer pemikiran kepada anak didiknya dengan memberikan fakta dan informasi yang berkaitan, sehingga bukan hanya menjelaskan teori yang sulit difahami. Dengan metode inilah anak didik akan menjadi generasi yang solutif saat melihat berbagai masalah dengan mengembalikan kepada hakikatnya yaitu sang pencipta makhluk hidup (manusia, hewan dan alam semesta) sehingga bisa diterapkan di jaman dan keadaan apapun.

والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ
“dan Allah lebih tahu yang sebenar-benarnya”

Posting Komentar

0 Komentar
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.